Kupang (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Timur memprakirakan pertumbuhan ekonomi NTT pada 2020 berada pada kisaran 5,02-5,42 persen.
Prakiraan tersebut dikemukakan Kepala Kantor BI Perwakilan NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja dalam keterangan tertulis yang diterima di Kupang, Selasa (31/3), terkait kondisi ekonomi NTT di tengah merebaknya serangan virus corona (COVID-19).
"Prakiraan pertumbuhan ekonomi NTT 5,02-5,42 persen ini lebih rendah dari prakiraan sebelumnya yakni pada kisaran 5,20-5,60 persen," katanya.
Prakiraan pertumbuhan ekonomi NTT ini juga lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2019 yang mencapai 5,20 persen secara year on year (yoy), katanya.
Ariawan menjelaskan, inflasi diprakirakan tidak berubah dengan prakiraan sebelumnya yakni pada kisaran 2,4-2,8 persen secara yoy.
Hal ini dikarenakan pola permintaan maupun pasokan persediaan makanan di provinsi berbasiskan kepulauan itu yang masih terjaga, katanya.
Ia menambahkan, pihaknya terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah maupun lintas instansi terkait lainnya untuk meredam dampak wabah COVID-19 terhadap perekonomian.
"Termasuk juga terkait langkah-langkah koordinasi kebijakan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi dan inflasi dengan baik," tegasnya.
Baca juga: Cegah COVID-19, BI NTT karantina uang rupiah sebelum diedarkan
Baca juga: Kata OJK, nasabah wajib ajukan permohonan untuk keringanan kredit
Prakiraan tersebut dikemukakan Kepala Kantor BI Perwakilan NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja dalam keterangan tertulis yang diterima di Kupang, Selasa (31/3), terkait kondisi ekonomi NTT di tengah merebaknya serangan virus corona (COVID-19).
"Prakiraan pertumbuhan ekonomi NTT 5,02-5,42 persen ini lebih rendah dari prakiraan sebelumnya yakni pada kisaran 5,20-5,60 persen," katanya.
Prakiraan pertumbuhan ekonomi NTT ini juga lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2019 yang mencapai 5,20 persen secara year on year (yoy), katanya.
Ariawan menjelaskan, inflasi diprakirakan tidak berubah dengan prakiraan sebelumnya yakni pada kisaran 2,4-2,8 persen secara yoy.
Hal ini dikarenakan pola permintaan maupun pasokan persediaan makanan di provinsi berbasiskan kepulauan itu yang masih terjaga, katanya.
Ia menambahkan, pihaknya terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah maupun lintas instansi terkait lainnya untuk meredam dampak wabah COVID-19 terhadap perekonomian.
"Termasuk juga terkait langkah-langkah koordinasi kebijakan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi dan inflasi dengan baik," tegasnya.
Baca juga: Cegah COVID-19, BI NTT karantina uang rupiah sebelum diedarkan
Baca juga: Kata OJK, nasabah wajib ajukan permohonan untuk keringanan kredit