Purwokerto, Jateng (ANTARA) - Dokter spesialis paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Cabang Jawa Tengah, dr Indah Rahmawati, Sp.P mengatakan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia merupakan momentum yang tepat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya rokok.
"Momentum ini juga perlu dimanfaatkan untuk mulai berhenti merokok agar terhindar dari risiko yang lebih besar terkena COVID-19," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Senin, (31/5).
Dia menjelaskan bahwa kebiasaan merokok dikhawatirkan dapat meningkatkan risiko terpapar COVID-19.
"Penelitian menyebutkan bahwa reseptor 'angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) sebagai tempat menempelnya COVID-19 ternyata ditemukan lebih banyak pada perokok dibandingkan dengan nonperokok, sehingga kebiasaan merokok secara otomatis akan memperbesar risiko dan kemungkinan terkena COVID-19," katanya.
Dia menambahkan bahwa tema Hari Tanpa Tembakau Sedunia tahun 2021 adalah "Commit to Quit" atau berkomitmen untuk berhenti.
"Pandemi COVID-19 telah mendorong banyak pengguna tembakau untuk berhenti dan berkomitmen untuk berhenti merokok," katanya.
Kampanye berani berhenti pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia tahun 2021, kata dia, bertujuan menggerakkan seluruh masyarakat terutama perokok untuk berani berhenti merokok apapun jenisnya.
"Hal ini sangat baik, karena merokok dalam bentuk apapun dapat mengancam kesehatan dan keselamatan diri sendiri atau orang lain," katanya.
Karenanya, ia mengajak seluruh masyarakat untuk berhenti merokok guna menjaga kesehatan diri sendiri dan juga orang-orang di sekitar.
"Berhenti merokok memberikan kualitas hidup yang lebih sehat bagi diri sendiri dan lingkungan," kata Indah Rahmawati.
Sementara itu, ahli epidemiologi lapangan dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto dr. Yudhi Wibowo juga mengingatkan bahwa peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia merupakan momentum yang tepat untuk menggencarkan sosialisasi mengenai bahaya rokok.
"Gencarkan kampanye dan sosialisasi mengenai bahaya rokok terutama di tengah pandemi COVID-19. Merokok dapat merusak fungsi saluran pernafasan termasuk penyakit paru obstruksi kronik," katanya.
Ia menambahkan bahwa momentum Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang diperingati setiap 31 Mei perlu dimanfaatkan untuk menggencarkan sosialisasi mengenai bahaya rokok di tengah pandemi COVID-19, mengingat hal tersebut sangat penting dan mendesak.
"Perlu dilakukan edukasi kepada semua masyarakat dan terutama bagi generasi muda, bahwa merokok sangat berbahaya bagi kesehatan diri maupun orang di sekitar. Stop merokok dari sekarang sebelum terlambat," demikian Yudhi Wibowo.
Baca juga: Gejala-gejala kanker ovarium yang harus diwaspadai
Baca juga: Latihan agar lansia tetap aktif dan cegah jatuh
Hari Tanpa Tembakau momentum tingkatkan kesadaran masyarakat
Dokter spesialis paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Cabang Jawa Tengah dr Indah Rahmawati, Sp.P (FOTO ANTARA/HO - dok. pribadi)