Tambolaka, NTT (AntaraNews NTT) - Para peternak babi di Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengaku sukses berkat program Prisma yang merupakan multi tahun antara Australia dan Indonesia di daerah itu sejak 2013.

"Kami bersyukur karena Prisma bisa masuk di Sumba Barat Daya, sehingga bisa merubah nasib para peternak babi di daerah ini," kata Ny Albertina Leda Kadi, seorang peternak babi kepada pers di Kabali Dana, Kamis (16/8).

"Saya sangat merasakan, karena pendapatan dari menjual babi cukup besar jika dibandingkan dengan kondisi sebelum Prisma masuk ke sini," katanya kepada wartawan di Desa Kabali Dana, Kecamatan Wewewa Barat, Sumba Barat Daya.

Para wartawan dan tim dari Promoting Rural Income Trough Support for Markets in Agriculture (Prisma) yang mendatangi Albertina di desanya untuk wawancara dimaksud.

Ny Albertina adalah petani kunci dari demo-plot yang dibina sub agen pakan ternak Stefanus Bulu Laka yang telah sukses memanfaatkan program Prisma.

Albertina mengaku bergabung dalam arisan kandang babi yang dirintis Stefanus Bulu Laka sejak Oktober 2017 dan bergabung dengan kelompok arisan pakan babi pada tahun 2018.

Baca juga: AIP-Rural Nilai Babi Jadi Komoditas Unggulan Usaha peternakan babi di Nusa Tenggara Timur. Dari dua kelompok arisan ini, Albertina selalu bertukar informasi dan pikiran dengan anggota kelompok lainnya tentang cara memelihara dan beternak babi dengan baik.

"Saya hanya memelihara dua ekor babi, namun penghasilannya cukup lumayan setelah menjualnya dengan harga Rp7,5 juta dan Rp8 juta per ekor," ujarnya.

Setelah menjual dua ekor babi tersebut, Albertina kini kembali memelihara empat ekor babi di kampung halamannya. "Prisma telah membuka cakrawala kami untuk beternak yang baik sehingga kami bisa mendapatkan penghasilan yang lumayan besar," ujatnya.

Pengakuan yang sama juga disampaikan oleh Ny Sesilia Mawo Ede. "Penghasilan yang saya dapat dari menjual babi bertambah setelah bergabung dalam arisan pakan babi dan arisan kandang babi sejak 2017," ujarnya.

"Sebelum bergabung dalam kelompok arisan pakan babi dan kandang babi, pendapatan dari menjual babi sangat rendah, karena waktu memeliharanya sangat panjang dengan hanya mengandalkan pakan tradisional," ujar Sesilia yang juga guru PAUD ini.

Namun, setelah masuknya Prima yang memfasilitasi perusahan pakan babi dari PT Melindo dengan para peternak babi di desa, waktu pemeliharaan hanya 6-7 bulan dari sebelumnya antara 1,5 hingga dua tahun.

Baca juga: Populasi ternak babi NTT tertinggi di Indonesia Usaha peternakan babi Selain itu, harga jual pun lebih tinggi 4-5 kali lipat dari sebelumnya yakni dari Rp3 juta per ekor, menjadi Rp10 juta sampai Rp12 juta per ekor.

Karena itu, dia menyampaikan terima kasih kepada Prima yang telah memberikan kemudahan akses pakan dengan PT Melindo untuk peternak babi di Sumba Barat Daya.

Prisma merupakan program multi tahun di bawah Australia-Indonesaia Partnership for Rural Economic Develoment (AIP-Rural).

Program yang dimulai sejak 2013 itu, menyebar di lima provinsi di Indonesia, yakni Jawa Timur, NTB, NTT, Papua dan Papua Barat untuk mendukung strategi pembangunan Pemerintah Indonesia dalam mempercepat pengentasan kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

Kepala Unit Komunikasi AIP-Rural Muhammad Karim Wirasaputra menjelaskan, kondisi riil di NTT, peternak berpendapatan rendah akibat produktivitas rendah sebagai akibat dari kualitas bibit dan pakan sangat rendah.

Selain itu, pengetahuan terkait kesehatan hewan juga sangat terbatas serta keterbatasan teknik beternak. Atas dasar itu, Prisma memfasilitasi para petani babi agar bisa mendapatkan bibit yang berkualitas serta pakan dan informasi yang tepat.

Baca juga: Babi Dominasi Populasi Ternak di NTT
 

Pewarta : Bernadus Tokan
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2024