Kupang (ANTARA) - Warga Desa Hadakewa di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur, mengembangkan usaha peternakan babi dengan memanfaatkan program dana desa yang disalurkan pemerintah pusat.
“Usaha peternakan babi ini kami mulai 2019 melalui enam kelompok masyarakat yang sudah kami bentuk,” kata Kepala Desa Hadakewa Klemens Kwaman kepada ANTARA ketika dihubungi dari Kupang, Sabtu (12/10).
Dia menjelaskan, pemerintah desa setempat telah mengalokasikan dana sekitar Rp17 juta kepada masing-masing kelompok untuk memulai usaha peternakan babi.
Dana tersebut, lanjutnya, digunakan untuk pembuatan kandang, pengadaan anakan babi dan penggemukan serta pengadaan pakan.
“Usaha ini sudah dimulai dan akan dipanen setiap empat bulan. Sekarang bahkan sudah ada kelompok yang mulai memasuki massa panen dari hasil penggemukan,” katanya.
Baca juga: Populasi ternak babi di NTT 2.073.446 ekor
Baca juga: NTT miliki dua sentra pembibitan ternak babi
Menurutnya, usaha masyarakat ini merupakan uji coba awal untuk memberdayakan warga setempat menerapkan usaha peternakan dengan cara yang lebih modern.
Dia menjelaskan, selama ini warga setempat memiliki usaha ternak namun secara pribadi di lingkungannya dengan pola lama sehingga hasilnya kurang produktif.
“Kandang babi yang diternak sendiri-sendiri itu juga dari kayu dan kurang tertata, kemudian pakan juga tidak diperhatikan bagaimana nutrisinya sehingga sampai satu atau dua tahun baru dipanen,” katanya.
Dia menambahkan, “Namun dengan pola baru di kelompok ini akan lebih produktif, kandangnya dibuat dengan baik, kualitas pakan juga diperharikan dan dapat bisa dipanen setiap empat bulan.”
Klemens mengatakan, usaha ini merupakan sebagai uji coba awal dan jika bisa membuahkan hasil yang bagus bagi perekonomian warganya maka selanjutnya kelompok usaha akan diperbanyak.
“Modal yang diberikan dari dana desa ini juga tidak dikembalikan tapi diputar kembali untuk memperkuat usaha dan keuntungan akan dibagi untuk para anggota kelompok,” katanya.
Baca juga: Populasi ternak babi NTT tertinggi di Indonesia
Baca juga: Babi Dominasi Populasi Ternak di NTT
“Usaha peternakan babi ini kami mulai 2019 melalui enam kelompok masyarakat yang sudah kami bentuk,” kata Kepala Desa Hadakewa Klemens Kwaman kepada ANTARA ketika dihubungi dari Kupang, Sabtu (12/10).
Dia menjelaskan, pemerintah desa setempat telah mengalokasikan dana sekitar Rp17 juta kepada masing-masing kelompok untuk memulai usaha peternakan babi.
Dana tersebut, lanjutnya, digunakan untuk pembuatan kandang, pengadaan anakan babi dan penggemukan serta pengadaan pakan.
“Usaha ini sudah dimulai dan akan dipanen setiap empat bulan. Sekarang bahkan sudah ada kelompok yang mulai memasuki massa panen dari hasil penggemukan,” katanya.
Baca juga: Populasi ternak babi di NTT 2.073.446 ekor
Baca juga: NTT miliki dua sentra pembibitan ternak babi
Menurutnya, usaha masyarakat ini merupakan uji coba awal untuk memberdayakan warga setempat menerapkan usaha peternakan dengan cara yang lebih modern.
Dia menjelaskan, selama ini warga setempat memiliki usaha ternak namun secara pribadi di lingkungannya dengan pola lama sehingga hasilnya kurang produktif.
“Kandang babi yang diternak sendiri-sendiri itu juga dari kayu dan kurang tertata, kemudian pakan juga tidak diperhatikan bagaimana nutrisinya sehingga sampai satu atau dua tahun baru dipanen,” katanya.
Dia menambahkan, “Namun dengan pola baru di kelompok ini akan lebih produktif, kandangnya dibuat dengan baik, kualitas pakan juga diperharikan dan dapat bisa dipanen setiap empat bulan.”
Klemens mengatakan, usaha ini merupakan sebagai uji coba awal dan jika bisa membuahkan hasil yang bagus bagi perekonomian warganya maka selanjutnya kelompok usaha akan diperbanyak.
“Modal yang diberikan dari dana desa ini juga tidak dikembalikan tapi diputar kembali untuk memperkuat usaha dan keuntungan akan dibagi untuk para anggota kelompok,” katanya.
Baca juga: Populasi ternak babi NTT tertinggi di Indonesia
Baca juga: Babi Dominasi Populasi Ternak di NTT