Kupang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur akhirnya membentuk posko di semua kabupaten untuk menangani hama ulat grayak yang menyerang tanaman jagung milik petani di sejumlah kabupaten di NTT saat ini.
"Posko tersebut bertugas melakukan pemantauan dan pengendalian ulat-ulat yang menyerang tanaman jagung di wilayah masing-masing," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, Jhon Oktovianus kepada Antara di Kupang, Rabu (19/2).
Dia mengemukakan hal itu, menjawab pertanyaan seputar dukungan pemerintah provinsi dalam upaya memberantas hama ulat grayak yang menyerang titik tumbuh jagung di provinsi berbasis kepulauan itu.
Menurut dia, pengendalian dimaksud adalah pengamatan tentang kepastian serangan hama,
dan pengendalian hama secara fisik (tangkap dan bunuh).
Kegiatan pengendalian ini melibatkan seluruh elemen masyarakat, termasuk anak-anak sekolah merupakan alternatif pertama.
Baca juga: 10.563 hektare jagung di NTT terserang hama ulat grayak
Baca juga: Flores Timur butuh tambahan tenaga penyuluh pertanian
Sementara itu kegiatan pengendalian fisik disertai dengan pengendalian agronomis yaitu menggunakan bumbung bambu dengan tujuan menjebak hama tapi melindungi musuh alami.
Penggunaan pestisida secara selektif merupakan alternatif terakhir dalam penanganan masalah hama tersebut, katanya menambahkan.
Sekitar 10.563 lebih hektare dari 680.696 hektare luas tanaman jagung milik petani di NTT dilaporkan terserang hama ulat grayak (spodoptera frugiperda).
Wakil Bupati Flores Timur Agustinus Payong Boli (kanan) sedang menyemprot hama ulat grayak. Flores Timur merupakan daerah di NTT yang paling luas tanaman jagung yang terserang ulat grayak. (ANTARA/Bernadus Tokan)
Selain itu, sebanyak 213.899.62 hektare tanaman jagung masuk dalam kategori terancam serangan hama tersebut.
Jhon Oktovianus mengatakan, areal tanaman jagung petani yang terserang hama ulat grayak ini tersebar di 16 kabupaten di provinsi berbasis kepulauan itu.
Baca juga: Pengendalian hama ulat grayak dengan cara mekanik
Baca juga: Jagung terserang hama ulat grayak sulit dipulihkan
Kabupaten-kabupaten yang menjadi sasaran serangan hama tersebut adalah Kabupaten Kupang, Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, dan Belu.
Selain Sabu Raijua, Ende, Ngada, Nagekeo, Sikka, Flores Timur, Lembata, Manggarai Barat, Manggarai Timur, Sumba Barat Daya, Sumba Tengah dan Sumba Timur.
Hanya Kabupaten Alor, Manggarai, Rote Ndao, Malaka serta Kota Kupang yang belum ada laporan.
Menurut dia, luas areal tanaman jagung yang paling banyak terserang hama ulat grayak ini adalah Kabupaten Flores Timur yakni mencapai 4.585 hektare. Disusul Kabupaten Sikka seluas 2.121 hektare dan Kabupaten Lembata seluas 1.908 hektare.
Baca juga: Petani jagung NTT rugi Rp120 miliar akibat hama ulat grayak
Baca juga: 2,540 hektare lahan jagung di Sikka diserang hama ulat grayak
"Posko tersebut bertugas melakukan pemantauan dan pengendalian ulat-ulat yang menyerang tanaman jagung di wilayah masing-masing," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, Jhon Oktovianus kepada Antara di Kupang, Rabu (19/2).
Dia mengemukakan hal itu, menjawab pertanyaan seputar dukungan pemerintah provinsi dalam upaya memberantas hama ulat grayak yang menyerang titik tumbuh jagung di provinsi berbasis kepulauan itu.
Menurut dia, pengendalian dimaksud adalah pengamatan tentang kepastian serangan hama,
dan pengendalian hama secara fisik (tangkap dan bunuh).
Kegiatan pengendalian ini melibatkan seluruh elemen masyarakat, termasuk anak-anak sekolah merupakan alternatif pertama.
Baca juga: 10.563 hektare jagung di NTT terserang hama ulat grayak
Baca juga: Flores Timur butuh tambahan tenaga penyuluh pertanian
Sementara itu kegiatan pengendalian fisik disertai dengan pengendalian agronomis yaitu menggunakan bumbung bambu dengan tujuan menjebak hama tapi melindungi musuh alami.
Penggunaan pestisida secara selektif merupakan alternatif terakhir dalam penanganan masalah hama tersebut, katanya menambahkan.
Sekitar 10.563 lebih hektare dari 680.696 hektare luas tanaman jagung milik petani di NTT dilaporkan terserang hama ulat grayak (spodoptera frugiperda).
Selain itu, sebanyak 213.899.62 hektare tanaman jagung masuk dalam kategori terancam serangan hama tersebut.
Jhon Oktovianus mengatakan, areal tanaman jagung petani yang terserang hama ulat grayak ini tersebar di 16 kabupaten di provinsi berbasis kepulauan itu.
Baca juga: Pengendalian hama ulat grayak dengan cara mekanik
Baca juga: Jagung terserang hama ulat grayak sulit dipulihkan
Kabupaten-kabupaten yang menjadi sasaran serangan hama tersebut adalah Kabupaten Kupang, Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, dan Belu.
Selain Sabu Raijua, Ende, Ngada, Nagekeo, Sikka, Flores Timur, Lembata, Manggarai Barat, Manggarai Timur, Sumba Barat Daya, Sumba Tengah dan Sumba Timur.
Hanya Kabupaten Alor, Manggarai, Rote Ndao, Malaka serta Kota Kupang yang belum ada laporan.
Menurut dia, luas areal tanaman jagung yang paling banyak terserang hama ulat grayak ini adalah Kabupaten Flores Timur yakni mencapai 4.585 hektare. Disusul Kabupaten Sikka seluas 2.121 hektare dan Kabupaten Lembata seluas 1.908 hektare.
Baca juga: Petani jagung NTT rugi Rp120 miliar akibat hama ulat grayak
Baca juga: 2,540 hektare lahan jagung di Sikka diserang hama ulat grayak