Kupang (AntaraNews NTT) - Kepala kantor Bank Indonesia (BI) Perwakilan Wilayah Nusa Tenggara Timur Naek Tigor Sinaga menyatakan penyebab utama sulitnya menurunkan angka inflasi di provinsi berbasis kepulauan itu adalah penerbangan.
"Sektor penerbangan menjadi kendala bagi kita untuk menurunkan angka inflasi di daerah ini," katanya kepada wartawan di Kupang, Selasa (17/6), ketika ditanya soal kendala-kendala yang dihadapi oleh Bank Indonesia dalam menurunkan angka inflasi di NTT.
Naek Tigor Sinaga mengatakan angkutan udara di NTT saat ini masih sangat terbatas karena memang kapasitas Bandara El Tari Kupang masih belum dikembangkan dan butuh pengembangan.
Ia mencontohkan, di Bali, Sumatera, Kalimantan dan beberapa provinsi lainnya luas landasan Bandara sudah mencapai 2.500an meter sehingga pesawat yang berbadan lebar juga bisa mendarat dengan baik.
"Nah kalau di kita, saat lebaran, libur sekolah semua tiket harganya sangat tinggi. Hal ini karena pesawat yang digunakan masih pesawat kecil (ATR) sementara yang berbadan lebar belum ada jika ingin ke kabupaten-kabupaten," tambahnya.
Baca juga: Gubernur berikan penghargaan kepada BI Perwakilan NTT
Menurut dia jika diantisipasi dengan penambahan jumlah penerbangan atau juga pesawat berbadan lebar bisa membantu menekan angka inflasi di NTT yang kini sudah mencapai 2 persen (yoy). Namun ia bersyukur karena perlahan-lahan ada beberapa maskapai penerbangan yang sudah membuka secara langsung penerbangan dari Kupang.
"Saat ini sudah ada penerbangan langsung dari Kupang ke Makassar. Jadi orang tidak perlu lagi kalau mau ke Makassar harus transit di Surabaya atau Bali karena harga tiketnya akan lebih mahal," tambahnya.
Di samping itu juga kendala inflasi disebabkan oleh musim di NTT. Dimana penangkapan ikan yang berkurang saat cuaca buruk di laut menjadi penyebab inflasi di provinsi yang dikenal dengan Nusa Terindah Toleransinya itu. "Oleh karena itu, ke depannya kita perlu bicarakan agar jika cuaca buruk, perikanan kita, kita ubah ke perikanan darat saja," ujarnya.
Baca juga: Pertumbuhan ekonomi NTT triwulan II diperkirakan meningkat
"Sektor penerbangan menjadi kendala bagi kita untuk menurunkan angka inflasi di daerah ini," katanya kepada wartawan di Kupang, Selasa (17/6), ketika ditanya soal kendala-kendala yang dihadapi oleh Bank Indonesia dalam menurunkan angka inflasi di NTT.
Naek Tigor Sinaga mengatakan angkutan udara di NTT saat ini masih sangat terbatas karena memang kapasitas Bandara El Tari Kupang masih belum dikembangkan dan butuh pengembangan.
Ia mencontohkan, di Bali, Sumatera, Kalimantan dan beberapa provinsi lainnya luas landasan Bandara sudah mencapai 2.500an meter sehingga pesawat yang berbadan lebar juga bisa mendarat dengan baik.
"Nah kalau di kita, saat lebaran, libur sekolah semua tiket harganya sangat tinggi. Hal ini karena pesawat yang digunakan masih pesawat kecil (ATR) sementara yang berbadan lebar belum ada jika ingin ke kabupaten-kabupaten," tambahnya.
Baca juga: Gubernur berikan penghargaan kepada BI Perwakilan NTT
Menurut dia jika diantisipasi dengan penambahan jumlah penerbangan atau juga pesawat berbadan lebar bisa membantu menekan angka inflasi di NTT yang kini sudah mencapai 2 persen (yoy). Namun ia bersyukur karena perlahan-lahan ada beberapa maskapai penerbangan yang sudah membuka secara langsung penerbangan dari Kupang.
"Saat ini sudah ada penerbangan langsung dari Kupang ke Makassar. Jadi orang tidak perlu lagi kalau mau ke Makassar harus transit di Surabaya atau Bali karena harga tiketnya akan lebih mahal," tambahnya.
Di samping itu juga kendala inflasi disebabkan oleh musim di NTT. Dimana penangkapan ikan yang berkurang saat cuaca buruk di laut menjadi penyebab inflasi di provinsi yang dikenal dengan Nusa Terindah Toleransinya itu. "Oleh karena itu, ke depannya kita perlu bicarakan agar jika cuaca buruk, perikanan kita, kita ubah ke perikanan darat saja," ujarnya.
Baca juga: Pertumbuhan ekonomi NTT triwulan II diperkirakan meningkat