Kupang (ANTARA) - Pengembangan destinasi wisata baru kopi dinilai oleh Ketua Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Kopi Arabika Flores Manggarai Joseph Janu akan membawa angin segar, selain bagi pariwisata daerah juga bagi para petani kopi di tiga Kabupaten Manggarai
“Yang jelas akan banyak sekali dampak positifnya bagi masyarakat di Labuan Bajo ini. Namun, yang utama adalah bagaimana membuat kopi menjadi destinasi wisata baru yang ada di tiga Kabupaten Manggarai dan Labuan Bajo sebagai etalase kopi, dan sekaligus menjadi pusat informasi dan promosi kopi. Inilah yang menjadi titik awal dari kerja sama yang kami lakukan kemarin ini,” katanya saat dihubungi dari Kupang, Kamis, (10/9).
Hal ini disampaikan berkaitan dengan telah dilaksanakannya penandatanganan kerja sama antara MPIG dengan Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF) terkait peningkatan ekonomi masyarakat di tiga kabupaten di Manggarai yakni Manggarai Barat, Timur, dan Manggarai dalam pembuatan destinasi wisata baru yakni kopi.
Lebih jauh Joseph berhara, dengan semakin dikenalnya Kopi Flores kemampuan ekspor kopi dengan kualitas bagus dapat semakin ditingkatkan dan itu berarti akan makin memperluas jangkauan pasar kopi lokal Flores.
Joseph juga menjelaskan MPIG akan terus melaksanakan pelatihan bagi para petani kopi yang menjadi anggotanya guna meningkatkan kemampuan memproduksi kopi sesuai standar yang telah ditetapkan.
“Kami punya master trainer yang melatih para petani secara periodik, dengan begitu para petani makin terbiasa bekerja sesuai standar kualitas yang ditetapkan, mulai dari sejak pasca-panen sampai dengan saat mendapatkan green bean-nya,” jelas Joseph.
Lebih lanjut Joseph menjelaskan sejauh ini sudah ada 42 kelompok petani yang tergabung dalam MPIG dan sampai saat ini pihaknya masih terus berupaya untuk menghimpun lebih banyak lagi petani kopi bergabung dalam MPIG.
Baca juga: BOP Labuan Bajo rancang tata perjalanan wisatawan
Baca juga: Pembangunan Puncak Waringin Labuan Bajo ditargetkan selesai akhir 2020
“Karena semakin banyak mereka bergabung, makin besar kemampuan kami untuk memproduksi kopi specialty yang bercita rasa tinggi untuk kopi Manggarai dengan value added , bukan cuma dari biji kopi tapi juga wisatanya,” ungkap Joseph.
Ia menambahkan saat ini kelompok petani kopi yang tergabung dalam MPIG tersebar di tiga Kabupaten Manggarai, antara lain 50 persen di Kabupaten Manggarai Timur, 30 persen di Manggarai, dan 20 persen lagi di Manggarai Barat, dengan karakter masing-masing sesuai dengan kontur wilayah setempat dimana kopi tersebut tumbuh.
“Yang jelas akan banyak sekali dampak positifnya bagi masyarakat di Labuan Bajo ini. Namun, yang utama adalah bagaimana membuat kopi menjadi destinasi wisata baru yang ada di tiga Kabupaten Manggarai dan Labuan Bajo sebagai etalase kopi, dan sekaligus menjadi pusat informasi dan promosi kopi. Inilah yang menjadi titik awal dari kerja sama yang kami lakukan kemarin ini,” katanya saat dihubungi dari Kupang, Kamis, (10/9).
Hal ini disampaikan berkaitan dengan telah dilaksanakannya penandatanganan kerja sama antara MPIG dengan Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF) terkait peningkatan ekonomi masyarakat di tiga kabupaten di Manggarai yakni Manggarai Barat, Timur, dan Manggarai dalam pembuatan destinasi wisata baru yakni kopi.
Lebih jauh Joseph berhara, dengan semakin dikenalnya Kopi Flores kemampuan ekspor kopi dengan kualitas bagus dapat semakin ditingkatkan dan itu berarti akan makin memperluas jangkauan pasar kopi lokal Flores.
Joseph juga menjelaskan MPIG akan terus melaksanakan pelatihan bagi para petani kopi yang menjadi anggotanya guna meningkatkan kemampuan memproduksi kopi sesuai standar yang telah ditetapkan.
“Kami punya master trainer yang melatih para petani secara periodik, dengan begitu para petani makin terbiasa bekerja sesuai standar kualitas yang ditetapkan, mulai dari sejak pasca-panen sampai dengan saat mendapatkan green bean-nya,” jelas Joseph.
Lebih lanjut Joseph menjelaskan sejauh ini sudah ada 42 kelompok petani yang tergabung dalam MPIG dan sampai saat ini pihaknya masih terus berupaya untuk menghimpun lebih banyak lagi petani kopi bergabung dalam MPIG.
Baca juga: BOP Labuan Bajo rancang tata perjalanan wisatawan
Baca juga: Pembangunan Puncak Waringin Labuan Bajo ditargetkan selesai akhir 2020
“Karena semakin banyak mereka bergabung, makin besar kemampuan kami untuk memproduksi kopi specialty yang bercita rasa tinggi untuk kopi Manggarai dengan value added , bukan cuma dari biji kopi tapi juga wisatanya,” ungkap Joseph.
Ia menambahkan saat ini kelompok petani kopi yang tergabung dalam MPIG tersebar di tiga Kabupaten Manggarai, antara lain 50 persen di Kabupaten Manggarai Timur, 30 persen di Manggarai, dan 20 persen lagi di Manggarai Barat, dengan karakter masing-masing sesuai dengan kontur wilayah setempat dimana kopi tersebut tumbuh.