Kupang (ANTARA) - Pengamat pertanian dari Universitas Kristen Kupang Zet Malelak mengkhawatirkan kelangkaan pangan di Nusa Tenggara Timur tidak akan bertahan lama jika wabah COVID-19 ini tetap mewabah selama setahun.
"Saya bukan mau menakut-nakuti, tetapi sesuai hasil survei yang saya dan teman-teman LS lakukan pada Oktober nanti pangan kita sudah semakin parah," katanya kepada Antara di Kupang, Selasa, (5/5).
Ia mengatakan hal ini berkaitan dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh wabah COVID-19 ini khususnya di provinsi berbasis kepulauan yang saat ini masih bergantung dari provinsi lain di Indonesia.
Baca juga: Pengamat imbau pemerintah gelorakan semangat konsumsi pangan lokal
Baca juga: Pengamat pertanian setuju dengan peringatan FAO
Zet menyatakan bahwa curah hujan yang minim di bulan November hingga April dikhawatirkan akan mengakibatkan hasil panen yang tak sesuai dengan harapan.
"Bisa saja hasil panen kita pada tahun ini tidak mencapai 50 persen. Dan ini tentu bahaya jikalau wabah COVID-19 ini terus mewabah," tambah dia.
Lebih lanjut ia mencontohkan di daerah kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang hanya ada satu persen yang bisa tanam padi, karena memang curah hujan sangatlah minim.
"Memang ada jagung yang dipanen tetapi ini sangatlah minim. Saya khawatir, bukan ekonomi kita yang mati tetapi pangan kita yang habis. Ada uang tetapi tidak bisa membeli pangan kita bisa mati," tutur dia.
Oleh karena itu ujar dia pemerintah perlu melakukan berbagai langkah strategis sehingga pangan tetap ada, dan khusus NTT tidak perlu ada ego sektoral dalam penanaganan COVID-19 ini.
Terkait masalah pangan, Perum Bulog Kantor Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menjamin ketersediaan beras yang dimiliki saat ini mampu bertahan hingga tujuh bulan ke depan dengan volume mencapai 31 ribu ton.
Kepala Perum Bulog Kantor Wilayah NTT Taufan Akib mengatakan, ketersediaan beras sebanyak itu diperkirakan baru akan habis pada bulan Oktober atau November sehingga masyarakat diharapkan tidak panik dengan memborong atau membeli beras dalam jumlah yang banyak.
Baca juga: Pengamat khawatir kalau ekonomi NTT akan memburuk
"Jangan panik. Kebutuhan beras kita masih cukup kok. Kalau habis kami akan datangkan lagi berasnya," ujarnya
"Saya bukan mau menakut-nakuti, tetapi sesuai hasil survei yang saya dan teman-teman LS lakukan pada Oktober nanti pangan kita sudah semakin parah," katanya kepada Antara di Kupang, Selasa, (5/5).
Ia mengatakan hal ini berkaitan dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh wabah COVID-19 ini khususnya di provinsi berbasis kepulauan yang saat ini masih bergantung dari provinsi lain di Indonesia.
Baca juga: Pengamat imbau pemerintah gelorakan semangat konsumsi pangan lokal
Baca juga: Pengamat pertanian setuju dengan peringatan FAO
Zet menyatakan bahwa curah hujan yang minim di bulan November hingga April dikhawatirkan akan mengakibatkan hasil panen yang tak sesuai dengan harapan.
"Bisa saja hasil panen kita pada tahun ini tidak mencapai 50 persen. Dan ini tentu bahaya jikalau wabah COVID-19 ini terus mewabah," tambah dia.
Lebih lanjut ia mencontohkan di daerah kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang hanya ada satu persen yang bisa tanam padi, karena memang curah hujan sangatlah minim.
"Memang ada jagung yang dipanen tetapi ini sangatlah minim. Saya khawatir, bukan ekonomi kita yang mati tetapi pangan kita yang habis. Ada uang tetapi tidak bisa membeli pangan kita bisa mati," tutur dia.
Oleh karena itu ujar dia pemerintah perlu melakukan berbagai langkah strategis sehingga pangan tetap ada, dan khusus NTT tidak perlu ada ego sektoral dalam penanaganan COVID-19 ini.
Terkait masalah pangan, Perum Bulog Kantor Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menjamin ketersediaan beras yang dimiliki saat ini mampu bertahan hingga tujuh bulan ke depan dengan volume mencapai 31 ribu ton.
Kepala Perum Bulog Kantor Wilayah NTT Taufan Akib mengatakan, ketersediaan beras sebanyak itu diperkirakan baru akan habis pada bulan Oktober atau November sehingga masyarakat diharapkan tidak panik dengan memborong atau membeli beras dalam jumlah yang banyak.
Baca juga: Pengamat khawatir kalau ekonomi NTT akan memburuk
"Jangan panik. Kebutuhan beras kita masih cukup kok. Kalau habis kami akan datangkan lagi berasnya," ujarnya