Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan diperkirakan saat ini masih terbuka kemungkinan untuk semua wilayah di Indonesia mengalami peningkatan kasus COVID-19 dalam beberapa hari ke depan.
"Kemungkinan penambahan kasus bisa saja terjadi. Saat ini puncak kasus di Jawa dan Bali terjadi peningkatan. Tiga hingga empat pekan ke depan akan terjadi peningkatan di luar Jawa dan Bali. Ini pola yang kami pelajari dari gelombang Delta (Juli-Agustus 2021)," kata Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers secara virtual yang diikuti dari Zoom di Jakarta, Rabu, (16/2).
Ia mengatakan kasus Omicron secara nasional dilaporkan berjumlah 98 persen dari total 57.049 kasus COVID-19 berdasarkan hasil rekapitulasi harian pada Selasa (15/2). Sebanyak 2 persen di antaranya merupakan varian non-Omicron.
Karakteristik Omicron yang menular secara cepat, kata dia, membuat seluruh provinsi mengalami peningkatan insiden kasus. "Jakarta, Bali dan Banten ini termasuk di dalam PPKM level 4, artinya lebih dari 150 kasus per 100.000 penduduk per pekan," katanya.
Nadia yang juga menjabat Sekretaris Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes itu mengatakan angka asus baru di Indonesia saat ini sudah melebihi periode Delta.
Baca juga: Kemenkes sebut angka positif Omicron lebihi Delta namun BOR rendah
"Kemungkinan masih terbuka untuk semua wilayah mengalami peningkatan kasus di beberapa hari ke depan dan ini tergantung pada upaya kita untuk menekan tingkat penularan dengan terus menerapkan protokol kesehatan, lakukan isolasi, tingkatkan pelacakan kontak serta vaksinasi," katanya.
Meskipun di kemudian hari kasus di Jawa dan Bali turun, kata Nadia, masyarakat di luar wilayah tersebut harus tetap menjaga protokol kesehatan dan melakukan testing.
Baca juga: Kemenkes sebut lebih enam bulan tidak disuntik dosis dua, harus ulang
"Upaya membatasi penularan adalah mengetahui secara dini testing yang cepat, walaupun hanya flu biasa. Kemudian testing kontak erat. Kami imbau masyarakat mau dites," demikian Siti Nadia Tarmizi.
"Kemungkinan penambahan kasus bisa saja terjadi. Saat ini puncak kasus di Jawa dan Bali terjadi peningkatan. Tiga hingga empat pekan ke depan akan terjadi peningkatan di luar Jawa dan Bali. Ini pola yang kami pelajari dari gelombang Delta (Juli-Agustus 2021)," kata Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers secara virtual yang diikuti dari Zoom di Jakarta, Rabu, (16/2).
Ia mengatakan kasus Omicron secara nasional dilaporkan berjumlah 98 persen dari total 57.049 kasus COVID-19 berdasarkan hasil rekapitulasi harian pada Selasa (15/2). Sebanyak 2 persen di antaranya merupakan varian non-Omicron.
Karakteristik Omicron yang menular secara cepat, kata dia, membuat seluruh provinsi mengalami peningkatan insiden kasus. "Jakarta, Bali dan Banten ini termasuk di dalam PPKM level 4, artinya lebih dari 150 kasus per 100.000 penduduk per pekan," katanya.
Nadia yang juga menjabat Sekretaris Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes itu mengatakan angka asus baru di Indonesia saat ini sudah melebihi periode Delta.
Baca juga: Kemenkes sebut angka positif Omicron lebihi Delta namun BOR rendah
"Kemungkinan masih terbuka untuk semua wilayah mengalami peningkatan kasus di beberapa hari ke depan dan ini tergantung pada upaya kita untuk menekan tingkat penularan dengan terus menerapkan protokol kesehatan, lakukan isolasi, tingkatkan pelacakan kontak serta vaksinasi," katanya.
Meskipun di kemudian hari kasus di Jawa dan Bali turun, kata Nadia, masyarakat di luar wilayah tersebut harus tetap menjaga protokol kesehatan dan melakukan testing.
Baca juga: Kemenkes sebut lebih enam bulan tidak disuntik dosis dua, harus ulang
"Upaya membatasi penularan adalah mengetahui secara dini testing yang cepat, walaupun hanya flu biasa. Kemudian testing kontak erat. Kami imbau masyarakat mau dites," demikian Siti Nadia Tarmizi.