Kupang (ANTARA) - Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) siap ‘lahirkan’ 416 desa wisata baru yang tersebar di seluruh wilayah Tanah Air guna mendorong pertumbuhan perekonomian melalui sektor pariwisata.
"Asumsi kami memiliki 416 pemerintah kabupaten selaku anggota Apkasi dan ini yang kita dorong untuk minimal satu kabupaten melahirkan satu desa wisata baru," kata Direktur Eksekutif Apkasi Sarman Simanjorang dalam keterangan yang diterima di Kupang, Rabu (20/4).
Ia menjelaskan, pihaknya mendorong pertumbuhan desa wisata di Tanah Air karena banyak potensi alam yang sangat memenuhi syarat untuk dijadikan desa wisata.
Selain itu untuk menggerakkan ekonomi desa, salah satu caranya adalah menjadikannya desa wisata sebagai mesin penggerak.
"Dengan adanya desa wisata akan menjadi media promosi dalam menjual beraneka ragam produk dan jasa unggulan di daerah. Tentunya desa wisata ini akan disesuaikan dengan karakteristik atau kearifan lokal," katanya.
Sarman menjelaskan desa wisata yang disiapkan berbasiskan potensi alam, sosial budaya, religi, kelautan, pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan dan lain sebagainya.
“Saya rasa banyak sekali hal-hal unik dari daerah kita yang layak untuk diangkat menjadi sebuah atraksi yang menjadi magnet untuk para wisatawan"
"Jangankan turis-turis manca negara, wisatawan dalam negeri saja potensinya masih sangat besar untuk dijadikan sebagai target pangsa pasar," katanya.
Sarman mengatakan dalam rangka menumbuhkan potensi-potensi di daerah yang layak untuk diangkat inilah Apkasi menggelar kegiatan webinar ‘"Ekspose Pendokumentasian Best Practice dan Studi Tiru Desa Wisata” sebagai langkah awal.
Pihaknya melakukan ekspose pendokumentasian hasil kerja tim khusus Apkasi yang diterjunkan ke tiga desa wisata yang telah berhasil meraih Anugerah Desa Wisata tingkat nasional, yakni Desa Wisata Tamansari di Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur, Desa Wisata Carangsari, Kabupaten Badung Bali dan Desa Wisata Kaki Langit di Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Ia menjelaskan selanjutnya Apkasi akan menggelar bimbingan teknis (bimtek) dan studi tiru ke tiga destinasi desa wisata yang telah didokumentasikan tersebut.
"Ini menjadi bagian dari peran Apkasi untuk senantiasa mendukung program pemerintah pusat. Apkasi juga berharap ke depan pemerintah bisa menganggarkan dana khusus untuk percepatan pembentukan desa wisata ini," katanya.
Sarman juga menambahkan, Apkasi saat ini sedang mempersiapkan naskah nota kesepahaman dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan kedua dengan Kementerian BUMN.
“Inti dari nota kesepahaman tersebut adalah adanya upaya kongkrit untuk mendorong percepatan pengembangan desa wisata. Kami yakin dengan dukungan kedua kementerian tersebut bisa mendorong lebih cepat pengembangan desa wisata dalam berbagai aspek,” ujarnya.
Apkasi, lanjut Sarman, sebagai wadah kerjasama antar pemerintah kabupaten seluruh Indonesia memiliki perhatian yang cukup besar terhadap sektor pariwisata yang sempat terpuruk akibat pandemi COVID-19.
Pemulihan sektor pariwisata daerah melalui pengembangan desa wisata yang berbasis kearifan lokal menjadi prioritas program kerja Apkasi ke depan.
Pengembangan desa wisata menjadi salah satu upaya percepatan pembangunan daerah secara terpadu untuk mendorong transformasi sosial, budaya, dan ekonomi desa.
Sarman pun berharap, daerah segera melakukan identifikasi potensi yang dimilikinya untuk dikembangkan agar memberikan nilai tambah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Hal ini sejalan dengan fokus Tourism Working Group G20 yang mengusung pemulihan sektor pariwisata melalui pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UMKM dan Community Based Tourism (CBT).
“Pemulihan sektor pariwisata daerah melalui pengembangan desa wisata yang sedang kami laksanakan ini, merupakan salah satu upaya Apkasi dalam memfasilitasi pemerintah kabupaten membangun desa wisata yang berkelas," katanya.
Ia menambahkan program dikembangkan dengan pendekatan belajar antar sesama atau studi tiru antar sesama pemerintah kabupaten. Cara ini dipandang sangat efektif agar daerah lain bisa belajar lebih cepat dan merasakan semangat yang menyala dalam membangun desa wisata yang maju, mandiri dan berkelanjutan.
