Kupang (ANTARA) - Di ujung sebuah menara besi setinggi 33 meter, Arter Rykh Tawaang (28) tampak tenang bekerja bersama seorang rekan untuk memulihkan aliran listrik yang terputus akibat badai siklon tropis Seroja di Desa Tunfeu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Selasa (13/4), memasuki hari kelima, personel relawan dari Unit Pelaksana Transmisi PLN Manado, Sulawesi Utara itu, bersama puluhan relawan lain dari berbagai provinsi diterjunkan untuk memperbaiki salah satu titik kerusakan listrik di lahan perkebunan Tunfeu yang terjal dan berbatu.
Dua unit menara listrik yang berjarak sekitar 2 kilometer dari pemukiman desa rusak total setelah roboh akibat adanya pergeseran tanah saat hujan deras disertai angin kencang berlangsung pada Minggu malam hingga Senin pagi, 4-5 April 2021.
Tower section 19 dan 20 ini merupakan urat nadi pasokan listrik ke berbagai kabupaten di Pulau Timor lewat Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kiloVolt (kV). Mulai dari Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, hingga Belu dan Malaka.
Arter, panggilan singkat Arter Rykh Tawaang bersama rekan-rekan harus membangun tower darurat (emergency) setinggi 63 meter untuk menggantikan fungsi dua tower rusak agar listrik bisa kembali dipasok untuk masyarakat yang menanti.
Saban hari, mereka memulai pekerjaan dari pagi hingga malam hari sekitar pukul 22.00 WIT.
Bagi Arter, membangun tower emergency setinggi ini adalah tantangan. Tower ini berbeda dengan tower-tower lain yang pernah ia bangun bersama rekannya yang rata-rata setinggi 32-36 meter.
"Tower emergency ini tingginya dua kali lipat sehingga jadi tantangan tersendiri bagi saya dan teman-teman," kata Arter ketika ditemui saat beristirahat sejenak di lokasi pekerjaan sekitar 15 kilometer dari Kota Kupang, ibu kota provinsi NTT.
Berbekal pengalaman serta pelatihan bekerja di ketinggian, Arter yang bergabung dengan PLN sejak 2011 silam khusus dalam tim Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) merasa yakin mampu menuntaskan tugas yang diemban.
Bagi dia, tugas ini merupakan panggilan kemanusiaan untuk membantu masyarakat di NTT menikmati kembali listrik yang sirna ditelan badai Seroja. Meskipun Arter harus terpisah jarak dan waktu dengan isteri dan dua anak untuk sementara.
"Dua hari lagi salah satu anak saya ulang tahun ke dua. Mungkin nanti saya hanya ucapkan lewat telepon atau video call," katanya sembari melepas senyum di wajah.
Arter tak sendirian, ada pula rekannya Andar Apriadi relawan personel PLN dari Unit Pelaksana Penyaluran dan Pengatur Beban (UP3B) Mataram, Nusa Tenggara Barat, juga menjalankan tugas serupa di ujung menara besi itu.
Di tangan keduanya, sambungan setiap bagian besi sepanjang tiga meter membentuk menara listrik dipastikan berdiri kokoh.
Membangun infrastruktur listrik khusus seperti tower emergency ini merupakan tugas yang baru pertama kali dijalankan pria 31 tahun yang akrab disapa Andar itu.
Di unit kerjanya, ia juga menjalankan tugas membangun tower namun untuk transmisi 150 kV dengan tinggi sebatas 30-an meter.
Tower emergency ini memang jauh lebih tinggi, namun Andar meyakini dengan dukungan protokol kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang selalu dipastikan aman sebelum pekerjaan dimulai, mereka bisa bekerja dengan aman hingga tuntas.
"Kita hanya perlu siapkan nyali untuk berada di ketinggian sehingga bisa melakukan pekerjaan dengan leluasa. Kan kita sendiri harus tahu bagaimana safety-nya kita," katanya.
Sinergi bersama TNI dan warga
Dari sisi lain titik menara darurat itu, terdengar suara keras mesin gergaji listrik (senso, red) yang dioperasikan sejumlah warga bersama personel Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Mereka tengah sibuk membersihkan sebuah pohon besar yang tumbang bersama banyak pohon lain di lahan perkebunan akibat amukan badai Seroja.
Puluhan personel TNI-AD dari Komando Resor Militer (Korem) 161/Wirasakti serta Batalyon Infanteri 743/Pradnya Samapta Yudha bersama puluhan warga Desa Tunfeu turun gunung membantu perbaikan infrastruktur listrik yang berperan vital itu.
