Kupang (ANTARA) - Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Bungtilu Laiskodat mengatakan Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 2 Giga Watt (GW) di Pulau Sumba akan perintis pengembangan ekonomi hijau (green economy) di NTT.
“Dengan Proyek PLTS 2 GW Sumba ini, NTT akan menjadi pionir dalam pengembangan green economy sesuai dengan arahan Bapak Presiden Joko Widodo," katanya dalam siaran pers Biro Humas Setda NTT yang diterima di Kupang, Jumat, (8/10).
Ia menyampaikan hal itu dalam pertemuan bersama pimpinan PT GSE dan Sungrow untuk membahas terkait persiapan investasi PLTS 2 GW di Pulau Sumba.
Gubernur Viktor menyatakan mendukung investasi tersebut sebagai bagian dari pengembangan ekonomi berwawasan lingkungan atau ekonomi hijau (green economy).
Proyek ini, kata dia diharapkan dapat mendukung pencapaian target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) Indonesia sesuai dengan Paris Agreement 2015 yang ditandatangani Presiden Joko Widodo.
“Dengan demikian, NTT nantinya dapat menjadi pionir dalam pengembangan green economy," katanya.
Lebih lanjut, Gubernur Laiskodat mengatakan investasi ini tentu akan mendorong masuknya berbagai pembangunan bahkan investasi lainnya, seperti pengembangan infrastruktur dan pabrik penunjang panel surya dan battery storage.
Hal ini, kata dia tentu saja akan berdampak pada penyerapan ribuan tenaga kerja lokal sehingga dapat menurunkan angka kemiskinan.
Gubernur Laiskodat mengatakan di sisi lain pembangunan energi surya tersebut juga dapat menurunkan tarfi listrik yang tentu akan meringankan beban subsidi negara ke PLN.
"Manakala proyek ini kita laksanakan maka, dapat terjadi efisiensi dari sisi keringanan beban subsidi Negara ke PLN," katanya.
Sementara itu, Direkrut PT GSE Bambang S. menyampaikan pihaknya berkomitmen untuk merealisasikan proyek PLTS 2 GB di Pulau Sumba yang saat ini sedang dalam tahap studi kelayakan.
Ia menyebutkan beberapa infrastruktur utama yang akan dibangun meliputi panel surya yang akan menyerap sinar matahari dengan menggunakan battery storage, serta kabel transmisi bawah laut yang akan terhubung dengan sistem jaringan listrik Bali dan Nusa Tenggara.
Bambang menambahkan estimasi nilai investasi ini mencapai mencapai 4 miliar dolar AS dengan listrik yang dihasilkan nantinya dapat dipasok untuk Bali, Nusa Tenggara Barat, dan NTT.
Baca juga: Gubernur NTT dukung pembangunan PLTS di Mabar dan Sumba
Baca juga: Progres PLTU mulut tambang terbesar di Indonesia mencapai 89 persen
“Dengan Proyek PLTS 2 GW Sumba ini, NTT akan menjadi pionir dalam pengembangan green economy sesuai dengan arahan Bapak Presiden Joko Widodo," katanya dalam siaran pers Biro Humas Setda NTT yang diterima di Kupang, Jumat, (8/10).
Ia menyampaikan hal itu dalam pertemuan bersama pimpinan PT GSE dan Sungrow untuk membahas terkait persiapan investasi PLTS 2 GW di Pulau Sumba.
Gubernur Viktor menyatakan mendukung investasi tersebut sebagai bagian dari pengembangan ekonomi berwawasan lingkungan atau ekonomi hijau (green economy).
Proyek ini, kata dia diharapkan dapat mendukung pencapaian target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) Indonesia sesuai dengan Paris Agreement 2015 yang ditandatangani Presiden Joko Widodo.
“Dengan demikian, NTT nantinya dapat menjadi pionir dalam pengembangan green economy," katanya.
Lebih lanjut, Gubernur Laiskodat mengatakan investasi ini tentu akan mendorong masuknya berbagai pembangunan bahkan investasi lainnya, seperti pengembangan infrastruktur dan pabrik penunjang panel surya dan battery storage.
Hal ini, kata dia tentu saja akan berdampak pada penyerapan ribuan tenaga kerja lokal sehingga dapat menurunkan angka kemiskinan.
Gubernur Laiskodat mengatakan di sisi lain pembangunan energi surya tersebut juga dapat menurunkan tarfi listrik yang tentu akan meringankan beban subsidi negara ke PLN.
"Manakala proyek ini kita laksanakan maka, dapat terjadi efisiensi dari sisi keringanan beban subsidi Negara ke PLN," katanya.
Sementara itu, Direkrut PT GSE Bambang S. menyampaikan pihaknya berkomitmen untuk merealisasikan proyek PLTS 2 GB di Pulau Sumba yang saat ini sedang dalam tahap studi kelayakan.
Ia menyebutkan beberapa infrastruktur utama yang akan dibangun meliputi panel surya yang akan menyerap sinar matahari dengan menggunakan battery storage, serta kabel transmisi bawah laut yang akan terhubung dengan sistem jaringan listrik Bali dan Nusa Tenggara.
Bambang menambahkan estimasi nilai investasi ini mencapai mencapai 4 miliar dolar AS dengan listrik yang dihasilkan nantinya dapat dipasok untuk Bali, Nusa Tenggara Barat, dan NTT.
Baca juga: Gubernur NTT dukung pembangunan PLTS di Mabar dan Sumba
Baca juga: Progres PLTU mulut tambang terbesar di Indonesia mencapai 89 persen