Kupang (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur dikirim ke Desa Sebot di Kecamatan Molo Utara untuk meneliti kandungan air yang mengalir melewati lokasi munculnya gas belerang dan asap di desa tersebut.
"Kita sudah kirim tim ke lokasi untuk meneliti dengan mengambil sampel kandungan yang ada dalam air yang ada di sekitar lokasi tersebut," kata Bupati Timor Tengah Selatan Egusem Piether Tahun saat dihubungi Antara dari Kupang, Sabtu (22/2).
Ia mengatakan tim tersebut sudah mengambil sampel air di dekat lokasi itu, dan dari hasil pemeriksaan di laboratorium untuk sementara air bersih yang berada lokasi itu tak terkontaminasi dengan racun.
"Hasilnya negatif sampel air yang diambil di sekitar lokasi itu tak terkontaminasi dengan racun atau belerang yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat, " ujar dia.
Ia mengatakan bahwa dinas kesehatan setempat juga sudah dikirim ke desa terdekat untuk memantau kesehatan warga di Desa Sebot itu.
Baca juga: Gas yang muncul di Desa Sebot, bisa mengganggu kesehatan masyarakat
Baca juga: Gas dan asap yang muncul tidak berasal dari aktivitas gunung api
Pemda Timor Tengah Selatan juga mengimbau agar selama asap dan bau gas masih menyengat, warga dilarang untuk beraktivitas di kawasan sekitarnya karena sangat mengganggu kesehatan.
Laporan yang disampaikan oleh tim dari Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM juga menyebutkan bahwa munculnya gas di desa itu mampu mengganggu kesehatan masyarakat sekitar karena kadar gasnya melebihi ambang batas normal.
"Dari hasil pengukuran yang kami lakukan ada dua jenis gas yang muncul di daerah itu yakni gas SO2 dan H2S. Saat ini munculnya gas ini sudah melebihi ambang batas normal," kata Penyelidik Bumi Muda PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM, Ugan Saing.
Gas SO2 atau yang dikenal dengan gas Sulfur Dioksida yang ditemui di lokasi tercatat mencapai 121 ppm dari ambang normal 2 ppm.
Sementara gas H2S atau yang dikenal dengan sebutan hydrogen sulfida yang ditemui di lokasi tercatat mencapai 46 ppm dari ambang batas normal 10 ppm.
Baca juga: Gas Biogenik diduga penyebab munculnya api di Molo Utara
Baca juga: Pusat Vulkanologi sebut kecil kemungkinan muncul gunung api di TTS
"Kita sudah kirim tim ke lokasi untuk meneliti dengan mengambil sampel kandungan yang ada dalam air yang ada di sekitar lokasi tersebut," kata Bupati Timor Tengah Selatan Egusem Piether Tahun saat dihubungi Antara dari Kupang, Sabtu (22/2).
Ia mengatakan tim tersebut sudah mengambil sampel air di dekat lokasi itu, dan dari hasil pemeriksaan di laboratorium untuk sementara air bersih yang berada lokasi itu tak terkontaminasi dengan racun.
"Hasilnya negatif sampel air yang diambil di sekitar lokasi itu tak terkontaminasi dengan racun atau belerang yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat, " ujar dia.
Ia mengatakan bahwa dinas kesehatan setempat juga sudah dikirim ke desa terdekat untuk memantau kesehatan warga di Desa Sebot itu.
Baca juga: Gas yang muncul di Desa Sebot, bisa mengganggu kesehatan masyarakat
Baca juga: Gas dan asap yang muncul tidak berasal dari aktivitas gunung api
Pemda Timor Tengah Selatan juga mengimbau agar selama asap dan bau gas masih menyengat, warga dilarang untuk beraktivitas di kawasan sekitarnya karena sangat mengganggu kesehatan.
Laporan yang disampaikan oleh tim dari Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM juga menyebutkan bahwa munculnya gas di desa itu mampu mengganggu kesehatan masyarakat sekitar karena kadar gasnya melebihi ambang batas normal.
"Dari hasil pengukuran yang kami lakukan ada dua jenis gas yang muncul di daerah itu yakni gas SO2 dan H2S. Saat ini munculnya gas ini sudah melebihi ambang batas normal," kata Penyelidik Bumi Muda PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM, Ugan Saing.
Gas SO2 atau yang dikenal dengan gas Sulfur Dioksida yang ditemui di lokasi tercatat mencapai 121 ppm dari ambang normal 2 ppm.
Sementara gas H2S atau yang dikenal dengan sebutan hydrogen sulfida yang ditemui di lokasi tercatat mencapai 46 ppm dari ambang batas normal 10 ppm.
Baca juga: Gas Biogenik diduga penyebab munculnya api di Molo Utara
Baca juga: Pusat Vulkanologi sebut kecil kemungkinan muncul gunung api di TTS