Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa diprediksi tertekan seiring naiknya imbal hasil obligasi Amerika Serikat.
Rupiah pagi ini bergerak melemah 15 poin atau 0,11 persen ke posisi Rp14.268 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sehari sebelumnya Rp14.253 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah berpotensi melemah hari ini dengan menguatnya kembali tingkat imbal hasil atau yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun. Kemarin yield sudah mencapai kisaran 1,51 persen, level tertinggi sejak 29 Juni 2021," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Selasa, (28/9).
Menurut Ariston, kenaikan imbal hasil obligasi AS biasanya karena ekspektasi pengetatan moneter di Negeri Paman Sam. The Fed diekspektasikan akan memulai program tapering yaitu mengurangi pembelian obligasi pada akhir tahun ini dan mengakhiri pembelian pada pertengahan tahun depan.
Selain itu, lanjut Ariston, penurunan minat pasar terhadap aset berisiko pagi ini di mana indeks saham Asia terlihat melemah, juga bisa menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Kekhawatiran pasar terhadap pemulihan ekonomi global meninggi karena meningkatnya kasus COVID-19 di dunia.
"Dari dalam negeri, situasi pandemi yang semakin baik mungkin bisa menahan pelemahan rupiah," ujar Ariston.
Jumlah kasus harian COVID-19 di Tanah Air pada Senin (27/9) bertambah 1.390 kasus sehingga total jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 mencapai 4,21 juta kasus.
Sedangkan jumlah kasus meninggal akibat terpapar COVID-19 mencapai 118 kasus sehingga totalnya mencapai 141.585 kasus.
Sementara itu, jumlah kasus sembuh bertambah sebanyak 3.771 kasus sehingga total pasien sembuh mencapai 4,03 juta kasus. Dengan demikian, total kasus aktif COVID-19 mencapai 40.270 kasus.
Untuk vaksinasi, jumlah masyarakat yang sudah disuntik vaksin dosis pertama mencapai 87,16 juta orang dan vaksin dosis kedua 48,92 juta orang dari target 208 juta orang yang divaksin.
Ariston mengatakan rupiah hari ini berpotensi melemah ke kisaran Rp14.280 per dolar AS dengan potensi penguatan di kisaran Rp14.240 per dolar AS.
Pada Senin (27/9), rupiah ditutup menguat 5 poin atau 0,04 persen ke posisi Rp14.253 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.258 per dolar AS.
Baca juga: Dolar AS menguat untuk sesi kedua
Baca juga: Emas nyaris tak berubah tertekan penguatan dolar
Rupiah pagi ini bergerak melemah 15 poin atau 0,11 persen ke posisi Rp14.268 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sehari sebelumnya Rp14.253 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah berpotensi melemah hari ini dengan menguatnya kembali tingkat imbal hasil atau yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun. Kemarin yield sudah mencapai kisaran 1,51 persen, level tertinggi sejak 29 Juni 2021," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Selasa, (28/9).
Menurut Ariston, kenaikan imbal hasil obligasi AS biasanya karena ekspektasi pengetatan moneter di Negeri Paman Sam. The Fed diekspektasikan akan memulai program tapering yaitu mengurangi pembelian obligasi pada akhir tahun ini dan mengakhiri pembelian pada pertengahan tahun depan.
Selain itu, lanjut Ariston, penurunan minat pasar terhadap aset berisiko pagi ini di mana indeks saham Asia terlihat melemah, juga bisa menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Kekhawatiran pasar terhadap pemulihan ekonomi global meninggi karena meningkatnya kasus COVID-19 di dunia.
"Dari dalam negeri, situasi pandemi yang semakin baik mungkin bisa menahan pelemahan rupiah," ujar Ariston.
Jumlah kasus harian COVID-19 di Tanah Air pada Senin (27/9) bertambah 1.390 kasus sehingga total jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 mencapai 4,21 juta kasus.
Sedangkan jumlah kasus meninggal akibat terpapar COVID-19 mencapai 118 kasus sehingga totalnya mencapai 141.585 kasus.
Sementara itu, jumlah kasus sembuh bertambah sebanyak 3.771 kasus sehingga total pasien sembuh mencapai 4,03 juta kasus. Dengan demikian, total kasus aktif COVID-19 mencapai 40.270 kasus.
Untuk vaksinasi, jumlah masyarakat yang sudah disuntik vaksin dosis pertama mencapai 87,16 juta orang dan vaksin dosis kedua 48,92 juta orang dari target 208 juta orang yang divaksin.
Ariston mengatakan rupiah hari ini berpotensi melemah ke kisaran Rp14.280 per dolar AS dengan potensi penguatan di kisaran Rp14.240 per dolar AS.
Pada Senin (27/9), rupiah ditutup menguat 5 poin atau 0,04 persen ke posisi Rp14.253 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.258 per dolar AS.
Baca juga: Dolar AS menguat untuk sesi kedua
Baca juga: Emas nyaris tak berubah tertekan penguatan dolar