"Ada 30 personel TNI yang diterjunkan untuk membantu mobilisasi material maupun mensterilkan area untuk pemasangan tower emergency ini," kata Sersan Mayor Agus Hariadi dari Satker Korem 161/Wirasakti.
Anggota TNI bersama pertugas PLN bahu-membahu memperbaiki jaringan listrik pulau Timor di desa Tunfeu, Kabupaten Kupang, NTT, Selasa (13/04/2021). Sebanyak lima kabupaten di pulau Timor NTT belum bisa dialiri oleh jaringan listrik akibat tower penghubung ambruk dan saat ini sedang dalam pemulihan. ANTARA FOTO/Kornelis Kaha.
Di lokasi pembangunan, mobilisasi tak semudah yang dibayangkan. Titik kerusakan sama sekali tidak bisa dijangkau kendaraan bermesin. Semua material kelistrikan harus dibawa dengan tenaga manusia, dari area bukit menuruni lembah terjal dengan tanah berlumpur diselingi bebatuan.
Setiap pelintas juga perlu lebih berwaspada agar tidak tergelincir. Ranting dan batang kayu tajam dari pepohonan yang tumbang masih berserakan di sana sini.
"Semua pekerjaan di sini memang sangat berisiko, harus lebih berhati-hati karena kalau tidak maka bisa celaka," kata Agus.
Namun pekerjaan harus terus berjalan dengan progres perbaikan yang terus bergerak menuju pemulihan. TNI, kata Agus sudah lebih dari seminggu berada di lokasi terdampak dan akan terus mendampingi PLN hingga tuntas.
Asa akan pasokan listrik yang segera pulih juga menggerakkan Daud Takesan (49) bersama 34 warga Tunfeu lain ikut serta membantu percepatan perbaikan kerusakan infrastruktur listrik itu.
Mereka menjalankan peran membersihkan pohon-pohon, mengangkut material listrik, menarik kabel jaringan, dan lain-lain.
"Pokoknya PLN butuh tenaga di bagian mana maka kami turun ke situ untuk membantu mengerjakannya," katanya.
Dari pekerjaan ini, warga juga mendapat upah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka yang juga terdampak badai Seroja.
Daud Takesan bersama para warga menaruh harapan besar agar dengan kerja sama ini, infrastruktur kelistrikan segera pulih agar kebutuhan masyarakat di berbagai daerah terjawab.
"Termasuk juga listrik di desa kami juga masih padam. Kami berharap semoga pekerjaan yang luar biasa ini cepat selesai," katanya.
Warga menarik kabel listrik saat perbaikan jaringan listrik di tower 19 yang roboh akibat Siklon Seroja pada Minggu (4/4) lalu di desa Tunfeu, Kabupaten Kupang, NTT, Selasa (13/04/2021). Sebanyak lima kabupaten di pulau Timor NTT belum bisa dialiri oleh jaringan listrik akibat tower penghubung ambruk dan saat ini sedang dalam pemulihan. ANTARA FOTO/Kornelis Kaha.
Segera pulih
Di lapangan, pembangunan menara emergency terus dikeroyok. Satu per satu satu tiang tersambung hingga membentuk menara yang menjulang tinggi ke langit.
General Manger PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah NTT Agustinus Jatmiko mengatakan, kerja pemulihan jaringan listrik yang terganggu akibat bencana badai Seroja terus dilakukan tanpa henti.
Sambil bekerja, banyak di antara personel PLN di lapangan juga tetap menjalankan ibadah puasa pada bulan Ramadhan ini.
PLN menargetkan pembangunan menara emergency bisa segera dituntaskan sehingga pasokan listrik ke sejumlah kabupaten di Pulau Timor bisa dilakukan.
“Kami usahakan dalam minggu ini dapat selesai dan listrik bisa tersalurkan," kata Agustinus.
Sejalan dengan itu, dilakukan pemulihan jaringan saluran udara tegangan menengah (SUTM) 20 kV, jaringan tegangan rendah (JTR) dan sambungan rumah di seluruh Kota Kupang dan berbagai kabupaten terdampak.
Gerak cepat pemulihan listrik pasca bencana juga diakui Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat yang menilai petugas PLN telah berusaha maksimal untuk menormalkan kembali jaringan listrik di seluruh wilayah NTT yang terdampak bencana.
"Tentunya PLN sudah berusaha maksimal, dan saya yakin teman-teman PLN dengan kondisi ini mereka sudah turun untuk memperbaiki semuanya," katanya.
