Kupang (ANTARA) - Komunitas Timor Bergerak (Tim Berger) mengajak pegiat seni, khususnya kaum muda di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, untuk lebih berani bergerak dan berkarya sehingga karya-karyanya bisa dinikmati oleh masyarakat umum.

Pegiat Tim Berger Rafael ketika ditemui ANTARA di sela-sela Workshop Garis dan Aksara di Kupang, Minggu (29/9) mengatakan bahwa tim Berger merupakan platform yang mendorong para pegiat seni untuk lebih dekat dengan industri kreatif, yakni perpaduan antara karya kreatif dan industri digital.

"Saat ini Tim Berger tengah fokus pada empat bidang karya seni, yakni foto/video, musik, kuliner, dan visual arts," katanya.

Menurut dia selama ini banyak sekali orang yang berkarya sendirian, atau setidaknya untuk dirinya sendiri karena belum banyak yang percaya diri.

Baca juga: Pameran seni dan budaya ala Seminari St Mikhael
Baca juga: NTT dorong kerja sama pentas seni antarnegara

Kemudian juga masih banyak orang yang takut mengekspos karyanya ke publik. Takut penilaian orang, takut dicibir, dan lain-lain. Tim Berger sendiri, kata dia, ingin semua karya itu terakomodir.

Adapun Tim Berger telah beberapa kali menggelar kegiatan workshop dan pameran untuk mendorong pegiat seni lebih unjuk gigi, antara lain Workshop Desainer Grafis pada 18 Mei lalu dan Workshop Penulisan Skenario dalam kolaborasi bersama Komunitas Film Kupang (KFK) pada 20 Juli 2019, serta Kumpul Kelu pada 13 Juli 2019.

"Jadi puncak dari workshop kolaborasi antarkomunitas yang kami lakukan ialah melalui event Kumpul Kelu, dimana para pegiat seni bisa 'showcasing' karyanya. Kumpul Kelu kemarin ada pameran seni, penampilan musik-murisk, pemutaran film dokumenter, dan masih banyak lagi", ujar pendiri Rumpurampe Ink tersebut.

Pria yang biasa disebut dengan sebutan Papa Raff enggan menyebut Tim Berger sebagai komunitas, sebab Tim Berger hadir sebagai 'fasilitator' yang mempertemukan berbagai komunitas dalam kolaborasi karya.

"Goal besar kami ingin berkolaborasi dengan siapa saja, baik komunitas, maupun individu, untuk sesuatu yang lebih besar. Kita sebagai global citizen di era 4.0 ini punya peluang untuk show karya kemana saja. Kita harus bergerak bersama", tutupnya.

Workshop Garis dan Aksara menghadirkan dua narasumber, yakni Jacky Lau Oyang dari Komunitas Sekapur Sirih selaku ilustrator dan Felix Nesi dari Komunitas Leko selaku sastrawan.

Baca juga: Dispar NTT rutin gelar festival seni Pantai Lasiana
Baca juga: Kupang Gelar Festival Seni dan Budaya

Pewarta : Katrin LB, Kornelis Kaha
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2024