Kupang (ANTARA) - Perusahaan produsen produk Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) PT Zyrexindo Mandiri Buana (Zyrex) Tbk mencatat penjualan produk senilai Rp650,8 miliar di 2021 dengan produk yang terjual sebanyak 202.000 unit.
"Zyrex membukukan penjualan sebesar Rp650,8 Miliar di tahun 2021, meningkat signifikan hingga 192 persen dari penjualan di 2020 sebesar Rp223,5 miliar," Kata Direktur Utama Zyrex Timothy Siddik dalam keterangan yang diterima di Kupang, Senin (4/4).
Ia menjelaskan nilai penjualan terbesar berupa produk laptop dan peralatan mobile yang berkontribusi sebesar Rp 569,7 miliar dengan total 170,610 unit.
Sementara penjualan produk-produk teknologi informasi sebesar Rp76,3 miliar dengan total 15,836 unit serta penjualan IoT (Internet of Things) dan aksesoris lainnya sebesar Rp4,9 Miliar dengan total 15,333 unit produk yang terjual.
Zyrex membukukan Rp 117,6 miliar dibandingkan Rp65,5 miliar di 2020, yang setara dengan kenaikan sebesar 79,5 persen. Laba bersih setelah pajak sebesar Rp69,7 miliar dibandingkan Rp36,4 miliar 2020, dengan kenaikan 91,7 persen. ROE (Return Of Equity) perusahaan ada di level 34,8 persen dengan EPS (Basic Earning Per Share) perusahaan menjadi 55,67.
Sedangkan untuk total aset di 2021 adalah sebanyak Rp277,5 miliar, naik signifikan 114 persen dari Rp129,6 miliar di akhir 2020.
Peningkatan signifikan ini, kata Timothy terjadi terutama karena peningkatan pada piutang usaha dan persediaan barang. Di sisi lain, total liabilitas Perseroan menurun dari Rp77,7 miliar menjadi Rp77,6 miliar di 2021.
Penurunan liabilitas tersebut terutama disebabkan adanya liabilitas jangka pendek yang digunakan untuk modal kerja.
Ia mengatakan, namun demikian posisi rasio hutang terhadap ekuitas Perseroan masih terjaga baik di angka 38,7 persen dan rasio hutang terhadap aset di 27,9 persen, lebih rendah dibandingkan tahun 2020.
Menurut dia Zyrex saat ini memasuki masa keemasan untuk bertumbuh secara eksponensial dengan adanya keberpihakan pemerintah terhadap produk dalam negeri.
Presiden Jokowi telah mengeluarkan Inpres Nomor 2 Tahun 2022 tentang Percepatan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri dan Produk Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Koperasi dalam Rangka Menyukseskan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia pada Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Pemerintah memiliki target belanja APBN paling sedikit Rp400 Triliun untuk produk dalam negeri. Karena itu sebagai produsen dalam negeri, Zyrex akan menggunakan kesempatan ini untuk melakukan pengembangan dan inovasi-inovasi baru, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap komponen impor.
Dengan dukungan kinerja penjualan yang signifikan di 2021 dan melihat pasar Indonesia yang sangat berpotensial dan masih terus berkembang, maka perusahaan menargetkan penjualan paling sedikit sebesar Rp800 miliar di 2022 dan laba bersih setelah pajak ditargetkan sebesar Rp91 miliar.
"Perusahaan optimis dapat mencapai target tersebut dengan pertumbuhan bisnis di tiga segmen penjualan bisnis ke konsumen, bisnis ke bisnis dan bisnis ke pemerintah," katanya.
"Zyrex membukukan penjualan sebesar Rp650,8 Miliar di tahun 2021, meningkat signifikan hingga 192 persen dari penjualan di 2020 sebesar Rp223,5 miliar," Kata Direktur Utama Zyrex Timothy Siddik dalam keterangan yang diterima di Kupang, Senin (4/4).
Ia menjelaskan nilai penjualan terbesar berupa produk laptop dan peralatan mobile yang berkontribusi sebesar Rp 569,7 miliar dengan total 170,610 unit.
Sementara penjualan produk-produk teknologi informasi sebesar Rp76,3 miliar dengan total 15,836 unit serta penjualan IoT (Internet of Things) dan aksesoris lainnya sebesar Rp4,9 Miliar dengan total 15,333 unit produk yang terjual.
Zyrex membukukan Rp 117,6 miliar dibandingkan Rp65,5 miliar di 2020, yang setara dengan kenaikan sebesar 79,5 persen. Laba bersih setelah pajak sebesar Rp69,7 miliar dibandingkan Rp36,4 miliar 2020, dengan kenaikan 91,7 persen. ROE (Return Of Equity) perusahaan ada di level 34,8 persen dengan EPS (Basic Earning Per Share) perusahaan menjadi 55,67.
Sedangkan untuk total aset di 2021 adalah sebanyak Rp277,5 miliar, naik signifikan 114 persen dari Rp129,6 miliar di akhir 2020.
Peningkatan signifikan ini, kata Timothy terjadi terutama karena peningkatan pada piutang usaha dan persediaan barang. Di sisi lain, total liabilitas Perseroan menurun dari Rp77,7 miliar menjadi Rp77,6 miliar di 2021.
Penurunan liabilitas tersebut terutama disebabkan adanya liabilitas jangka pendek yang digunakan untuk modal kerja.
Ia mengatakan, namun demikian posisi rasio hutang terhadap ekuitas Perseroan masih terjaga baik di angka 38,7 persen dan rasio hutang terhadap aset di 27,9 persen, lebih rendah dibandingkan tahun 2020.
Menurut dia Zyrex saat ini memasuki masa keemasan untuk bertumbuh secara eksponensial dengan adanya keberpihakan pemerintah terhadap produk dalam negeri.
Presiden Jokowi telah mengeluarkan Inpres Nomor 2 Tahun 2022 tentang Percepatan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri dan Produk Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Koperasi dalam Rangka Menyukseskan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia pada Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Pemerintah memiliki target belanja APBN paling sedikit Rp400 Triliun untuk produk dalam negeri. Karena itu sebagai produsen dalam negeri, Zyrex akan menggunakan kesempatan ini untuk melakukan pengembangan dan inovasi-inovasi baru, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap komponen impor.
Dengan dukungan kinerja penjualan yang signifikan di 2021 dan melihat pasar Indonesia yang sangat berpotensial dan masih terus berkembang, maka perusahaan menargetkan penjualan paling sedikit sebesar Rp800 miliar di 2022 dan laba bersih setelah pajak ditargetkan sebesar Rp91 miliar.
"Perusahaan optimis dapat mencapai target tersebut dengan pertumbuhan bisnis di tiga segmen penjualan bisnis ke konsumen, bisnis ke bisnis dan bisnis ke pemerintah," katanya.