Kupang (ANTARA) - Warga Desa Lamalera di Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur mengeluhkan kesulitan mendapatkan air bersih karena mata air di daerah itu sudah mulai mengering.
Marsel Beding warga setempat kepada ANTARA di Lamalera, Lembata, Kamis (26/9) mengatakan kesulitan akan air bersih itu terjadi sudah sejak akhir bulan lalu. "Saat ini dengan puncak-puncaknya musim kemarau, kami sudah kesulitan air bersih sudah mau satu bulan ini," katanya.
Ia mengatakan bahwa mata air yang selama ini sering dialirkan ke desa itu dari atas bukit, saat ini sangat sulit didapatkan.
Marsel mengaku bahwa, biasanya setiap sore, ada air yang dialirkan dari mata air ke setiap rumah warga, namun kali ini terkadang empat hari baru mendapatkan air bersih.
Baca juga: Air bersih jadi masalah di Kota Kupang
Baca juga: Krisis air bersih landa 3 kecamatan di Manggarai Barat
Di desa itu kata dia, tak ada yang menjual air, sehingga pihaknya harus bersabar dan terus menghemat air yang didapat. "Di sini (Lamalera) tak ada yang menjual air, jadi harus benyak menghemat air sehingga tak kesulitan air," tutur dia.
Kepala Desa Lamalera Antonius Boli mengatakan bahwa jika dibandingkan dengan tahun 2018, kesulitan air bersih di daerah itu pada tahun ini lebih memprihatinkan.
"Kalau tahun lalu, itu kami masih bisa mendapatkan air, tetapi kali ini dalam sepekan hanya dapat sekali saja, itu pun juga kalau pipa tak bocor. Sebab, ada kebocoran pipa sehingga air terbuang begitu saja di hutan, dan diperlukan pengecekan," tuturnya.
Ia juga menambahkan sudah beberapa bulan terakhir hujan juga tak muncul, sehingga sulit bagi mereka untuk manampung air untuk kebutuhan lain. Lamalera adalah desa yang tumbuh di atas bukit karang di pinggir pantai selatan Pulau Lembata.
Baca juga: 4.000 konsumen kesulitan mendapatkan air bersih
Baca juga: Warga Lembata kesulitan air bersih akibat kekeringan
Marsel Beding warga setempat kepada ANTARA di Lamalera, Lembata, Kamis (26/9) mengatakan kesulitan akan air bersih itu terjadi sudah sejak akhir bulan lalu. "Saat ini dengan puncak-puncaknya musim kemarau, kami sudah kesulitan air bersih sudah mau satu bulan ini," katanya.
Ia mengatakan bahwa mata air yang selama ini sering dialirkan ke desa itu dari atas bukit, saat ini sangat sulit didapatkan.
Marsel mengaku bahwa, biasanya setiap sore, ada air yang dialirkan dari mata air ke setiap rumah warga, namun kali ini terkadang empat hari baru mendapatkan air bersih.
Baca juga: Air bersih jadi masalah di Kota Kupang
Baca juga: Krisis air bersih landa 3 kecamatan di Manggarai Barat
Di desa itu kata dia, tak ada yang menjual air, sehingga pihaknya harus bersabar dan terus menghemat air yang didapat. "Di sini (Lamalera) tak ada yang menjual air, jadi harus benyak menghemat air sehingga tak kesulitan air," tutur dia.
Kepala Desa Lamalera Antonius Boli mengatakan bahwa jika dibandingkan dengan tahun 2018, kesulitan air bersih di daerah itu pada tahun ini lebih memprihatinkan.
"Kalau tahun lalu, itu kami masih bisa mendapatkan air, tetapi kali ini dalam sepekan hanya dapat sekali saja, itu pun juga kalau pipa tak bocor. Sebab, ada kebocoran pipa sehingga air terbuang begitu saja di hutan, dan diperlukan pengecekan," tuturnya.
Ia juga menambahkan sudah beberapa bulan terakhir hujan juga tak muncul, sehingga sulit bagi mereka untuk manampung air untuk kebutuhan lain. Lamalera adalah desa yang tumbuh di atas bukit karang di pinggir pantai selatan Pulau Lembata.
Baca juga: 4.000 konsumen kesulitan mendapatkan air bersih
Baca juga: Warga Lembata kesulitan air bersih akibat kekeringan