Ia yakin bahwa dengan kerja keras seluruh petugas PLN di NTT dan dengan bantuan personel relawan dari luar, jaringan listrik di NTT akan kembali normal tidak hanya di jalur utama tetapi juga sampai ke rumah-rumah.
Di balik penantian semua orang untuk menikmati listrik, para petugas lapangan PLN, personel TNI, serta warga terus berjuang di Tunfeu. Mereka mempertaruhkan nyawa dengan berbagai kemungkinan terburuk yang bisa terjadi demi menghadirkan kembali terang hingga ke pelosok pulau.
Selasa (13/4), memasuki hari kelima, personel relawan dari Unit Pelaksana Transmisi PLN Manado, Sulawesi Utara itu, bersama puluhan relawan lain dari berbagai provinsi diterjunkan untuk memperbaiki salah satu titik kerusakan listrik di lahan perkebunan Tunfeu yang terjal dan berbatu.
Dua unit menara listrik yang berjarak sekitar 2 kilometer dari pemukiman desa rusak total setelah roboh akibat adanya pergeseran tanah saat hujan deras disertai angin kencang berlangsung pada Minggu malam hingga Senin pagi, 4-5 April 2021.
Tower section 19 dan 20 ini merupakan urat nadi pasokan listrik ke berbagai kabupaten di Pulau Timor lewat Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kiloVolt (kV). Mulai dari Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, hingga Belu dan Malaka.
Arter, panggilan singkat Arter Rykh Tawaang bersama rekan-rekan harus membangun tower darurat (emergency) setinggi 63 meter untuk menggantikan fungsi dua tower rusak agar listrik bisa kembali dipasok untuk masyarakat yang menanti.
Saban hari, mereka memulai pekerjaan dari pagi hingga malam hari sekitar pukul 22.00 WIT.
Bagi Arter, membangun tower emergency setinggi ini adalah tantangan. Tower ini berbeda dengan tower-tower lain yang pernah ia bangun bersama rekannya yang rata-rata setinggi 32-36 meter.
"Tower emergency ini tingginya dua kali lipat sehingga jadi tantangan tersendiri bagi saya dan teman-teman," kata Arter ketika ditemui saat beristirahat sejenak di lokasi pekerjaan sekitar 15 kilometer dari Kota Kupang, ibu kota provinsi NTT.
Berbekal pengalaman serta pelatihan bekerja di ketinggian, Arter yang bergabung dengan PLN sejak 2011 silam khusus dalam tim Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) merasa yakin mampu menuntaskan tugas yang diemban.
Bagi dia, tugas ini merupakan panggilan kemanusiaan untuk membantu masyarakat di NTT menikmati kembali listrik yang sirna ditelan badai Seroja. Meskipun Arter harus terpisah jarak dan waktu dengan isteri dan dua anak untuk sementara.
"Dua hari lagi salah satu anak saya ulang tahun ke dua. Mungkin nanti saya hanya ucapkan lewat telepon atau video call," katanya sembari melepas senyum di wajah.
Arter tak sendirian, ada pula rekannya Andar Apriadi relawan personel PLN dari Unit Pelaksana Penyaluran dan Pengatur Beban (UP3B) Mataram, Nusa Tenggara Barat, juga menjalankan tugas serupa di ujung menara besi itu.
Di tangan keduanya, sambungan setiap bagian besi sepanjang tiga meter membentuk menara listrik dipastikan berdiri kokoh.
Membangun infrastruktur listrik khusus seperti tower emergency ini merupakan tugas yang baru pertama kali dijalankan pria 31 tahun yang akrab disapa Andar itu.
Di unit kerjanya, ia juga menjalankan tugas membangun tower namun untuk transmisi 150 kV dengan tinggi sebatas 30-an meter.
Tower emergency ini memang jauh lebih tinggi, namun Andar meyakini dengan dukungan protokol kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang selalu dipastikan aman sebelum pekerjaan dimulai, mereka bisa bekerja dengan aman hingga tuntas.
"Kita hanya perlu siapkan nyali untuk berada di ketinggian sehingga bisa melakukan pekerjaan dengan leluasa. Kan kita sendiri harus tahu bagaimana safety-nya kita," katanya.
Sinergi bersama TNI dan warga
Dari sisi lain titik menara darurat itu, terdengar suara keras mesin gergaji listrik (senso, red) yang dioperasikan sejumlah warga bersama personel Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Mereka tengah sibuk membersihkan sebuah pohon besar yang tumbang bersama banyak pohon lain di lahan perkebunan akibat amukan badai Seroja.
