Kupang (AntaraNews NTT) - Para nelayan tangkap ikan cakalang di Kota Kupang, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur, mengaku sudah tidak melaut selama lebih dari tiga minggu terakhir akibat kondisi cuaca buruk di wilayah perairan setempat.
"Mulai beberapa hari sebelum Lebaran hingga saat atau sekitar tiga minggu lebih kapal-kapal nelayan cakalang di Kupang parkir karena cuaca buruk," kata seorang nelayan tangkap ikan cakalang yang berbasis di TPI Tenau Kupang, Muhamad Nasir kepada Antara di Kupang, Rabu (11/7).
Pemilik sekaligus nahkoda kapal cakalang KM Nurul Hikmah itu menjelaskan cuaca buruk berupa angin kencang dan gelombang tinggi masih melanda di wilayah perairan selatan Pulau Timor dan sekitarnya hingga Laut Sawu yang merupakan area tangkap (fishing ground) kapal-kapal cakalang.
Selain itu, pasokan ikan untuk umpan hidup dari kapal-kapal bagan yang masih lemah akibat cuaca yang tidak kondusif. Saat ini jumlah kapal cakalang di Kota Kupang yang terpaksa parkir sebanyak 14 kapal.
Jumlah ini berkurang dari sebelumnya sekitar lebih dari 20 kapal namun banyak yang pindah ke Flores maupun Sulawesi. "Nelayan cakalang yang tidak melaut ini kebanyaan hanya menganggur. Ada yang cari-cari kerja harian tapi serabutan untuk bertahan hidup," lanjutnya.
Baca juga: Puluhan kapal cakalang parkir akibat cuaca buruk
Namun kondisi yang dialami nelayan cakalang di ibu kota provinsi ini berbeda dengan di Flores bagian Timur yang masih keluar melaut karena pasokan umpan yang memadai.
Jika kondisi cuaca buruk ini berlangsung lama maka bisa diperkirakan harga ikan di pasaran Kota Kupang bisa meroket terutama untuk jenis cakalang, tuna, dan pelagis yang merupakan tangkapan kapal-kapal cakalang.
"Memang nelayan cakalang tidak bisa berbuat apa-apa kalau berhadapan dengan cuaca buruk. Kami hanya menunggu cuaca membaik dan pasokan umpan lancar agar bisa melaut kembali," tambahnya.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi gelombang setinggi 2-3 meter berpotensi terjadi di sejumlah wilayah perairan NTT dalam beberapa hari ke depan.
"Gelombang setinggi 3 meter berpotensi terjadi di tiga wilayah perairan yang ada di NTT yakni di Samudera Hindia Selatan NTT, Perairan Selatan Kuoang sampai Pulau Rote, dan Laut Timor Selatan NTT," demikian laporan BMKG Kupang.
Menurut prediksi yang dilakukan BMKG, di wilayah stasiun maritim Kupang, umumnya angin bertiup dari arah Timur sampai Tenggara dengan kecepatan 2-6 skala Beaufort. Karena itu, para nelayan dan kapal-kapal kecil harus waspada. Potensi gelombang ini bisa mencapai dua kali lipat dari prakiraan BMKG.
Baca juga: Ikan Tuna-Cakalang jadi primadona ekspor NTT
"Mulai beberapa hari sebelum Lebaran hingga saat atau sekitar tiga minggu lebih kapal-kapal nelayan cakalang di Kupang parkir karena cuaca buruk," kata seorang nelayan tangkap ikan cakalang yang berbasis di TPI Tenau Kupang, Muhamad Nasir kepada Antara di Kupang, Rabu (11/7).
Pemilik sekaligus nahkoda kapal cakalang KM Nurul Hikmah itu menjelaskan cuaca buruk berupa angin kencang dan gelombang tinggi masih melanda di wilayah perairan selatan Pulau Timor dan sekitarnya hingga Laut Sawu yang merupakan area tangkap (fishing ground) kapal-kapal cakalang.
Selain itu, pasokan ikan untuk umpan hidup dari kapal-kapal bagan yang masih lemah akibat cuaca yang tidak kondusif. Saat ini jumlah kapal cakalang di Kota Kupang yang terpaksa parkir sebanyak 14 kapal.
Jumlah ini berkurang dari sebelumnya sekitar lebih dari 20 kapal namun banyak yang pindah ke Flores maupun Sulawesi. "Nelayan cakalang yang tidak melaut ini kebanyaan hanya menganggur. Ada yang cari-cari kerja harian tapi serabutan untuk bertahan hidup," lanjutnya.
Baca juga: Puluhan kapal cakalang parkir akibat cuaca buruk
Namun kondisi yang dialami nelayan cakalang di ibu kota provinsi ini berbeda dengan di Flores bagian Timur yang masih keluar melaut karena pasokan umpan yang memadai.
Jika kondisi cuaca buruk ini berlangsung lama maka bisa diperkirakan harga ikan di pasaran Kota Kupang bisa meroket terutama untuk jenis cakalang, tuna, dan pelagis yang merupakan tangkapan kapal-kapal cakalang.
"Memang nelayan cakalang tidak bisa berbuat apa-apa kalau berhadapan dengan cuaca buruk. Kami hanya menunggu cuaca membaik dan pasokan umpan lancar agar bisa melaut kembali," tambahnya.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi gelombang setinggi 2-3 meter berpotensi terjadi di sejumlah wilayah perairan NTT dalam beberapa hari ke depan.
"Gelombang setinggi 3 meter berpotensi terjadi di tiga wilayah perairan yang ada di NTT yakni di Samudera Hindia Selatan NTT, Perairan Selatan Kuoang sampai Pulau Rote, dan Laut Timor Selatan NTT," demikian laporan BMKG Kupang.
Menurut prediksi yang dilakukan BMKG, di wilayah stasiun maritim Kupang, umumnya angin bertiup dari arah Timur sampai Tenggara dengan kecepatan 2-6 skala Beaufort. Karena itu, para nelayan dan kapal-kapal kecil harus waspada. Potensi gelombang ini bisa mencapai dua kali lipat dari prakiraan BMKG.
Baca juga: Ikan Tuna-Cakalang jadi primadona ekspor NTT