Kendari (ANTARA) - Di zaman generasi Z saat ini, sebagian besar anak-anak hingga remaja mengisi waktu luang dengan bermain gawai, namun jauh berbeda dengan sekelompok generasi di pinggiran laut Desa Kulati, Wakatobi.

Desa Kulati, salah satu daerah pelosok di Kecamatan Tomia Timur, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara melahirkan generasi yang sangat spesial dan patut menjadi percontohan bagi anak-anak lain di masa kini.

Anak-anak di daerah ini diajarkan bagaimana menjadi manusia yang pandai berterima kasih kepada bumi sebagai tempat dilahirkan, menjalani hidup hingga akhir hayat nanti.

Sejak duduk di bangku sekolah dasar, generasi bangsa di daerah ini mulai disusupi dengan hal-hal positif utamanya bagaimana mengelola sampa melalui pendidikan lingkungan hidup.

Jauh dari dunia luar, mereka lebih banyak menghabiskan waktu bermain dengan memanfaatkan apa yang ada di alam, salah satunya bermain di pantai, sehingga mereka sangat sadar untuk menjaga alam.

Tidak mau alam mereka rusak akibat sampah, anak-anak di desa ini antusias mengikuti program yang diadakan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) agar terus menikmati alam mereka hingga ke generasi berikutnya.

Edukasi

Memberi pemahaman pentingnya menjaga lingkungan hidup kepada generasi bangsa, dilakukan oleh Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) kepada semua siswa-siswi SDN Kulati di Desa Kulati.

Siswa-siswi di sekolah itu diajarkan bagaimana cara menjaga kebersihan dan melestarikan lingkungan sejak dini. Mereka juga menyambut baik dan sangat senang apa yang diajarkan.

Wakatobi Program Coordinator YKAN La Ode Arifudin mengatakan pendidikan lingkungan diberikan untuk mengajarkan serta memberi pemahaman kepada para murid sekolah dasar terkait pengelolaan sampah yang baik dan benar di lingkungan sekitar.

Lembaga itu memberikan pendidikan lingkungan hidup agar mereka mampu menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan sejak dini termasuk dalam pemilahan sampah yang tepat.

Pendidikan lingkungan hidup diberikan kepada generasi di SDN Kulati difasilitasi Kelompok Ekowisata Poassa Nuhada Desa Kulati, dengan metode pembelajaran aktif yang didukung dalam sebuah permainan.

YKAN mengedukasi anak usia dini sebagai salah satu investasi untuk generasi muda bagaimana kemudian mereka bisa paham terkait dengan pengelolaan sampah dan menjaga lingkungan sejak dini.

Mengedukasi mereka sejak dini sangat penting sehingga memiliki kepedulian terhadap pengelolaan sampah dalam rangka upaya menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.

Pengelolaan sampah ini masih membutuhkan perhatian serius semua pihak sehingga apa yang lakukan YKAN ini sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran anak-anak sejak usia dini.

Kepala SDN Kulati Abdul Manan berharap dengan pendidikan lingkungan yang diberikan YKAN, siswanya mampu menerapkan pola hidup bersih dan sehat, baik di lingkungan sekolah maupun di rumah masing-masing.

Ke depan anak-anak itu mengetahui cara membuang sampah atau kotoran pada tempatnya dan tidak membuang sampah sembarangan.

Ecobrick

Selain memberikan pendidikan di lingkungan sekolah, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) bersama Jasa Raharja dan Kelompok Ekowisata Masyarakat Poassa Nuhada di Desa Kulati, mengajari anak-anak mengolah sampah plastik melalui ecobrick.

Baca juga: Artikel - Keajaiban alam Danau Weekuri

Ketua Kelompok Ekowisata Poassa Nuhada, Nyong Tomia mengatakan upaya itu dilakukan dengan menggelar lomba ecobrick bagi anak pelajar SD dan SMP yang ada di daerah tersebut.

Kelompok ekowisata memberikan lomba ecobrick sebagai salah satu upaya dalam mengkampanyekan bahaya sampah plastik di lingkungan masyarakat desa, terutama bagi pelajar sebagai generasi penerus.

Kegiatan yang diselenggarakan di Kios Konservasi Desa Kulati, Kecamatan Tomia Timur, Wakatobi mengedukasi anak-anak sebagai generasi muda bagaimana bisa memanfaatkan sampah yang ada di lingkungan.

Di tangan anak-anak SD dan SMP di daerah itu, sampah plastik disulap menjadi bahan-bahan seni yang bernilai ekonomi. Mereka sangat bergembira mengolah sampah yang bernilai positif.

Bak menjadi permainan sehari-hari, para anak-anak di desa itu berlomba-lomba menciptakan kreasi mereka dengan memanfaatkan sampah botol plastik.

Baca juga: Artikel - Menelusuri keindahan warisan geologi Meratus

Sampah plastik yang dimana jika dibuang begitu saja maka alam membutuhkan 50-100 tahun dalam mengurai, sehingga diubah menjadi ecobrick yang bernilai seni.

Pemanfaatan sampah menjadi ecobrick di Desa Kulati dimulai sejak 2018 silam yang bekerja sama dengan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN).

Membuat ecobrick untuk kemudian bisa dimanfaatkan atau dikreasikan dalam bentuk sesuatu sehingga bisa digunakan kembali dilakukan YKAN kepada anak-anak Desa Kulati.

Melalui upaya itu akan memberikan perubahan perilaku masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang baik dan benar, yang diawali dengan kesadaran masyarakat dalam memilah antara sampah yang bisa ataupun tidak bisa didaur ulang.

Ternyata  dari upaya itu ada perubahan di masyarakat bagaimana sampah-sampah yang dihasilkan sudah mulai bisa dipilah. 

Dengan lomba ecobrick dapat menghasilkan kreasi dan inovasi dalam memanfaatkan sampah plastik agar dapat bernilai seni.

Baca juga: Artikel - Merancang Sigi yang aman dari bencana

Kanit Operasional dan Humas Jasa Raharja Sultra Agus Erick, berharap melalui lomba ecobrick dapat memberikan nilai tambah bagi sampah daur ulang yang dapat digunakan sebagai bahan seni.

Jasa Raharja bersama YKAN juga memberikan edukasi kepada anak-anak tentang bahaya sampah plastik.

Ecobrick merupakan metode yang digunakan untuk meminimalisir sampah plastik dengan media botol plastik yang diisi penuh dengan sampah anorganik bersih, sehingga botol tersebut benar-benar keras dan padat dan bisa digunakan sebagai instalasi seni.

Mengedukasi anak-anak sejak dini untuk menjaga lingkungan sangat penting digelorakan, sehingga bumi ini tetap terjaga yang pada akhirnya keasrian dan keindahan alami ini masih dapat dinikmati oleh anak cucu kita.

Pewarta : Muhammad Harianto
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024