Kupang (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Kupang, Dr Ahmad Atang menilai momentum politik seperti pemeilihan kepala daerah (Pilkada yang digelar di tengah pandemi COVID-19, sangat menguntungkan bagi calon petahana.
"Secara normatif setiap pasangan calon mempunyai kesempatan yang sama untuk memenangkan pertarungan pada pilkada serentak Desember 2020 mendatang. Namun melihat momentum politik yang digelar di tengah COVID-19, maka menurut saya situasi ini sangat menguntungkan bagi calon incumben," kata Ahmad Atang kepada ANTARA di Kupang, Selasa (23/6).
Menurut dia, Pilkada 2020 yang dilaksanakan di tengah pandemi COVID-19, maka para calon maupun partai politik tidak bisa melakukan kampanye secara terbuka, sehingga, petahana memiliki kesempatan lebih leluasa dan terbuka untuk ketemu masyarakat.
"Alih-alih penanganan COVID-19 memiliki makna ganda untuk melakukan sosialisasi diri. Setiap kesempatan beraudensi dengan masyarakat, tidak lagi murni urusan pemerintahan dan pembangunan namun terselip kepentingan politik pilkada," katanya.
Kenyataan ini, katanya, berbeda dengan lawan yang tidak memiliki kesempatan sebaik calon petahana.
"Petahana akan melokalisir lawan untuk tidak leluasa ketemu masyarakat dengan alasan COVID-19. Dengan dalih protokol kesehatan tentu menjadi pembenar bagi lawan untuk tidak melakukan konsolidasi politik," katanya.
Kampenye media
Atang mengatakan bahwa kampanye di media menjadi jalan satu-satu untuk meraih dukungan masyarakat, namun media memiliki keterbatasan akses dan komunikasi politik untuk meraih dukungan publik tidak maksimal.
"Masyarakat kita masih mengandalkan pola dialogis dalam mengenal pasangan calon, maka ketika ruang dialog ditiadakan tentu lawan akan mengalami kesulitan," katanya.
Sementara incumben dengan status jabatan akan memanfaatkannya sebagai cara untuk berdialog dengan masyarakat.
Apalagi bantuan sosial untuk masyarakat berdampak COVID-19 yang salurkan oleh petahana akan memperkuat posisinya di masyarakat.
Dia mengatakan, mestinya KPU mengatur mekanisme petahana di tengah COVID-19 agar tidak merugikan pasangan lawan yang akan bertarung dalam konstetasi pilkada 2020.
Baca juga: Pengamat: Pilkada di tengah pandemi untungkan oligarki politik
"Secara normatif setiap pasangan calon mempunyai kesempatan yang sama untuk memenangkan pertarungan pada pilkada serentak Desember 2020 mendatang. Namun melihat momentum politik yang digelar di tengah COVID-19, maka menurut saya situasi ini sangat menguntungkan bagi calon incumben," kata Ahmad Atang kepada ANTARA di Kupang, Selasa (23/6).
Menurut dia, Pilkada 2020 yang dilaksanakan di tengah pandemi COVID-19, maka para calon maupun partai politik tidak bisa melakukan kampanye secara terbuka, sehingga, petahana memiliki kesempatan lebih leluasa dan terbuka untuk ketemu masyarakat.
"Alih-alih penanganan COVID-19 memiliki makna ganda untuk melakukan sosialisasi diri. Setiap kesempatan beraudensi dengan masyarakat, tidak lagi murni urusan pemerintahan dan pembangunan namun terselip kepentingan politik pilkada," katanya.
Kenyataan ini, katanya, berbeda dengan lawan yang tidak memiliki kesempatan sebaik calon petahana.
"Petahana akan melokalisir lawan untuk tidak leluasa ketemu masyarakat dengan alasan COVID-19. Dengan dalih protokol kesehatan tentu menjadi pembenar bagi lawan untuk tidak melakukan konsolidasi politik," katanya.
Kampenye media
Atang mengatakan bahwa kampanye di media menjadi jalan satu-satu untuk meraih dukungan masyarakat, namun media memiliki keterbatasan akses dan komunikasi politik untuk meraih dukungan publik tidak maksimal.
"Masyarakat kita masih mengandalkan pola dialogis dalam mengenal pasangan calon, maka ketika ruang dialog ditiadakan tentu lawan akan mengalami kesulitan," katanya.
Sementara incumben dengan status jabatan akan memanfaatkannya sebagai cara untuk berdialog dengan masyarakat.
Apalagi bantuan sosial untuk masyarakat berdampak COVID-19 yang salurkan oleh petahana akan memperkuat posisinya di masyarakat.
Dia mengatakan, mestinya KPU mengatur mekanisme petahana di tengah COVID-19 agar tidak merugikan pasangan lawan yang akan bertarung dalam konstetasi pilkada 2020.
Baca juga: Pengamat: Pilkada di tengah pandemi untungkan oligarki politik