Kupang (AntaraNews NTT) - Pembangunan jembatan Palmerah (Pantai Paloh-Tanah Merah) di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur yang menghubungkan Pulau Flores dengan Pulau Adonara tetap dibangun, meski masih mengalami kendala teknis.
"Pembangunan jembatan Pancasila Palmerah tetap dilaksanakan. Jadi tidak berhenti rencana peletakan batu pertamanya," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Nusa Tenggara Timur Andre W Koreh kepada Antara di Kupang, Selasa (24/7).
Hal ini disampaikannya berkaitan rencana pembangunan jembatan Pancasila-Palmerah yang menghubungkan Pulau Flores dengan Adonara di Kabupaten Flores Timur, yang peletakan batu pertamanya masih tertunda sampai saat ini.
Ia menjelaskan pembahasan tentang kelanjutan pembangunan jembatan Palmerah akan kembali dilakukan pada Selasa (24/7) di Jakarta yang rapatnya akan dimulai pada pukul 15.00 WIB.
Rapat tersebut di laksanakan di Kementerian ESDM yang akan dipimpin langsung oleh Dirjen Energi Baru Terbarukan Rida Mulyana terkait studi konektivitas dengan pihak Perusahan Listrik Negara (PLN) yang dipaparkan oleh pihak Konsorsium dari Belanda PT Tidal Brigde.
Baca juga: NTT dapat efek ganda dari jembatan Pancasila-Palmerah
Di antara selat sempit ini akan dibangun Jembatan Pancasila yang menghubungkan Pulau Flores dengan Pulau Adonara, yang terbentang dari Pantai Paloh Larantuka sampai Tanah Merah Adonara (Palmerah).
"Studi konetivitas itu sudah dipresentasikan bulan lalu, namun masih ada perbaikan, sehingga hari ini nanti jam 15.00 WIB akan ada presentasi ulang," ujarnya.
Hasil rapat tersebut nantinya akan dibicarakan lagi untuk memutuskan apakah PLN akan membeli listrik yang dihasilkan oleh turbin tersebut atau tidak.
Ia menjelaskan bahwa pembangunan jembatan Pancasila Palmerah itu menjadi satu paket dengan pembangunan turbin listrik yang dihasilkan oleh arus laut di selat Gonzalu, yang memisahkan Pulau Flores bagian timur dengan Pulau Adonara.
Di bawah jembatan tersebut akan dipasang pembangkit listrik tenaga arus laut. "Dalam proyek energi baru terbarukan ini akan menggunakan model turbin yang lagi ngetren di Inggris," ujarnya.
Turbin pembangkit energi listrik setinggi lima meter itu, kata Andre, akhirnya menjadi obyek wisata yang menarik di Inggris, karena ramah terhadap ikan dan lingkungan sekitarnya.
Baca juga: Jembatan layang Palmerah layak dibangun
Jika jembatan Palmerah akhirnya dibangun, maka bentuknya seperti Jembatan Barelang yang menghubungkan Pulau Batam, Rempang dan Galang di Pulau Batam, Provinsi Kepulauan Riau.
"Pembangunan jembatan Pancasila Palmerah tetap dilaksanakan. Jadi tidak berhenti rencana peletakan batu pertamanya," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Nusa Tenggara Timur Andre W Koreh kepada Antara di Kupang, Selasa (24/7).
Hal ini disampaikannya berkaitan rencana pembangunan jembatan Pancasila-Palmerah yang menghubungkan Pulau Flores dengan Adonara di Kabupaten Flores Timur, yang peletakan batu pertamanya masih tertunda sampai saat ini.
Ia menjelaskan pembahasan tentang kelanjutan pembangunan jembatan Palmerah akan kembali dilakukan pada Selasa (24/7) di Jakarta yang rapatnya akan dimulai pada pukul 15.00 WIB.
Rapat tersebut di laksanakan di Kementerian ESDM yang akan dipimpin langsung oleh Dirjen Energi Baru Terbarukan Rida Mulyana terkait studi konektivitas dengan pihak Perusahan Listrik Negara (PLN) yang dipaparkan oleh pihak Konsorsium dari Belanda PT Tidal Brigde.
Baca juga: NTT dapat efek ganda dari jembatan Pancasila-Palmerah
"Studi konetivitas itu sudah dipresentasikan bulan lalu, namun masih ada perbaikan, sehingga hari ini nanti jam 15.00 WIB akan ada presentasi ulang," ujarnya.
Hasil rapat tersebut nantinya akan dibicarakan lagi untuk memutuskan apakah PLN akan membeli listrik yang dihasilkan oleh turbin tersebut atau tidak.
Ia menjelaskan bahwa pembangunan jembatan Pancasila Palmerah itu menjadi satu paket dengan pembangunan turbin listrik yang dihasilkan oleh arus laut di selat Gonzalu, yang memisahkan Pulau Flores bagian timur dengan Pulau Adonara.
Di bawah jembatan tersebut akan dipasang pembangkit listrik tenaga arus laut. "Dalam proyek energi baru terbarukan ini akan menggunakan model turbin yang lagi ngetren di Inggris," ujarnya.
Turbin pembangkit energi listrik setinggi lima meter itu, kata Andre, akhirnya menjadi obyek wisata yang menarik di Inggris, karena ramah terhadap ikan dan lingkungan sekitarnya.
Baca juga: Jembatan layang Palmerah layak dibangun