Baca juga: Apkasi soroti mandatory spending capai 115 persen, melebihi APBD
"Asumsi kami memiliki 416 pemerintah kabupaten selaku anggota Apkasi dan ini yang kita dorong untuk minimal satu kabupaten melahirkan satu desa wisata baru," kata Direktur Eksekutif Apkasi Sarman Simanjorang dalam keterangan yang diterima di Kupang, Rabu (20/4).
Ia menjelaskan, pihaknya mendorong pertumbuhan desa wisata di Tanah Air karena banyak potensi alam yang sangat memenuhi syarat untuk dijadikan desa wisata.
Selain itu untuk menggerakkan ekonomi desa, salah satu caranya adalah menjadikannya desa wisata sebagai mesin penggerak.
"Dengan adanya desa wisata akan menjadi media promosi dalam menjual beraneka ragam produk dan jasa unggulan di daerah. Tentunya desa wisata ini akan disesuaikan dengan karakteristik atau kearifan lokal," katanya.
Sarman menjelaskan desa wisata yang disiapkan berbasiskan potensi alam, sosial budaya, religi, kelautan, pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan dan lain sebagainya.
“Saya rasa banyak sekali hal-hal unik dari daerah kita yang layak untuk diangkat menjadi sebuah atraksi yang menjadi magnet untuk para wisatawan"
"Jangankan turis-turis manca negara, wisatawan dalam negeri saja potensinya masih sangat besar untuk dijadikan sebagai target pangsa pasar," katanya.
Sarman mengatakan dalam rangka menumbuhkan potensi-potensi di daerah yang layak untuk diangkat inilah Apkasi menggelar kegiatan webinar ‘"Ekspose Pendokumentasian Best Practice dan Studi Tiru Desa Wisata” sebagai langkah awal.
Pihaknya melakukan ekspose pendokumentasian hasil kerja tim khusus Apkasi yang diterjunkan ke tiga desa wisata yang telah berhasil meraih Anugerah Desa Wisata tingkat nasional, yakni Desa Wisata Tamansari di Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur, Desa Wisata Carangsari, Kabupaten Badung Bali dan Desa Wisata Kaki Langit di Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Ia menjelaskan selanjutnya Apkasi akan menggelar bimbingan teknis (bimtek) dan studi tiru ke tiga destinasi desa wisata yang telah didokumentasikan tersebut.
"Ini menjadi bagian dari peran Apkasi untuk senantiasa mendukung program pemerintah pusat. Apkasi juga berharap ke depan pemerintah bisa menganggarkan dana khusus untuk percepatan pembentukan desa wisata ini," katanya.
Sarman juga menambahkan, Apkasi saat ini sedang mempersiapkan naskah nota kesepahaman dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan kedua dengan Kementerian BUMN.
“Inti dari nota kesepahaman tersebut adalah adanya upaya kongkrit untuk mendorong percepatan pengembangan desa wisata. Kami yakin dengan dukungan kedua kementerian tersebut bisa mendorong lebih cepat pengembangan desa wisata dalam berbagai aspek,” ujarnya.
Apkasi, lanjut Sarman, sebagai wadah kerjasama antar pemerintah kabupaten seluruh Indonesia memiliki perhatian yang cukup besar terhadap sektor pariwisata yang sempat terpuruk akibat pandemi COVID-19.
Pemulihan sektor pariwisata daerah melalui pengembangan desa wisata yang berbasis kearifan lokal menjadi prioritas program kerja Apkasi ke depan.
Pengembangan desa wisata menjadi salah satu upaya percepatan pembangunan daerah secara terpadu untuk mendorong transformasi sosial, budaya, dan ekonomi desa.
Sarman pun berharap, daerah segera melakukan identifikasi potensi yang dimilikinya untuk dikembangkan agar memberikan nilai tambah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Hal ini sejalan dengan fokus Tourism Working Group G20 yang mengusung pemulihan sektor pariwisata melalui pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UMKM dan Community Based Tourism (CBT).
“Pemulihan sektor pariwisata daerah melalui pengembangan desa wisata yang sedang kami laksanakan ini, merupakan salah satu upaya Apkasi dalam memfasilitasi pemerintah kabupaten membangun desa wisata yang berkelas," katanya.
Ia menambahkan program dikembangkan dengan pendekatan belajar antar sesama atau studi tiru antar sesama pemerintah kabupaten. Cara ini dipandang sangat efektif agar daerah lain bisa belajar lebih cepat dan merasakan semangat yang menyala dalam membangun desa wisata yang maju, mandiri dan berkelanjutan.
Baca juga: Apkasi soroti mandatory spending capai 115 persen, melebihi APBD