Kupang (AntaraNews NTT) - Kepala Stasiun Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (KIPM) Kupang Jimmy Elwaren mengatakan, komoditas ikan tuna dan cakalang masih menjadi unggulan ekspor hasil perikanan dari Nusa Tenggara Timur.
"Hingga kini ikan tuna dan cakalang tetap masih menjadi primadona ekspor perikanan dari NTT," kata Jimmy Elwaren ketika dihubungi Antara di Kupang, Rabu (20/6).
Ia menjelaskan, permintaan dua komoditas ini selalu ada setiap bulan dari berbagai negara tujuan seperti Malaysia, Jepang, Singapura, China, dan Brunei Darussalam.
Pihaknya mencatat, ekspor terbaru untuk tuna loin pada Mei 2018 sebanyak 20,4 ton ke negara tujuan Cina, Jepang, dan Brunei Darussalam. Sementara ekspor ikan cakalang lebih dominan ke Jepang dengan jumlah yang tercatat pada Mei sebanyak 37 ton lebih dengan jenis cakalang beku maupun asap.
"Ikan tuna dan cakalang memang selalu mejadi bagian dari top lima komoditi ekspor dari NTT setiap bulan," katanya dan menambahkan kondisi NTT dengan luas wilayah laut mencapai 200.000 kilometer persegi memiliki hasil perikanan melimpah termasuk tuna dan cakalang.
Baca juga: Nelayan cakalang kesulitan pasokan umpan
Banyak kapal nelayan di provinsi setempat, lanjutnya, yang secara khusus menangkap ikan tuna dan cakalang untuk kebutuhan pasar domestik maupun ekspor. "Saya optimistis, ekspor komoditas ini akan terus diminati berbagai negara pembeli (buyer) karena kualitas yang dijamin bisa kompetitif," katanya.
Jimmy mencontohkan, China yang mulai meminati ikan tuna dan cakalang dari NTT melalui permintaan pertamanya pada Mei 2018. Dalam catatan KIPM, selama dua tahun terakhir (2016-2017) tidak ada permintaan ekspor dari negeri Tirai Bambu itu terhadap produk perikanan dari provinsi NTT.
"Sementara pada Mei lalu ada permintaan tuna sekitar 10 ton lebih, dan juga sekitar 20 kilogram cakalang untuk uji coba," katanya dan menambahkan ekspor hasil perikanan seiring waktu dapat meningkat didukung berbagai upaya dan kebijakan pemerintah dalam menjaga hasil-hasil laut dari praktik pencurian atau penangkapan ikan secara ilegal (ilegal fishing).
Baca juga: NTT ekspor 10 ton tuna ke China
"Hingga kini ikan tuna dan cakalang tetap masih menjadi primadona ekspor perikanan dari NTT," kata Jimmy Elwaren ketika dihubungi Antara di Kupang, Rabu (20/6).
Ia menjelaskan, permintaan dua komoditas ini selalu ada setiap bulan dari berbagai negara tujuan seperti Malaysia, Jepang, Singapura, China, dan Brunei Darussalam.
Pihaknya mencatat, ekspor terbaru untuk tuna loin pada Mei 2018 sebanyak 20,4 ton ke negara tujuan Cina, Jepang, dan Brunei Darussalam. Sementara ekspor ikan cakalang lebih dominan ke Jepang dengan jumlah yang tercatat pada Mei sebanyak 37 ton lebih dengan jenis cakalang beku maupun asap.
"Ikan tuna dan cakalang memang selalu mejadi bagian dari top lima komoditi ekspor dari NTT setiap bulan," katanya dan menambahkan kondisi NTT dengan luas wilayah laut mencapai 200.000 kilometer persegi memiliki hasil perikanan melimpah termasuk tuna dan cakalang.
Baca juga: Nelayan cakalang kesulitan pasokan umpan
Banyak kapal nelayan di provinsi setempat, lanjutnya, yang secara khusus menangkap ikan tuna dan cakalang untuk kebutuhan pasar domestik maupun ekspor. "Saya optimistis, ekspor komoditas ini akan terus diminati berbagai negara pembeli (buyer) karena kualitas yang dijamin bisa kompetitif," katanya.
Jimmy mencontohkan, China yang mulai meminati ikan tuna dan cakalang dari NTT melalui permintaan pertamanya pada Mei 2018. Dalam catatan KIPM, selama dua tahun terakhir (2016-2017) tidak ada permintaan ekspor dari negeri Tirai Bambu itu terhadap produk perikanan dari provinsi NTT.
"Sementara pada Mei lalu ada permintaan tuna sekitar 10 ton lebih, dan juga sekitar 20 kilogram cakalang untuk uji coba," katanya dan menambahkan ekspor hasil perikanan seiring waktu dapat meningkat didukung berbagai upaya dan kebijakan pemerintah dalam menjaga hasil-hasil laut dari praktik pencurian atau penangkapan ikan secara ilegal (ilegal fishing).
Baca juga: NTT ekspor 10 ton tuna ke China