Kupang (ANTARA) - Promotor tinju Armin Tan mengungkapkan sulitnya mencari bibit petinju profesional di Indonesia, karena minimnya kompetisi tinju serta para petinjunya tidak dijadikan sebagai aset oleh sasana tinju di negeri ini.
"Sebagai promotor yang juga adalah seorang mantan pelatih tinju, saya melihat sulit sekali mencari bakat-bakat petinju profesional di Indonesia saat ini," kata Armin Tan kepada ANTARA di Kupang, Minggu (7/7).
Mantan pelatih Tibo Monabesa itu menjelaskan penyebab utama mengapa sulitnya mencari petinju profesional seperti Chris John, Daud Jordan dan Tibo karena minimnya kompetisi tinju di Indonesia.
Selain itu, kata dia, jika dibandingkan antara Thailand dan Filipina, kompetisi di kedua negara tersebut tertata dengan sangat baik.
"Ya seperti sepak bola. Jika semakin banyak kompetisi maka akan menghasilkan pemain-pemain hebat. Seharusnya tinju juga seperti itu," tutur dia.
Baca juga: Empat negara bertarung dalam kejuaraan tinju dunia di Kupang
Ia menambahkan, penyebab lainnya adalah kurang adanya perhatian serius dari setiap sasana tinju di Indonesia kepada para petinjunya.
Jika dibandingkan dengan luar negeri, para petinju di setiap sasana diperhatikan sebagai aset dari sasana yang bersangkutan.
"Selain itu juga mengurus tinju harus perlu kerja keras. Tidak hanya No action talk only sehingga habis di omong saja," tambah dia.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh petinju Indonesia Chris John. Menurut dia potensi tinju Indonesia sangat besar dan sangat bagus.
"Kompetisi minim jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya di mana banyak sekali kompetisi yang kemudian menghasilkan banyak petinju Indonesia yang go internasional," tambah dia.
Ia pun berharap pergelaran kejuaraan tinju di Kupang kedepannya bisa dilakukan lagi, sehingga ada keberlanjutannya, sehingga melahirkan bibit-bibit petinju baru dari timur Indonesia.
Baca juga: Chris John berniat buka Sasana Tinju di Kupang
Baca juga: Tibo yakin raih gelar juara dunia tinju versi IBO
"Sebagai promotor yang juga adalah seorang mantan pelatih tinju, saya melihat sulit sekali mencari bakat-bakat petinju profesional di Indonesia saat ini," kata Armin Tan kepada ANTARA di Kupang, Minggu (7/7).
Mantan pelatih Tibo Monabesa itu menjelaskan penyebab utama mengapa sulitnya mencari petinju profesional seperti Chris John, Daud Jordan dan Tibo karena minimnya kompetisi tinju di Indonesia.
Selain itu, kata dia, jika dibandingkan antara Thailand dan Filipina, kompetisi di kedua negara tersebut tertata dengan sangat baik.
"Ya seperti sepak bola. Jika semakin banyak kompetisi maka akan menghasilkan pemain-pemain hebat. Seharusnya tinju juga seperti itu," tutur dia.
Baca juga: Empat negara bertarung dalam kejuaraan tinju dunia di Kupang
Ia menambahkan, penyebab lainnya adalah kurang adanya perhatian serius dari setiap sasana tinju di Indonesia kepada para petinjunya.
Jika dibandingkan dengan luar negeri, para petinju di setiap sasana diperhatikan sebagai aset dari sasana yang bersangkutan.
"Selain itu juga mengurus tinju harus perlu kerja keras. Tidak hanya No action talk only sehingga habis di omong saja," tambah dia.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh petinju Indonesia Chris John. Menurut dia potensi tinju Indonesia sangat besar dan sangat bagus.
"Kompetisi minim jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya di mana banyak sekali kompetisi yang kemudian menghasilkan banyak petinju Indonesia yang go internasional," tambah dia.
Ia pun berharap pergelaran kejuaraan tinju di Kupang kedepannya bisa dilakukan lagi, sehingga ada keberlanjutannya, sehingga melahirkan bibit-bibit petinju baru dari timur Indonesia.
Baca juga: Chris John berniat buka Sasana Tinju di Kupang
Baca juga: Tibo yakin raih gelar juara dunia tinju versi IBO