Kupang (ANTARA) - Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Nusa Tenggara Timur mengharapkan agar fenomena penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang mulai marak di NTT dapat dikendalikan di tengah sektor pariwisata yang mulai membaik.
"Kasus DBD yang semakin masif di daerah-daerah destinasi wisata tentu menjadi penghambat rencana kunjungan wisatawan mancanegara. Wisatawan domestik juga sekarang sudah sangat hati-hati dengan segala jenis penyakit," kata Ketua Asita NTT Abed Frans ketika dihubungi di Kupang, Rabu (9/2).
Ia mengatakan hal itu menanggapi fenomena penyakit serangan DBD yang semakin masif di berbagai daerah tujuan wisata di NTT.
Dinas Kesehtan Provinsi NTT mencatat hingga Selasa (8/2), jumlah kasus DBD di NTT sebanyak 979 kasus atau naik dari pekan sebelumnya 766 kasus.
Jumlah kasus tertinggi yaitu di Kabupaten Manggarai Barat yang merupakan daerah wisata super premium dengan destinasi unggulan Taman Nasional Komodo yaitu sebanyak 204 kasus.
Baca juga: Kasus DBD di Manggarai Barat tertinggi di NTT
Baca juga: Flores Timur catat 24 kasus DBD sejak memasuki 2022
Abed Frans berharap pemerintah daerah di NTT dapat mengendalikan serangan penyakit DBD ini karena akan berdampak pada arus kunjungan wisatawan yang sedang bergerak menuju pemulihan akibat pandemi COVID-19.
Menurut dia, banyak wisatawan yang telah membatalkan rencana kunjungan akibat munculnya COVID-19 varian Omicron, sehingga jika ditambah lagi dengan DBD maka kunjungan wisatawan akan semakin sepih.
Ia berharap pemerintah daerah melalui instansi terkait melakukan antisipasi pada saat musim hujan seperti ini agar serangan DBD ini tidak semakin masif seperti lewat pengasapan (fogging) secara berkala serta penanganan sampah secara baik.
Selain itu, kata dia masyarakat termasuk di daerah-daerah wisata juga diharapkan melaksanakan tanggung jawab masing-masing untuk terhindar dari serangan DBD.
"Kami berharap semua elemen berkolaborasi mengendalikan DBD ini sehingga kegiatan ekonomi termasuk di sektor pariwisata di NTT terus bergerak membaik," katanya.
"Kasus DBD yang semakin masif di daerah-daerah destinasi wisata tentu menjadi penghambat rencana kunjungan wisatawan mancanegara. Wisatawan domestik juga sekarang sudah sangat hati-hati dengan segala jenis penyakit," kata Ketua Asita NTT Abed Frans ketika dihubungi di Kupang, Rabu (9/2).
Ia mengatakan hal itu menanggapi fenomena penyakit serangan DBD yang semakin masif di berbagai daerah tujuan wisata di NTT.
Dinas Kesehtan Provinsi NTT mencatat hingga Selasa (8/2), jumlah kasus DBD di NTT sebanyak 979 kasus atau naik dari pekan sebelumnya 766 kasus.
Jumlah kasus tertinggi yaitu di Kabupaten Manggarai Barat yang merupakan daerah wisata super premium dengan destinasi unggulan Taman Nasional Komodo yaitu sebanyak 204 kasus.
Baca juga: Kasus DBD di Manggarai Barat tertinggi di NTT
Baca juga: Flores Timur catat 24 kasus DBD sejak memasuki 2022
Abed Frans berharap pemerintah daerah di NTT dapat mengendalikan serangan penyakit DBD ini karena akan berdampak pada arus kunjungan wisatawan yang sedang bergerak menuju pemulihan akibat pandemi COVID-19.
Menurut dia, banyak wisatawan yang telah membatalkan rencana kunjungan akibat munculnya COVID-19 varian Omicron, sehingga jika ditambah lagi dengan DBD maka kunjungan wisatawan akan semakin sepih.
Ia berharap pemerintah daerah melalui instansi terkait melakukan antisipasi pada saat musim hujan seperti ini agar serangan DBD ini tidak semakin masif seperti lewat pengasapan (fogging) secara berkala serta penanganan sampah secara baik.
Selain itu, kata dia masyarakat termasuk di daerah-daerah wisata juga diharapkan melaksanakan tanggung jawab masing-masing untuk terhindar dari serangan DBD.
"Kami berharap semua elemen berkolaborasi mengendalikan DBD ini sehingga kegiatan ekonomi termasuk di sektor pariwisata di NTT terus bergerak membaik," katanya.