Kupang (AntaraNews NTT) - Pasangan bakal calon Gubernur-Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur Benny K Harman-Benny Litelnoni (Harmoni), kembali menggelar ritual adat di Pulau Sumba berupa pemotongan kerbau sebagai bagian dari penghormatan kepada leluhur untuk maju dalam ajang Pilgub 2018 pada Juni mendatang.
Ketua Koalisi Kebhinekaan Jefri Riwu Kore dihubungi dari Kupang, Rabu, mengklaim ritual adat yang digelar bersamaan dengan deklrasi pasangan tersebut dihadiri oleh tiga ribu pendukung dan simpatisan pasangan tersebut.
"Tiga ribu orang hadir dalam ritual adat ini, untuk menyaksikan acara adat serta ingin mendengarkan pidato politik dari Paket Harmoni," kata Jefri Riwu Kore yang juga Wali Kota Kupang dan Ketua DPD Partai Demokrat NTT itu.
Paket Harmoni diusung oleh tiga partai politik, yakni Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejatera (PKS) serta Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI).
Sebelum ritual adat dan deklarasi, Benny K Harman menemui Uskup Weetebula, Mgr Edmundus Woga, CSsR di Istana Keuskupan Weetebula di Kabupaten Sumba Barat Daya untuk meminta dukungan serta doa dari pimpinan tertinggi umat Katolik di Tanah Sumba itu.
Dalam kesempatan itu ritual yang kali ini dilakukan di Sumba berbeda dengan ritual adat yang digelar di Kota Ruteng, Kabupaten Manggarai yang merupakan kota kelahiran Benny K Harman yakni ritual adat Wuat Wa`i atau ritual pembekalan serta perutusan.
Sementara di Sumba digelar dengan cara memotong hewan kerbau dan Benny K Harman diberikan kesempatan untuk menyembelih kerbau tersebut sebagai bagian dari dukungan dari masyarakat serta leluhur di pulau itu.
Ketua Koalisi Kebhinekaan Jefri Riwu Kore dihubungi dari Kupang, Rabu, mengklaim ritual adat yang digelar bersamaan dengan deklrasi pasangan tersebut dihadiri oleh tiga ribu pendukung dan simpatisan pasangan tersebut.
"Tiga ribu orang hadir dalam ritual adat ini, untuk menyaksikan acara adat serta ingin mendengarkan pidato politik dari Paket Harmoni," kata Jefri Riwu Kore yang juga Wali Kota Kupang dan Ketua DPD Partai Demokrat NTT itu.
Paket Harmoni diusung oleh tiga partai politik, yakni Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejatera (PKS) serta Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI).
Sebelum ritual adat dan deklarasi, Benny K Harman menemui Uskup Weetebula, Mgr Edmundus Woga, CSsR di Istana Keuskupan Weetebula di Kabupaten Sumba Barat Daya untuk meminta dukungan serta doa dari pimpinan tertinggi umat Katolik di Tanah Sumba itu.
Dalam kesempatan itu ritual yang kali ini dilakukan di Sumba berbeda dengan ritual adat yang digelar di Kota Ruteng, Kabupaten Manggarai yang merupakan kota kelahiran Benny K Harman yakni ritual adat Wuat Wa`i atau ritual pembekalan serta perutusan.
Sementara di Sumba digelar dengan cara memotong hewan kerbau dan Benny K Harman diberikan kesempatan untuk menyembelih kerbau tersebut sebagai bagian dari dukungan dari masyarakat serta leluhur di pulau itu.
Kerbau yang diberikan oleh masyarakat di Sumba kepada pasangan Harmoni sebagai bagian dari dukungan mereka agar pasangan itu maju dalam Ppilgub 2018 mendatang.
Jefri mengatakan bahwa dengan ritual adat yang digelar oleh bakal calon Gubernur NTT tersebut merupakan bagian dari salah satu bentuk tradisi adat yang ada di pulau Sumba.
"Ritual ini sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur yang ada di Sumba. Ritual adat yang dilakukan ini sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan bagian dari komitmen menjaga adat dan kebudayaan NTT agar tidak punah," ujarnya.
Ia mengatakan bahwa ritual adat yang digelar di Ruteng juga bagian dari menghormati budaya yang bisa saja tidak dimiliki di daerah lain.
"NTT adalah provinsi yang beragam. Ritual adat yang digelar oleh pasangan ini untuk memperkuat adat istiadat serta budaya kita di NTT. Apalagi nama koalisi partai tiga partai ini koalisi Kebhinekaan," ujarnya.
"Ritual ini sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur yang ada di Sumba. Ritual adat yang dilakukan ini sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan bagian dari komitmen menjaga adat dan kebudayaan NTT agar tidak punah," ujarnya.
Ia mengatakan bahwa ritual adat yang digelar di Ruteng juga bagian dari menghormati budaya yang bisa saja tidak dimiliki di daerah lain.
"NTT adalah provinsi yang beragam. Ritual adat yang digelar oleh pasangan ini untuk memperkuat adat istiadat serta budaya kita di NTT. Apalagi nama koalisi partai tiga partai ini koalisi Kebhinekaan," ujarnya.