Kupang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur didukung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Yayasan Bambu Lestari (YBL).melakukan penghijauan di Pulau Flores menggunakan tanaman bambu yang bertujuan untuk pelestarian dengan melibatkan 196 perempuan dalam kegiatannya.
Manager Program YBL Wiwin Windrati, dalam keterangan yang diterima di Kupang, Minggu (21/2) menyebutkan kegiatan penghijauan pelestarian bambu yang dilakukan selama November-Desember 2020 dipusatkan pada 24 desa di Pulau Flores yakni 5 desa di Kabupaten Manggarai Barat dan 19 desa di Kabupaten Ngada.
"Dari kegiatan yang melibatkan 196 perempuan ini telah menghasilkan 126.449 bibit bambu per Februari 2021," katanya.
Ratusan ribu bibit bambu yang dihasilkan ini nantinya akan ditanam pada sejumlah lahan kritis yang tersebar di Pulau Flores.
Wiwin menjelaskan bambu merupakan tanaman ideal untuk memperbaiki kualitas lahan. Selain mampu tumbuh di lahan rusak dan permukaan yang curam, bambu juga mampu memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan jumlah cadangan air tanah.
Selain untuk merehabilitasi lahan kritis dan meningkatkan fungsi lingkungan, kata dia, program ini juga bertujuan mendorong pemberdayaan perempuan penggerak PKK serta meningkatkan ekonomi mereka melalui skema industri kehutanan bambu yang berkelanjutan.
Ia menjelaskan dalam program ini YBL berperan sebagai pelaksana kegiatan yang dimulai dengan sosialisasi, membangun relasi dan mengidentifikasi pelopor ibu-ibu PKK, menyediakan sarana pembibitan.
Selain itu melakukan pelatihan cara pembibitan bambu melalui Sekolah Lapang Bambu, serta memberikan pendampingan selama periode pembibitan yang juga didukung oleh Yayasan Kehati-PT. CIMB Niaga Tbk.
"Pendampingan kepada para ibu-ibu menjadi kunci keberhasilan kegiatan, mengingat pembibitan bambu ini menjadi pengalaman pertama bagi mereka," kata Wiwin.
Sementara itu ketua kelompok pembibitan bambu di Desa Were IV, Kabupaten Ngada, Emiliana Mao, mengatakan pihaknya dengan gembira terlibat dalam program ini karena memberikan berbagai dampak positif.
Selain pembibitan bambu untuk menjaga kelestarian lingkungan, lanjut dia, program ini juga memberi keuntungan secara ekonomi.
"Lewat program ini kami dilibatkan untuk sama-sama menjaga kelestarian lingkungan. Kami juga sangat senang karena bisa menambah pendapatan bagi rumah tangga kami masing-masing," katanya.
Baca juga: Perdagangan komoditas pertanian di Flores meningkat di tengah pandemi
Baca juga: Polisi tahan dua tersangka penganiayaan wartawan di Flotim
Manager Program YBL Wiwin Windrati, dalam keterangan yang diterima di Kupang, Minggu (21/2) menyebutkan kegiatan penghijauan pelestarian bambu yang dilakukan selama November-Desember 2020 dipusatkan pada 24 desa di Pulau Flores yakni 5 desa di Kabupaten Manggarai Barat dan 19 desa di Kabupaten Ngada.
"Dari kegiatan yang melibatkan 196 perempuan ini telah menghasilkan 126.449 bibit bambu per Februari 2021," katanya.
Ratusan ribu bibit bambu yang dihasilkan ini nantinya akan ditanam pada sejumlah lahan kritis yang tersebar di Pulau Flores.
Wiwin menjelaskan bambu merupakan tanaman ideal untuk memperbaiki kualitas lahan. Selain mampu tumbuh di lahan rusak dan permukaan yang curam, bambu juga mampu memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan jumlah cadangan air tanah.
Selain untuk merehabilitasi lahan kritis dan meningkatkan fungsi lingkungan, kata dia, program ini juga bertujuan mendorong pemberdayaan perempuan penggerak PKK serta meningkatkan ekonomi mereka melalui skema industri kehutanan bambu yang berkelanjutan.
Ia menjelaskan dalam program ini YBL berperan sebagai pelaksana kegiatan yang dimulai dengan sosialisasi, membangun relasi dan mengidentifikasi pelopor ibu-ibu PKK, menyediakan sarana pembibitan.
Selain itu melakukan pelatihan cara pembibitan bambu melalui Sekolah Lapang Bambu, serta memberikan pendampingan selama periode pembibitan yang juga didukung oleh Yayasan Kehati-PT. CIMB Niaga Tbk.
"Pendampingan kepada para ibu-ibu menjadi kunci keberhasilan kegiatan, mengingat pembibitan bambu ini menjadi pengalaman pertama bagi mereka," kata Wiwin.
Sementara itu ketua kelompok pembibitan bambu di Desa Were IV, Kabupaten Ngada, Emiliana Mao, mengatakan pihaknya dengan gembira terlibat dalam program ini karena memberikan berbagai dampak positif.
Selain pembibitan bambu untuk menjaga kelestarian lingkungan, lanjut dia, program ini juga memberi keuntungan secara ekonomi.
"Lewat program ini kami dilibatkan untuk sama-sama menjaga kelestarian lingkungan. Kami juga sangat senang karena bisa menambah pendapatan bagi rumah tangga kami masing-masing," katanya.
Baca juga: Perdagangan komoditas pertanian di Flores meningkat di tengah pandemi
Baca juga: Polisi tahan dua tersangka penganiayaan wartawan di Flotim