Kupang, NTT (ANTARA) - Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) membekali 30 guru SMA/SMK/sederajat di Kota Kupang dengan keterampilan teknis dalam menyusun bahan ajar yang mengintegrasikan kurikulum pendidikan antinarkoba.
“Melalui penguatan kapasitas, para guru disiapkan untuk mengintegrasikan materi tematik pendidikan antinarkoba ke dalam mata pelajaran secara sistematis, kreatif, dan kontekstual,” kata Pelaksana Tugas BNNP NTT Dominikus Tupen Sabon di Kupang, Kamis.
Ia menjelaskan prevalensi penyalahgunaan narkoba di NTT sebesar 0,1 persen atau diperkirakan sebanyak 4.875 orang. Angka pada kelompok pelajar/mahasiswa juga meningkat dari sebesar 1,10 persen pada 2019 menjadi 1,3 persen pada 2021.
“Menyikapi kondisi tersebut, diperlukan strategi yang lebih masif dan komprehensif dengan mendorong partisipasi aktif lembaga pendidikan untuk memperkuat upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN),” ujarnya.
Melalui lokakarya tematik P4GN, kata dia, para guru diharapkan mampu mengintegrasikan kurikulum pendidikan antinarkoba pada mata pelajaran yang relevan di sekolah.
“Harapannya, nilai-nilai pendidikan antinarkotika dapat ditanamkan pada setiap pelajar sehingga memiliki daya tangkal atau kekuatan diri terhadap pengaruh buruk narkoba,” kata dia.
Sementara itu, Koordinator Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat (P2M) BNN Provinsi NTT Lia Novika Ulya menambahkan para peserta merupakan perwakilan 30 sekolah pilot project kurikulum antinarkoba yang dipilih oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT.
“Integrasi kurikulum ini akan menjadi jejak kebaikan para guru dalam menyelamatkan generasi muda, khususnya remaja zaman sekarang. Mudah-mudahan perangkat pembelajaran yang disusun dapat menjadi contoh bagi sekolah lain di seluruh NTT,” ujarnya.
Ia menegaskan, BNN NTT terus mendukung jejaring guru tersebut untuk berperan aktif menciptakan lingkungan sekolah yang bersih dari narkoba (bersinar).