Kupang (Antara NTT) - Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Kupang mengungkapkan para nelayan di ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur ini sedang memasuki musim panen ikan sejak September hingga penghujung 2017.

"Kapal-kapal cakalang mulai rutin melaut karena musim panen ikan telah tiba dan biasanya berlangsung hingga akhir tahun nanti," kata Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi HNSI Kota Kupang Abdul Wahab Sidin saat dihubungi Antara di Kupang, Jumat.

Abdul Wahab yang juga nelayan yang mangkal di TPI Tenau Kupang itu mengatakan kapal-kapal nelayan mulai melaut di sejumlah titik seperti perairan selatan dan utara Pulau Timor, di sekitar Pulau Rote dan Laut Sawu.

Menurut dia, selama musim panen seperti ini pendapatan nelayan dapat meningkat drastis karena didukung hasil tangkapan yang melimpah.

Ia mencontohkan untuk nelayan kapal-kapal cakalang dan tuna bisa meraup hasil tangkapan dari 1,5 ton hingga dua ton untuk sekali melaut, yang dijual dengan keuntungan hingga belasan juta rupiah.

Hasil tangkapan ikan itu, katanya, kemudian dijual ke perusahaan dengan harga bervariasi sesuai jenis ikan seperti ikan cakalang seharga Rp14.000 per kilogram, sementara ikan tuna Rp15.000 per kilogram.

"Sehingga sekali melaut nelayan bisa dapat Rp30 juta jika tangkapannya maksimal sekitar dua ton, akan tetapi hitungan pendapatan bersih rata-rata sekitar belasan juta karena dikurangi biaya operasional bahan bakar maupun pembelian umpan ikan," katanya.

Menurut dia, kondisi cuaca di perairan yang menjadi basis tangkapan ikan sudah cukup baik bagi kapal-kapal cakalang, hanya saja beberapa titik wilayah perairan yang masih dilanda angin kencang seperti di Laut Sawu maupun di tengah perairan antara Kupang dengan Larantuka di Pulau Flores.

"Untuk perairan di sekitar itu informasinya masih angin kencang sehingga disesuaikan, namun pasokan umpan untuk kapal cakalang juga belum begitu banyak," katanya.

Abdul Wahab mengatakan aktivitas panen ikan yang paling banyak saat ini yakni ikan dasar dari nelayan-nelayan kapal pancing ulur (hand line).

Kapal-kapal hand line, lanjutnya, melaut di perairan selatan Pulau Timor dan kembali sekali seminggu dengan rata-rata hasil tangkapan 1,5 ton sampai dua ton.

"Nelayan hand line dari Agustus sudah panen, hasil tangkapan mereka seperti ikan anggoli yang dijual dengan harga Rp38.000 per kilogram, sementara ikan kerapu Rp42.000 per kilogram," katanya.

Ia berharap para nelayan bisa mempersiapkan dengan baik fasilitas tangkapnya selama musim panen berlangsung sehingga hasil yang diperoleh bisa maksimal.

"Mengingat sudah berbulan-bulan nelayan mengalami kesulitan ekonomi karena tidak melaut akibat kondisi cuaca buruk. Kini musim panen ikan telah tiba," katanya.

Pewarta : Aloysius Lewokeda
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2024