Kupang (ANTARA) - Wakil Bupati Flores Timur Agustinus Payong Boli mengemukakan kebakaran hutan dan lahan (Karhutlah) terjadi di tiga titik di Pulau Flores Timur , Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam beberapa hari terkahir.
“Tiga titik ini adalah di lereng Gunung Lewotobi, puncak Gunung Ile Boleng, dan wilayah perbukitan di Pulau Solor,” katanya ketika dihubungi dari Kupang, Senin (2/9).
Ia mengatakan, bencana kekeringan akibat musim panas yang sedang melanda daerah itu menyebabkan banyak lahan kering mudah terbakar, kebakaran di sejumlah titik itu diduga akibat aktivitas yang dilakukan warga.
“Bisa juga terjadi karena orang-orang yang iseng membakar rumput lalu dibiarkan begitu saja atau juga aktivitas warga yang berburu lalu membuang puntung rokok sembarangan,” kata Agustinus.
Baca juga: Delapan kabupaten di NTT berpotensi dilanda Karhutlah
Ia mengatakan, kebakaran huitan dan lahan seperti ini hampir rutin terjadi setiap tahun di wilayah setempat yang diantaranya terjadi pada wilayah pegunungan yang sulit dijangkau.
Kondisi ini, lanjutnya, yang menyebabkan karhutla sulit ditangani secara cepat oleh pemerintah daerah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
“Di sisi lain butuh sumber daya yang lebih memadai sehingga kami minta dukungan juga dari pemerintah pusat terutama anggaran untuk penanganan bencana,” katanya dan menandang hal penting yang perlu pemerintah daerah setempat membangun kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungannya.
"Saya sudah perintahkan ke desa-desa agar dalam rapat-rapat bersama warga diumumkan larangan membakar hutan karena selain merusak lingkungan juga bisa terjerat persoalan hukum," katanya.
Baca juga: Jangan lagi bakar lahan di musim kemarau
Baca juga: DPRD NTT prihatin atas kebakaran di TN Komodo
“Tiga titik ini adalah di lereng Gunung Lewotobi, puncak Gunung Ile Boleng, dan wilayah perbukitan di Pulau Solor,” katanya ketika dihubungi dari Kupang, Senin (2/9).
Ia mengatakan, bencana kekeringan akibat musim panas yang sedang melanda daerah itu menyebabkan banyak lahan kering mudah terbakar, kebakaran di sejumlah titik itu diduga akibat aktivitas yang dilakukan warga.
“Bisa juga terjadi karena orang-orang yang iseng membakar rumput lalu dibiarkan begitu saja atau juga aktivitas warga yang berburu lalu membuang puntung rokok sembarangan,” kata Agustinus.
Baca juga: Delapan kabupaten di NTT berpotensi dilanda Karhutlah
Ia mengatakan, kebakaran huitan dan lahan seperti ini hampir rutin terjadi setiap tahun di wilayah setempat yang diantaranya terjadi pada wilayah pegunungan yang sulit dijangkau.
Kondisi ini, lanjutnya, yang menyebabkan karhutla sulit ditangani secara cepat oleh pemerintah daerah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
“Di sisi lain butuh sumber daya yang lebih memadai sehingga kami minta dukungan juga dari pemerintah pusat terutama anggaran untuk penanganan bencana,” katanya dan menandang hal penting yang perlu pemerintah daerah setempat membangun kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungannya.
"Saya sudah perintahkan ke desa-desa agar dalam rapat-rapat bersama warga diumumkan larangan membakar hutan karena selain merusak lingkungan juga bisa terjerat persoalan hukum," katanya.
Baca juga: Jangan lagi bakar lahan di musim kemarau
Baca juga: DPRD NTT prihatin atas kebakaran di TN Komodo