Puluhan personel TNI-AD dari Komando Resor Militer (Korem) 161/Wirasakti serta Batalyon Infanteri 743/Pradnya Samapta Yudha bersama puluhan warga Desa Tunfeu turun gunung membantu perbaikan infrastruktur listrik yang berperan vital itu.
"Ada 30 personel TNI yang diterjunkan untuk membantu mobilisasi material maupun mensterilkan area untuk pemasangan tower emergency ini," kata Sersan Mayor Agus Hariadi dari Satker Korem 161/Wirasakti.
Di lokasi pembangunan, mobilisasi tak semudah yang dibayangkan. Titik kerusakan sama sekali tidak bisa dijangkau kendaraan bermesin. Semua material kelistrikan harus dibawa dengan tenaga manusia, dari area bukit menuruni lembah terjal dengan tanah berlumpur diselingi bebatuan.
Setiap pelintas juga perlu lebih berwaspada agar tidak tergelincir. Ranting dan batang kayu tajam dari pepohonan yang tumbang masih berserakan di sana sini.
"Semua pekerjaan di sini memang sangat berisiko, harus lebih berhati-hati karena kalau tidak maka bisa celaka," kata Agus.
Namun pekerjaan harus terus berjalan dengan progres perbaikan yang terus bergerak menuju pemulihan. TNI, kata Agus sudah lebih dari seminggu berada di lokasi terdampak dan akan terus mendampingi PLN hingga tuntas.
Asa akan pasokan listrik yang segera pulih juga menggerakkan Daud Takesan (49) bersama 34 warga Tunfeu lain ikut serta membantu percepatan perbaikan kerusakan infrastruktur listrik itu.
Mereka menjalankan peran membersihkan pohon-pohon, mengangkut material listrik, menarik kabel jaringan, dan lain-lain.
"Pokoknya PLN butuh tenaga di bagian mana maka kami turun ke situ untuk membantu mengerjakannya," katanya.
Dari pekerjaan ini, warga juga mendapat upah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka yang juga terdampak badai Seroja.
Daud Takesan bersama para warga menaruh harapan besar agar dengan kerja sama ini, infrastruktur kelistrikan segera pulih agar kebutuhan masyarakat di berbagai daerah terjawab.
"Termasuk juga listrik di desa kami juga masih padam. Kami berharap semoga pekerjaan yang luar biasa ini cepat selesai," katanya.
Segera pulih
Di lapangan, pembangunan menara emergency terus dikeroyok. Satu per satu satu tiang tersambung hingga membentuk menara yang menjulang tinggi ke langit.
General Manger PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah NTT Agustinus Jatmiko mengatakan, kerja pemulihan jaringan listrik yang terganggu akibat bencana badai Seroja terus dilakukan tanpa henti.
Sambil bekerja, banyak di antara personel PLN di lapangan juga tetap menjalankan ibadah puasa pada bulan Ramadhan ini.
PLN menargetkan pembangunan menara emergency bisa segera dituntaskan sehingga pasokan listrik ke sejumlah kabupaten di Pulau Timor bisa dilakukan.
“Kami usahakan dalam minggu ini dapat selesai dan listrik bisa tersalurkan," kata Agustinus.
Sejalan dengan itu, dilakukan pemulihan jaringan saluran udara tegangan menengah (SUTM) 20 kV, jaringan tegangan rendah (JTR) dan sambungan rumah di seluruh Kota Kupang dan berbagai kabupaten terdampak.
Gerak cepat pemulihan listrik pasca bencana juga diakui Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat yang menilai petugas PLN telah berusaha maksimal untuk menormalkan kembali jaringan listrik di seluruh wilayah NTT yang terdampak bencana.
"Tentunya PLN sudah berusaha maksimal, dan saya yakin teman-teman PLN dengan kondisi ini mereka sudah turun untuk memperbaiki semuanya," katanya.
Ia yakin bahwa dengan kerja keras seluruh petugas PLN di NTT dan dengan bantuan personel relawan dari luar, jaringan listrik di NTT akan kembali normal tidak hanya di jalur utama tetapi juga sampai ke rumah-rumah.
Di balik penantian semua orang untuk menikmati listrik, para petugas lapangan PLN, personel TNI, serta warga terus berjuang di Tunfeu. Mereka mempertaruhkan nyawa dengan berbagai kemungkinan terburuk yang bisa terjadi demi menghadirkan kembali terang hingga ke pelosok pulau.