Kupang (ANTARA) - Gerakan Pemuda (GP) Ansor NTT mengkhawatirkan ditangkapnya eks pentolan organisasi terlarang Hisbuh Tahrir Indonesia (HTI) Suryadi dan istrinya oleh aparat kepolisian di Kupang akan memunculkan tokoh lainnya yang akan muncul ke publik..

Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor NTT Ajhar Jowe kepada ANTARA di Kupang, Senin, (1/6) mengatakan bahwa kemunculan pentolan eks HTI di Kupang menunjukkan bahwa mereka sudah mempunyai basis yang kuat.

Baca juga: MUI: Penyebar ideologi khilafah harus dihukum

Menurut Ajhar, salah satu strategis mereka lakukan jika mereka belum punya basis mereka diam dan tidak mau muncul di publik, namun ketika mereka sudah memiliki kekuatan atau basis maka mereka sudah berani menunjukkan diri mereka dengan cara apapun.

"Artinya hari ini Suryadi Koda (Pentolan HTI) diamankan oleh polisi dan terus dilakukan proses hukum, sudah jelas pengganti Suryadi Koda sudah ada," katanya.

Menurut Ajhar, itu cara-cara melalui kaderisasi mereka sehingga sampai kapanpun organisasi terlarang itu akan tetap ada di seluruh kota, termasuk juga di Kota Kupang, ibu kota Provinsi NTT itu.

Ia menduga saat ini sejumlah orang yang sudah direkrut masuk HTI sudah merelakan pentolan garis keras HTI di proses hukum, sehingga perlu diwaspadai munculnya tokoh.

Untuk itu, Ajhar mengimbau, baik aparat keamanan dan pemerintah serta masyarakat di NTT tidak membaca hanya sampai di Suryadi dan istrinya saja.

Baca juga: HTI masih beroperasi di wilayah NTT

"Kami mau sampaikan bahwa gerakan mereka kita jangan membaca secara lurus kita akan berhenti di situ, tetapi berbagai strategis mereka sudah didesain dengan berbagai cara, maka penahanan Suryadi Koda bukan menyelesaikan HTI di NTT dan bukan 'ending' melemahkan sistem gerakan mereka," katanya.

Sebelum pergerakan organisasi terlarang ini semakin masif, katanya, maka diperlukan antisipasi secara baik oleh pihak-pihak yang berkompeten dan oleh badan intelijen daerah.

GP Ansor NTT juga mengingatkan, walaupun HTI di NTT masih dalam kelompok kecil, tetapi organisasi itu mampu menggerakkan berbagai aktivitas sampai menyebarkannya melalui media sosial, media cetak, buletin serta melakukan rapat secara bebas secara virtual di tempat terbuka.

"Itu mereka menganggap sudah ada kekuatan basis serta gerakan mereka di NTT khususnya di Kota Kupang," katanya.

Baca juga: Pemerintah Lamban Tanggapi HTI

Ia pun mengharapkan agar penegak hukum, pemerintah serta warga NTT serta seluruh masyarakat di NTT mengantisipasi kemunculan kelompok ini lagi di NTT.

Sebab setelah munculkan Suryadi Koda dengan menyebarkan ideologi khilafah di NTT menimbulkan persepsi yang negatif bagi umat muslim di daerah itu yang terkenal dengan toleransinya.

"Di berbagai medsos ada beberapa pihak yang membuli agama islam dengan berbagai komentar yang tidak sehat. Sampai dengan berbagai ancaman terus beredar di semua kalangan," katanya.

"Lebih ngeri lagi di grup facebook, kama memantau berbagai komentar menunjuk sikap rasa tidak suka dengan agama sangat terlihat, caci maki dan kata-kata yang tidak pantas dilontarkan. Sayangnya kok ulahnya HTI tapi agama diseret ke berbagai komentar," ujar dia.

Baca juga: Ada Dosen-Mahasiswa Undana Jadi Pengurus HTI

Ajhar mengatakan bahwa pemuda Ansor sejauh ini pun terus memantau gerakan mereka, namun kewenangannya terbatas, yakni hanya sebatas memantau dan memberikan rekomendasi kepada pihak penegak hukum.

Pewarta : Kornelis Kaha
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024