Kupang (ANTARA) - Manager PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pembangkit Flores Lambok R Siregar mengatakan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) untuk sistem listrik di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, hingga kini mencapai sekitar 17,5 ribu kilowatt (kW).
"EBT yang dimanfaatkan untuk mendukung sistem listrik Flores ini berupa panas bumi dan air atau micro hydro," katanya dalam keterangan yang diterima di Kupang, Jumat, (12/3).
Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan sejauh mana pemanfaatan potensi EBT di Pulau Flores untuk ketersediaan tenaga listrik untuk masyarakat di pulau itu.
Lambok menjelaskan pemanfaatan EBT terbesar saat ini ada pada tiga pembangkit listrik PLN yakni Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulumbu di Kabupaten Manggarai, PLTP Mataloko di Kabupaten Ngada, dan Pembangkit Listrik Tengaha Micro Hydro (PLMH) Ndungga di Kabupaten Ende.
Penyediaan listrik pada ketiga pembangkit ini mencapai 68 persen dari total listrik EBT di sistem Flores sebesar 17,5 ribu kW.
Pemanfaatan EBT tersebut, lanjut dia, sejauh ini telah menambah daya mampu listrik di sistem Flores menjadi 131,1 ribu kW dengan cadangan daya sebesar 32,5 ribu kW.
Lambok mengatakan dalam pemanfaatan EBT untuk penyediaan listrik, PLN tetap memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan dan aktivitas masyarakat di sekitar pembangkit listrik.
Ia mencontohkan seperti kegiatan pemantauan rutin lingkungan di tiga unit pembangkit EBT yaitu PLPT Ulumbu, PLTP Mataloko, dan PLTMH Ndungga yang dilakukan selama beberapa hari lalu bersama pihak laboratorium terakreditasi PT Sucofindo (Persero).
"Dalam pemantauan ini dilakukan pengukuran udara ambien, emisi, ekbisingan, sampling mikro, organisme air permukaan, kualitas air sungai, dan sebagainya," katanya.
Baca juga: Delapan desa di pedalaman Sikka belum teraliri listrik
Baca juga: PLN penuhi kebutuhan listrik untuk usaha hortikultura di Labuan Bajo
Kegiatan seperti ini dilakukan PLN untuk memastikan agar penyediaan energi listrik dari EBT tidak mengganggu aktivitas masyarakat serta mendukung kehandalan pasokan listrik bagi masyarakat, katanya.
"EBT yang dimanfaatkan untuk mendukung sistem listrik Flores ini berupa panas bumi dan air atau micro hydro," katanya dalam keterangan yang diterima di Kupang, Jumat, (12/3).
Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan sejauh mana pemanfaatan potensi EBT di Pulau Flores untuk ketersediaan tenaga listrik untuk masyarakat di pulau itu.
Lambok menjelaskan pemanfaatan EBT terbesar saat ini ada pada tiga pembangkit listrik PLN yakni Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulumbu di Kabupaten Manggarai, PLTP Mataloko di Kabupaten Ngada, dan Pembangkit Listrik Tengaha Micro Hydro (PLMH) Ndungga di Kabupaten Ende.
Penyediaan listrik pada ketiga pembangkit ini mencapai 68 persen dari total listrik EBT di sistem Flores sebesar 17,5 ribu kW.
Pemanfaatan EBT tersebut, lanjut dia, sejauh ini telah menambah daya mampu listrik di sistem Flores menjadi 131,1 ribu kW dengan cadangan daya sebesar 32,5 ribu kW.
Lambok mengatakan dalam pemanfaatan EBT untuk penyediaan listrik, PLN tetap memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan dan aktivitas masyarakat di sekitar pembangkit listrik.
Ia mencontohkan seperti kegiatan pemantauan rutin lingkungan di tiga unit pembangkit EBT yaitu PLPT Ulumbu, PLTP Mataloko, dan PLTMH Ndungga yang dilakukan selama beberapa hari lalu bersama pihak laboratorium terakreditasi PT Sucofindo (Persero).
"Dalam pemantauan ini dilakukan pengukuran udara ambien, emisi, ekbisingan, sampling mikro, organisme air permukaan, kualitas air sungai, dan sebagainya," katanya.
Baca juga: Delapan desa di pedalaman Sikka belum teraliri listrik
Baca juga: PLN penuhi kebutuhan listrik untuk usaha hortikultura di Labuan Bajo
Kegiatan seperti ini dilakukan PLN untuk memastikan agar penyediaan energi listrik dari EBT tidak mengganggu aktivitas masyarakat serta mendukung kehandalan pasokan listrik bagi masyarakat, katanya.