Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memastikan kesiapan dan kemantapan jalan Sabuk Merah di kawasan perbatasan Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam rangka mendukung jalur logistik di tengah pandemi COVID-19.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, jalan nasional tetap disiapkan sebagai jalur logistik, termasuk ruas jalan yang fungsional jika dibutuhkan, untuk kelancaran produksi dan distribusi barang kebutuhan pokok, obat-obatan atau alat kesehatan, serta layanan kesehatan/kendaraan medis dalam rangka penanganan pencegahan penyebaran COVID-19.
Baca juga: Kementerian PUPR anggarkan Rp50 miliar dukung wisata Labuan Bajo
“Kami memastikan kemantapan pada jalan nasional yang baik, termasuk menjaga agar satu wilayah tidak terisolir karena jalan dan jembatan putus,” kata Menteri Basuki dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa, (19/5).
Salah satu ruas jalan strategis nasional yang terus ditingkatkan kondisi jalannya adalah Jalan perbatasan NTT, provinsi yang berbatasan dengan Timor Leste sepanjang 179,99 kilometer atau yang di kenal dengan istilah Sabuk Merah Sektor Timur dari Kabupaten Belu hingga Kabupaten Malaka.
Ruas jalan tersebut punya arti penting terutama bagi masyarakat di perbatasan yang terdapat komoditas perkebunan pohon kayu putih, kelor, dan jambu mete. Dari 179,99 kilometer tersebut yang sudah tertangani (aspal) hingga 2019 sepanjang 145,17 kilometer.
Sedangkan pada 2020 direncanakan jalan yang sudah aspal akan bertambah dan sedang dikerjakan menjadi sepanjang 164,57 kilometer, sehingga sisanya akan dituntaskan pada tahun 2021 mendatang.
Baca juga: Kemen-PUPR tanam ribuan anakan pohon di Jembatan Petuk
Sepanjang Jalan Sabuk Merah Sektor Timur tersebut rencananya akan dibangun sebanyak 41 buah jembatan dengan panjang 1.599 meter. Hingga 2019 telah terbangun sebanyak 23 jembatan dengan panjang 1.039 meter. Selanjutnya pada 2020 sendiri akan diselesaikan menjadi 33 jembatan, sehingga sisanya akan dituntaskan pada 2021. Adapun Jembatan tersebut semuanya terbuat dari rangka baja dengan bentang rata-rata 60 meter.
Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) X Kupang, NTT Muktar Napitupulu mengatakan, proses pengerjaan jalan perbatasan Sabuk Merah Sektor Timur tahun ini terbagi dalam beberapa paket yang dikerjakan oleh beberapa kontraktor lokal dan nasional.
"Pembangunan jalan perbatasan ini merupakan salah satu pekerjaan yang terkena rekomposisi alokasi anggaran 2020 untuk penanganan COVID-19," kata Muktar.
Jalur Sabuk Merah juga tidak hanya berfungsi untuk menghubungkan beberapa pos keamanan sepanjang PLBN Motaain dan PLBN Motamassin saja. Namun, pembangunan di pinggir Indonesia ini pun mendukung perekonomian masyarakat setempat.
Baca juga: Kementerian PUPR bangun RTH Sinode GMIT Kupang
Salah satu potensi ekonomi yang bisa didorong adalah sektor pariwisata. Sebuah sabana Fulan Fehan di Lamaknen, Kabupaten Belu, terlintasi Sabuk Merah sektor Timur, sehingga memudahkan wisatawan untuk berkunjung ke spot wisata yang unik dan eksotik ini.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, jalan nasional tetap disiapkan sebagai jalur logistik, termasuk ruas jalan yang fungsional jika dibutuhkan, untuk kelancaran produksi dan distribusi barang kebutuhan pokok, obat-obatan atau alat kesehatan, serta layanan kesehatan/kendaraan medis dalam rangka penanganan pencegahan penyebaran COVID-19.
Baca juga: Kementerian PUPR anggarkan Rp50 miliar dukung wisata Labuan Bajo
“Kami memastikan kemantapan pada jalan nasional yang baik, termasuk menjaga agar satu wilayah tidak terisolir karena jalan dan jembatan putus,” kata Menteri Basuki dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa, (19/5).
Salah satu ruas jalan strategis nasional yang terus ditingkatkan kondisi jalannya adalah Jalan perbatasan NTT, provinsi yang berbatasan dengan Timor Leste sepanjang 179,99 kilometer atau yang di kenal dengan istilah Sabuk Merah Sektor Timur dari Kabupaten Belu hingga Kabupaten Malaka.
Ruas jalan tersebut punya arti penting terutama bagi masyarakat di perbatasan yang terdapat komoditas perkebunan pohon kayu putih, kelor, dan jambu mete. Dari 179,99 kilometer tersebut yang sudah tertangani (aspal) hingga 2019 sepanjang 145,17 kilometer.
Sedangkan pada 2020 direncanakan jalan yang sudah aspal akan bertambah dan sedang dikerjakan menjadi sepanjang 164,57 kilometer, sehingga sisanya akan dituntaskan pada tahun 2021 mendatang.
Baca juga: Kemen-PUPR tanam ribuan anakan pohon di Jembatan Petuk
Sepanjang Jalan Sabuk Merah Sektor Timur tersebut rencananya akan dibangun sebanyak 41 buah jembatan dengan panjang 1.599 meter. Hingga 2019 telah terbangun sebanyak 23 jembatan dengan panjang 1.039 meter. Selanjutnya pada 2020 sendiri akan diselesaikan menjadi 33 jembatan, sehingga sisanya akan dituntaskan pada 2021. Adapun Jembatan tersebut semuanya terbuat dari rangka baja dengan bentang rata-rata 60 meter.
Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) X Kupang, NTT Muktar Napitupulu mengatakan, proses pengerjaan jalan perbatasan Sabuk Merah Sektor Timur tahun ini terbagi dalam beberapa paket yang dikerjakan oleh beberapa kontraktor lokal dan nasional.
"Pembangunan jalan perbatasan ini merupakan salah satu pekerjaan yang terkena rekomposisi alokasi anggaran 2020 untuk penanganan COVID-19," kata Muktar.
Jalur Sabuk Merah juga tidak hanya berfungsi untuk menghubungkan beberapa pos keamanan sepanjang PLBN Motaain dan PLBN Motamassin saja. Namun, pembangunan di pinggir Indonesia ini pun mendukung perekonomian masyarakat setempat.
Baca juga: Kementerian PUPR bangun RTH Sinode GMIT Kupang
Salah satu potensi ekonomi yang bisa didorong adalah sektor pariwisata. Sebuah sabana Fulan Fehan di Lamaknen, Kabupaten Belu, terlintasi Sabuk Merah sektor Timur, sehingga memudahkan wisatawan untuk berkunjung ke spot wisata yang unik dan eksotik ini.