Kupang (Antaranews NTT) - Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Timur melanjutkan pembangunan infrastruktur pendukung di Pantai Lasiana, karena obyek wisata pantai berpasir putih itu, telah menjadi destinasi wisata unggulan di Kota Kupang.
"Pantai Lasiana terus kami kembangkan. Pada 2018 ini kami melanjutkan pembangunan untuk instalasi listrik dan air dan lainnya yang belum selesai tahun lalu," kata Kepala Dinas Pariwisata NTT Marius Ardu Jelamu di Kupang, Jumat.
Ia mengatakan Pantai Lasiana merupakan salah satu destinasi wisata yang dikelola dinasnya selain Gua Monyet yang ada di Kota Kupang.
Pembangunan Pantai Lasiana, lanjutnya, diteruskan dengan memanfaatkan sumber anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) provinsi yang dialokasikan pada 2018 dengan total untuk semua bidang-bidang instansi tersebut sebesar Rp15 miliar.
Marius mengatakan, pihaknya terus mendorong agar ke depannya destinasi Pantai Lasiana yang merupakan primadona wisata pantai di Kota Kupang itu dapat dibuka 24 jam.
"Kami ingin agar nantinya bisa dibuka nonstop 24 jam karena lokasinya mudah dijangkau dan berada di Kota Kupang yang ramai," katanya.
Menurutnya, wisata Lasiana sudah melekat dengan Kota Kupang dan menjadi sasaran kunjungan wisatawan, terutama masyarakat setempat dan sekitarnya di Pulau Timor maupun dari luar daerah dan mancanegara.
"Umumnya wisatawan dari luar daerah yang masuk ke NTT melalui Kota Kupang selalu rujukan utamanya mengunjungi Pantai Lasiana," katanya.
Untuk itulah, katanya, penataannya terus diperbaiki termasuk pembangunan tembok pemecah ombak, selasar, dan lainnya yang sudah dituntaskan.
Selain itu, pihaknya juga memprioritaskan aspek keamanan dan kenyamanan karena lokasi wisata itu masih terbuka sehingga akan dibangun pagar di sekelilingnya.
Lebih lanjut, Marius mengatakan, pihaknya masih mengkaji untuk rencana pengelolaan Pantai Lasiana agar diserahkan ke pihak ketiga sehingga lebh optimal.
"Kami sedang mengkaji itu dan nanti setelah selesai akan diikuti dengan proses lelang. Rencana ini juga sudah didukung pak gubernur maupun dewan," katanya.
Ia menilai, destinasi itu belum maksimal dikelola dinas terkait karena kemampuan pendanaan maupun sumber daya manusia yang masih terbatas.
"Harus kita akui kalau dikelola birokrasi maka belum terlalu profesional, jadi saya kira kita memberikan kesempatan kepada swasta untuk mengelolanya sehingga menjadi destinasi modern yang khas kota," katanya.
"Pantai Lasiana terus kami kembangkan. Pada 2018 ini kami melanjutkan pembangunan untuk instalasi listrik dan air dan lainnya yang belum selesai tahun lalu," kata Kepala Dinas Pariwisata NTT Marius Ardu Jelamu di Kupang, Jumat.
Ia mengatakan Pantai Lasiana merupakan salah satu destinasi wisata yang dikelola dinasnya selain Gua Monyet yang ada di Kota Kupang.
Pembangunan Pantai Lasiana, lanjutnya, diteruskan dengan memanfaatkan sumber anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) provinsi yang dialokasikan pada 2018 dengan total untuk semua bidang-bidang instansi tersebut sebesar Rp15 miliar.
Marius mengatakan, pihaknya terus mendorong agar ke depannya destinasi Pantai Lasiana yang merupakan primadona wisata pantai di Kota Kupang itu dapat dibuka 24 jam.
"Kami ingin agar nantinya bisa dibuka nonstop 24 jam karena lokasinya mudah dijangkau dan berada di Kota Kupang yang ramai," katanya.
Menurutnya, wisata Lasiana sudah melekat dengan Kota Kupang dan menjadi sasaran kunjungan wisatawan, terutama masyarakat setempat dan sekitarnya di Pulau Timor maupun dari luar daerah dan mancanegara.
"Umumnya wisatawan dari luar daerah yang masuk ke NTT melalui Kota Kupang selalu rujukan utamanya mengunjungi Pantai Lasiana," katanya.
Untuk itulah, katanya, penataannya terus diperbaiki termasuk pembangunan tembok pemecah ombak, selasar, dan lainnya yang sudah dituntaskan.
Selain itu, pihaknya juga memprioritaskan aspek keamanan dan kenyamanan karena lokasi wisata itu masih terbuka sehingga akan dibangun pagar di sekelilingnya.
Lebih lanjut, Marius mengatakan, pihaknya masih mengkaji untuk rencana pengelolaan Pantai Lasiana agar diserahkan ke pihak ketiga sehingga lebh optimal.
"Kami sedang mengkaji itu dan nanti setelah selesai akan diikuti dengan proses lelang. Rencana ini juga sudah didukung pak gubernur maupun dewan," katanya.
Ia menilai, destinasi itu belum maksimal dikelola dinas terkait karena kemampuan pendanaan maupun sumber daya manusia yang masih terbatas.
"Harus kita akui kalau dikelola birokrasi maka belum terlalu profesional, jadi saya kira kita memberikan kesempatan kepada swasta untuk mengelolanya sehingga menjadi destinasi modern yang khas kota," katanya.