New York (ANTARA) - Dolar tergelincir dari tertinggi satu tahun dalam perdagangan bergejolak pada akhir transaksi Kamis (Jumat pagi WIB), sedikit tertekan oleh kenaikan klaim pengangguran mingguan AS, dengan investor juga mengonsolidasikan keuntungan mereka setelah kenaikan tajam dalam beberapa sesi terakhir.

Greenback secara keseluruhan telah didukung oleh lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah AS di tengah ekspektasi Federal Reserve akan mengurangi stimulus moneternya mulai November bahkan ketika pertumbuhan global melambat.

Namun, data ekonomi pada Kamis (30/9/2021) melemahkan sebagian kekuatan dolar.

Klaim pengangguran awal AS naik untuk minggu ketiga berturut-turut menjadi 362.000 untuk periode yang berakhir 25 September, data menunjukkan. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan 335.000 permohonan tunjangan pengangguran untuk pekan terakhir.

Laporan lain mengkonfirmasi bahwa pertumbuhan ekonomi AS mengalami percepatan di kuartal kedua, pada laju 6,7 persen, berkat uang bantuan pandemi dari pemerintah, yang mendorong belanja konsumen.

"Bahkan jika dolar AS jatuh kembali sedikit lebih jauh dalam waktu dekat, kami perkirakan akan melanjutkan reli baru-baru ini pada waktunya," Joseph Marlow, asisten ekonom di Capital Economics, menulis dalam sebuah catatan penelitian.

"Meskipun imbal hasil jangka panjang telah meningkat di sebagian besar ekonomi utama, imbal hasil obligasi AS telah meningkat lebih kuat dari kebanyakan dan, yang penting, sebagian besar didorong oleh imbal hasil riil yang lebih tinggi, yang mencerminkan ekspektasi kebijakan moneter yang lebih ketat."

Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap sekeranjang enam rivalnya, mencapai 94,504, tertinggi sejak 28 September tahun lalu. Terakhir turun 0,2 persen pada 94,199.

Untuk bulan ini (September), dolar berakhir naik 1,7 persen, kenaikan bulanan kedua berturut-turut. Untuk kuartal ketiga, dolar naik 2,0 persen.

Marc Chandler, kepala strategi pasar di Bannockburn Forex, dalam sebuah catatan penelitian menulis bahwa "suasana konsolidasi terbukti" setelah lonjakan dolar pada Rabu (29/9/2021).

Penguatan dolar baru-baru ini terjadi meskipun ada kebuntuan politik di Washington atas plafon utang AS yang mengancam akan menutup sebagian besar pemerintahan.

Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 10-tahun yang jadi acuan berdiri di 1,524 persen, bertahan di dekat level tertinggi tiga bulan yang dicapai Selasa (28/9/2021) di 1,567 persen.

Dolar mencapai 112,07 yen, tertinggi sejak Februari 2020. Terakhir turun 0,5 persen pada 111,36 yen, persentase penurunan harian terbesar sejak pertengahan Agustus.

Namun, untuk September dolar membukukan kenaikan 1,2 persen versus yen, dan kenaikan 0,4 persen yang lebih moderat untuk kuartal ketiga.

Euro melemah 0,1 persen pada 1,1586 dolar, setelah sebelumnya mencapai 1,1563 dolar, terendah sejak Juli 2020.

Mata uang tunggal Eropa anjlok 1,9 persen terhadap dolar untuk bulan ini (September) dan 2,2 persen lebih lemah untuk kuartal ketiga.

Dolar Australia yang sensitif terhadap risiko menguat 0,8 persen menjadi 0,7232 dolar AS, setelah anjlok 0,9 persen semalam, karena harga bijih besi reli menjelang liburan Golden Week di tujuan perdagangan utama Australia, China.

Sedikit peningkatan dalam sentimen risiko keseluruhan setelah hari-hari suram terlihat di pasar uang kripto, dengan Bitcoin naik 5,7 persen menjadi 43.929 dolar dan Ether melambung 6,2 persen menjadi 3.028 dolar. Kedua koin jatuh antara 20 persen dan 27 persen dari puncaknya di September.

Baca juga: Harga minyak bervariasi setelah China siap membeli lebih banyak

Baca juga: Dolar menguat ke ke tertinggi 1 tahun

Pewarta : Apep Suhendar
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024