Tambolaka, NTT (AntaraNews NTT) - Populasi ternak babi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga Juni 2018 tercatat sekitar 2 juta lebih ekor, dan merupakan tertinggi di Indonesia.

"Ternak babi menjadi fokus pengembangan di NTT karena daging babi paling banyak dikonsumsi (40,1 persen)," kata Senior Business Consultan Portfolio IV-Prisma, Gracia Christie Napitupulu kepada wartawan di Tambolaka, Sumba Barat Daya, Rabu (15/8).

Menurut dia, populasi babi di Indonesia meningkat dua persen dan NTT terbanyak. "NTT menyumbang 10,2 persen dari total produksi daging babi di Indonesia," katanya menambahkan.

Di NTT, kata dia, rata-rata satu rumah tangga memiliki dua ekor babi sehingga menjadi provinsi ternak babi terbesar di Indonesia.

Dia memperkirakan, ada 900.000 rumah tangga sebagai peternak babi karena dipicu oleh setiap urusan budaya dan agama yang membutuhkan gading babi.

Baca juga: Babi Dominasi Populasi Ternak di NTT Usaha peternakan babi di Nusa Tenggara Timur Peternakan babi juga melibatkan tenaga kerja wanita. Namun, kondisi riil di NTT menunjukkan bahwa para peternak berpendapatan rendah akibat produktivitas rendah karena kualitas bibit juga rendah serta kualitas pakan juga rendah.

Selain itu, pengetahuan terkait kesehatan hewan masih sangat terbatas dan keterbatasan pula pada teknik beternak.

Karena itu, Prisma memfasilitasi agar akses petani peternak untuk mendapatkan bibit yang berkualitas serta pakan bermutu dan informasi yang tepat pula.

Prisma merupakan program multi-tahun di bawah Australia-Indonesaia Partnership for Rural Economic Develoment (AIP-Rural).

Program tersebut dimulai sejak 2013 di lima provinsi di Indonesia, yakni Jawa Timur, NTB, NTT, Papua dan Papua Barat.

Program tersebut diadakan untuk mendukung strategi pembangunan Pemerintah Indonesia dalam mempercepat pengentasan kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi yang inklusif. 

Baca juga: AIP-Rural Nilai Babi Jadi Komoditas Unggulan
 

Pewarta : Bernadus Tokan
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2024