Kota Kupang (ANTARA) - Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kementerian Pertanian Dr. Ir. Tony Basuki, M.Si mengingatkan, dinas pertanian maupun lembaga swadaya masyarakat agar tidak terlambat menyalurkan benih kepada para petani seperti yang terjadi pada musim tanam sebelumnya agar dapat dimanfaatkan.

"Jika keterlambatan dalam pengadaan benih secara on-time dan on-site oleh Dinas Pertanian atau LSM, maka akan berkonsekuensi terhadap keterlambatan para petani untuk menanam," kata Tony Basuki dalam perbincangan dengan ANTARA, Kamis, (21/10).

Dia mengemukakan hal itu menjawab pertanyaan seputar masih ditemukan adanya bantuan benih yang tidak dimanfaatkan oleh para petani pada setiap musim tanam di sejumlah wilayah di provinsi berbasis kepulauan itu.

"Kalau pengadaan dan distribusi benih itu tidak tepat waktu maka bisa terjadi kemungkinan petani tidak menggunakan benih yang disiapkan itu karena petani sudah menanam benih lokalnya," katanya.

Akibatnya, benih yang disiapkan untuk petani tidak digunakan dan menjadi mubazir, katanya.

Untuk diketahui, bahwa sudah ada tempat-tempat tertentu di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) curah hujan turun lebih awal sehingga petani sudah melakukan penanaman padi dengan benih yang ada. Wilayah-wilayah ini termasuk di beberapa desa di Kabupaten Sumba Barat Daya.

"Jadi kebiasaan petani NTT adalah segera menanam jika hujan sudah turun selama tiga sampai 4 hari berturut-turut," katanya.

Keputusan ini bagian dari kearifan lokal mereka karena sesegera mungkin memanfaatkan air yang sudah ada. Karena itu jika keterlambatan dalam pengadaan benih, dipastikan benih ini tidak akan ditanam, katanya menambahkan.

Baca juga: Peneliti: Hari Tani Nasional ajang promosi bagi kaum milenial

Baca juga: Mentan: Kabupaten Kupang jadi daerah percontohan pertanian terintegrasi

Pewarta : Bernadus Tokan
Editor : Kornelis Aloysius Ileama Kaha
Copyright © ANTARA 2024