Jakarta (ANTARA) - Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan bahwa Polri telah mengamankan sebanyak 300 orang pelaku kericuhan di berbagai titik di Jakarta.
Saat ini, ratusan orang tersebut masih diperiksa polisi untuk mengetahui peran mereka dalam kericuhan yang terjadi pada Selasa (21/5) malam hingga Kamis (23/5) dini hari.
"Masih diperiksa, dipilah-pilah siapa pelaku lapangan, koordinator lapangan dan aktor intelektualnya," kata Brigjen Dedi di Mabes Polri, Kamis (23/5) dan menjelaskan para pericuh ditangkap di sejumlah titik lokasi antara lain di kawasan Slipi, Petamburan, MH Thamrin dan Tanah Abang.
Sejumlah barang bukti yang disita dari para tersangka di antaranya kendaraan, uang rupiah, uang dolar, senjata tajam, bom molotov, ponsel, kamera, batu, ketapel dan petasan.
Brigjen Dedi mengatakan, untuk menjaga situasi keamanan di Jakarta, saat ini sebanyak 58.000 personel gabungan TNI-Polri masih berjaga di beberapa titik penting yakni Gedung Bawaslu, KPU, Istana, MPR/DPR dan Mahkamah Konstitusi.
Baca juga: Kerusuhan telah menodai kesucian Ramadhan
"Saat ini masih dikerahkan 58.000 kekuatan gabungan TNI Polri dengan empat titik fokus pengamanan yakni Bawaslu, KPU, Istana, Gedung MPR/DPR. Satu lagi yang diantisipasi, pengamanan Gedung MK," katanya.
Aksi demonstrasi menolak hasil Pemilu 2019 akhirnya berujung kericuhan selama dua hari. Massa yang marah melemparkan batu, ketapel dan petasan kepada aparat penegak hukum yang berjaga.
Bangunan pos polisi Sarinah dibakar massa. Gedung Bawaslu pun tak luput dari aksi anarkis warga. Lantai 2 gedung sempat terbakar, diduga karena dilempar bom molotov.
Tak hanya itu, sejumlah mobil dan motor yang terparkir di beberapa lokasi kerusuhan, rusak, bahkan ada yang dibakar oleh massa yang mengamuk yang diguda adalah preman bayaran itu.
Baca juga: Aksi kericuhan di Jakarta sengaja di-setting
Baca juga: Kerusuhan menyeruak di Bawaslu RI
Saat ini, ratusan orang tersebut masih diperiksa polisi untuk mengetahui peran mereka dalam kericuhan yang terjadi pada Selasa (21/5) malam hingga Kamis (23/5) dini hari.
"Masih diperiksa, dipilah-pilah siapa pelaku lapangan, koordinator lapangan dan aktor intelektualnya," kata Brigjen Dedi di Mabes Polri, Kamis (23/5) dan menjelaskan para pericuh ditangkap di sejumlah titik lokasi antara lain di kawasan Slipi, Petamburan, MH Thamrin dan Tanah Abang.
Sejumlah barang bukti yang disita dari para tersangka di antaranya kendaraan, uang rupiah, uang dolar, senjata tajam, bom molotov, ponsel, kamera, batu, ketapel dan petasan.
Brigjen Dedi mengatakan, untuk menjaga situasi keamanan di Jakarta, saat ini sebanyak 58.000 personel gabungan TNI-Polri masih berjaga di beberapa titik penting yakni Gedung Bawaslu, KPU, Istana, MPR/DPR dan Mahkamah Konstitusi.
Baca juga: Kerusuhan telah menodai kesucian Ramadhan
"Saat ini masih dikerahkan 58.000 kekuatan gabungan TNI Polri dengan empat titik fokus pengamanan yakni Bawaslu, KPU, Istana, Gedung MPR/DPR. Satu lagi yang diantisipasi, pengamanan Gedung MK," katanya.
Aksi demonstrasi menolak hasil Pemilu 2019 akhirnya berujung kericuhan selama dua hari. Massa yang marah melemparkan batu, ketapel dan petasan kepada aparat penegak hukum yang berjaga.
Bangunan pos polisi Sarinah dibakar massa. Gedung Bawaslu pun tak luput dari aksi anarkis warga. Lantai 2 gedung sempat terbakar, diduga karena dilempar bom molotov.
Tak hanya itu, sejumlah mobil dan motor yang terparkir di beberapa lokasi kerusuhan, rusak, bahkan ada yang dibakar oleh massa yang mengamuk yang diguda adalah preman bayaran itu.
Baca juga: Aksi kericuhan di Jakarta sengaja di-setting
Baca juga: Kerusuhan menyeruak di Bawaslu RI