Kupang (Antara NTT) - Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nusa Tenggara Timur Marius Ardu Jelamu mengatakan pihaknya tengah mempersiapkan kelompok UKMK (Usaha Kecil Mikro Menengah) untuk menyambut kunjungan "cruise liner" (kapal pesiar) internasional.
"Kelompok UKMK di daerah wisata harus kita siapkan dengan baik agar bisa dipasarkan menyambut kunjungan ribuan wisatawan asing yang akan datang dengan "Cruise Liner," katanya saat dihubungi Antara di Kupang, Sabtu.
Dia mengatakan, sebelumnya pemerintah setempat sudah sepakat dengan perusahaan seaport perwakilan dari Inggris dan Amerika yang selama ini sudah membangunan pelabuhan kapal pesiar di berbagai negara.
Perusahaan tersebut, lanjut dia, akan membangun pelabuhan "Cruise Liner" di Labuan Bajo, Pulau Flores yang nantinya akan disinggahi kapal pesiar internasional yang menjadi mitra mereka seperti "Carnival Cruise Liner".
"Home base (parkir) kapal pesiarnya nanti di Labuan Bajo kemudian wisatawan akan tour ke darat mengunjungi berbagai destinasi wisata di NTT," katanya.
Untuk itu, lanjut dia, dalam waktu satu sampai dua tahun ke depan, pihaknya bersama pemerintah daerah berkoordinasi mempersiapkan potensi UKMK yang ada untuk dijual kepada ribuan wisatawan itu.
Dia mencontohkan, UKMK yang perlu dipersiapkan seperti usaha tenun ikat, makanan lokal, aksesoris, dan produk kerajinan tangan, serta jasa-jasa tranportasi.
"Ribuan wisatawan itu akan menginap di kapal namun mereka akan tour ke darat, untuk itu kita akan manfaatkan kunjungan itu dengan menjual hasil ekonomi kreatif masyarakat," katanya pula.
Selain itu, lanjut Marius, dalam persiapan itu, pemerintah setempat berkoordinasi dengan pusat melalui kementerian terkait untuk pembangunan infrastrukur pendukung seperti air, jalan, perhotelan, dan sarana-prasarana penunjang lainnya.
"Kita masih punya waktu satu sampai dua tahun ke depan untuk mempersiapkan semuanya untuk menyambut kedatangan "Cruise Liner" itu," katanya pula.
Secara terpisah, Pengamat Ekonomi dari Universitas Widya Mandira (Unwira) Kupang, Dr Thomas Ola Langodai, menilai kemajuan pariwsata di daerah setempat belum maksimal berdampak pada perekonomian masayarakat.
Dekan Fakultas Ekonomi Unwira itu mengatakan, banyak potensi ekonomi masyarakat lokal belum dihimpun dan dipasarkan dengan baik oleh pemerintah setempat di daerah wisata.
Ia mencontohkan, usaha kuliner unggulan di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, yang justerus lebih didominasi para pendatang dari Jawa, Manado, Nusa Tenggara Barat, sementara masyarakat setempat, katanya, masih dalam hitungan jari.
"Pemerintah harus turun langsung ke masyarakat untuk melakukan pemberdayaan dengan mengelompokkan sektor-sektor usaha potensial yang dimiliki untuk bisa dijual," katanya.
Thomas Ola menambahkan, kemajuan pariwisata seperti Bali dan Yogyakarta bisa dicontohi, artinya kata dia, semua sektor ekonomi masyarakat setempat bisa bergerak beriringan dengan geliat kunjungan wisatawan.
"Kelompok UKMK di daerah wisata harus kita siapkan dengan baik agar bisa dipasarkan menyambut kunjungan ribuan wisatawan asing yang akan datang dengan "Cruise Liner," katanya saat dihubungi Antara di Kupang, Sabtu.
Dia mengatakan, sebelumnya pemerintah setempat sudah sepakat dengan perusahaan seaport perwakilan dari Inggris dan Amerika yang selama ini sudah membangunan pelabuhan kapal pesiar di berbagai negara.
Perusahaan tersebut, lanjut dia, akan membangun pelabuhan "Cruise Liner" di Labuan Bajo, Pulau Flores yang nantinya akan disinggahi kapal pesiar internasional yang menjadi mitra mereka seperti "Carnival Cruise Liner".
"Home base (parkir) kapal pesiarnya nanti di Labuan Bajo kemudian wisatawan akan tour ke darat mengunjungi berbagai destinasi wisata di NTT," katanya.
Untuk itu, lanjut dia, dalam waktu satu sampai dua tahun ke depan, pihaknya bersama pemerintah daerah berkoordinasi mempersiapkan potensi UKMK yang ada untuk dijual kepada ribuan wisatawan itu.
Dia mencontohkan, UKMK yang perlu dipersiapkan seperti usaha tenun ikat, makanan lokal, aksesoris, dan produk kerajinan tangan, serta jasa-jasa tranportasi.
"Ribuan wisatawan itu akan menginap di kapal namun mereka akan tour ke darat, untuk itu kita akan manfaatkan kunjungan itu dengan menjual hasil ekonomi kreatif masyarakat," katanya pula.
Selain itu, lanjut Marius, dalam persiapan itu, pemerintah setempat berkoordinasi dengan pusat melalui kementerian terkait untuk pembangunan infrastrukur pendukung seperti air, jalan, perhotelan, dan sarana-prasarana penunjang lainnya.
"Kita masih punya waktu satu sampai dua tahun ke depan untuk mempersiapkan semuanya untuk menyambut kedatangan "Cruise Liner" itu," katanya pula.
Secara terpisah, Pengamat Ekonomi dari Universitas Widya Mandira (Unwira) Kupang, Dr Thomas Ola Langodai, menilai kemajuan pariwsata di daerah setempat belum maksimal berdampak pada perekonomian masayarakat.
Dekan Fakultas Ekonomi Unwira itu mengatakan, banyak potensi ekonomi masyarakat lokal belum dihimpun dan dipasarkan dengan baik oleh pemerintah setempat di daerah wisata.
Ia mencontohkan, usaha kuliner unggulan di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, yang justerus lebih didominasi para pendatang dari Jawa, Manado, Nusa Tenggara Barat, sementara masyarakat setempat, katanya, masih dalam hitungan jari.
"Pemerintah harus turun langsung ke masyarakat untuk melakukan pemberdayaan dengan mengelompokkan sektor-sektor usaha potensial yang dimiliki untuk bisa dijual," katanya.
Thomas Ola menambahkan, kemajuan pariwisata seperti Bali dan Yogyakarta bisa dicontohi, artinya kata dia, semua sektor ekonomi masyarakat setempat bisa bergerak beriringan dengan geliat kunjungan wisatawan.