Kupang (Antara NTT) - Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya mengatakan populasi ternak sapi di wilayah provinsi berbasis kepulauan ini terus bertambah dan hingga pertengahan 2017 sudah mencapai 1.300.700 ekor.
"Angka populasi sementara di tahun 2017 sebanyak 1.300.700 ekor atau meningkat dari tahun sebelumnya sebanyak 984.500 ekor lebih," kata Frans Lebu Raya di Kupang, Rabu.
Ia mengatakan populasi ternak sapi di Provinsi Selaksa Nusa itu terus meningkat dari tahun ke tahun yang tercatat sejak 2015 dengan jumlah populasi sebanyak 899.500 ekor.
Peningkatan populasi itu, katanya, diikuti dengan meningkatnya produksi daging sapi di daerah yang terus naik dari 2016 sebesar lebih dari 12.400 ton lebih.
"Sementara angka produksi daging sapi kita sementara pada tahun 2017 ini sudah tercatat sebanyak 12.700 ton lebih," katanya.
Gubernur NTT dua periode itu memastikan bahwa penguatan produktivtias sapi di daerahnya akan terus dilakukan karena merupakan bagian dari tekad pembangunan dalam mewujudkan NTT sebagai lumbung ternak nasional.
Sebelumnya, Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT Dani Suhadi mengatakan peningkatan populasi sapi di daerah itu didukung adanya sejumlah program seperti penguatan pakan hingga peningkatan produktivitas.
Dani mengakui sebelumnya persoalan yang dihadapi ada pada ketersediaan bibit karena kebanyakan `inbreeding` yang dampaknya pada penurunan kualitas.
"Namun saat ini produktivitas sapi kita terus meningkat karena didukung dengan adanya program SIWAB (Sapi Induk Wajib Bunting," katanya.
Dinas Peternakan menargetkan sapi betina produksi yang wajib bunting melalui melalui Program SIWAB dalam tahun 2017 sebanyak sebanyak 146.995.
Untuk mencapai target itu, lanjutnya, dilakukan inseminasi buatan yang ditargetkan sebanyak 26.965 ekor sapi kemudian melalui pengendalian dan pemeriksaan 120.030 ekor di padang-padang pengembalaan peternak.
"Inseminasi buatan ini dilakukan setiap hari dan pantauan dari masing-masing kabupaten/kota tiap hari masuk ke sistem kami," katanya.
"Angka populasi sementara di tahun 2017 sebanyak 1.300.700 ekor atau meningkat dari tahun sebelumnya sebanyak 984.500 ekor lebih," kata Frans Lebu Raya di Kupang, Rabu.
Ia mengatakan populasi ternak sapi di Provinsi Selaksa Nusa itu terus meningkat dari tahun ke tahun yang tercatat sejak 2015 dengan jumlah populasi sebanyak 899.500 ekor.
Peningkatan populasi itu, katanya, diikuti dengan meningkatnya produksi daging sapi di daerah yang terus naik dari 2016 sebesar lebih dari 12.400 ton lebih.
"Sementara angka produksi daging sapi kita sementara pada tahun 2017 ini sudah tercatat sebanyak 12.700 ton lebih," katanya.
Gubernur NTT dua periode itu memastikan bahwa penguatan produktivtias sapi di daerahnya akan terus dilakukan karena merupakan bagian dari tekad pembangunan dalam mewujudkan NTT sebagai lumbung ternak nasional.
Sebelumnya, Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT Dani Suhadi mengatakan peningkatan populasi sapi di daerah itu didukung adanya sejumlah program seperti penguatan pakan hingga peningkatan produktivitas.
Dani mengakui sebelumnya persoalan yang dihadapi ada pada ketersediaan bibit karena kebanyakan `inbreeding` yang dampaknya pada penurunan kualitas.
"Namun saat ini produktivitas sapi kita terus meningkat karena didukung dengan adanya program SIWAB (Sapi Induk Wajib Bunting," katanya.
Dinas Peternakan menargetkan sapi betina produksi yang wajib bunting melalui melalui Program SIWAB dalam tahun 2017 sebanyak sebanyak 146.995.
Untuk mencapai target itu, lanjutnya, dilakukan inseminasi buatan yang ditargetkan sebanyak 26.965 ekor sapi kemudian melalui pengendalian dan pemeriksaan 120.030 ekor di padang-padang pengembalaan peternak.
"Inseminasi buatan ini dilakukan setiap hari dan pantauan dari masing-masing kabupaten/kota tiap hari masuk ke sistem kami," katanya.