Kupang (AntaraNews NTT) - Warga Desa Tanah Merah dan Desa Oebelo di Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggata Timur siap berdamai setelah konflik antarwarga yang mengakibatkan dua orang tewas pada pekan lalu.
"Kami warga Tanah Merah sudah sepakat menghentikan konflik ini dan siap berdamai dengan saudara-saudara kami di Oebelo," kata Kepala Desa Tanah Merah Yefta Hatni Layk ketika dihubungi Antara dari Kupang, Rabu (29/8).
Ia mengatakan, semua elemen dari tokoh agama, tokoh masyarakat, pemerintah desa, dan warga Tanah Merah sudah berbicara dan sepakat memilih jalan damai untuk mengakhiri konflik tersebut.
Warga Tanah Merah, lanjutnya, menginginkan agar konflik segera berakhir, sehingga bisa beraktivitas kembali dengan aman dan lancar.
"Kami ingin agar nelayan bisa kembali melaut, pertanian bisa berjalan, orang-orang bisa ke pasar, anak-anak bisa sekolah dan semua aktivitas lainnya berjalan dengan lancar, itu tujuannya," katanya.
Dia mengatakan, masyarakat Tanah Merah sangat mendukung upaya rekonsiliasi dan deklarasi hidup damai seperti yang disampaikan pemerintah provinsi sebelumnya.
"Intinya kami sangat mendukung upaya untuk deklarasi damai ini, supaya kami dengan saudara-saudara kami di Oebelo kembali saling memaafkan dan memulai hidup baru dengan damai," katanya pula.
Yefta berharap pemerintah kabupaten ataupun provinsi setempat bisa memfasilitasi komunikasi dengan warga Oebelo, sehingga deklarasi damai segera dilakukan.
Baca juga: Situasi keamanan di Oebelo sudah kondunsif
Kepala Desa Oebelo Paulus Alexander Daud sebelumnya kepada wartawan mengatakan, para tokoh masyarakat, tokoh pemuda di Oebelo juga telah membicarakan konflik tersebut dan bersepakat untuk berdamai.
"Kami sudah sepakat berdamai dengan warga Tanah Merah karena konflik ini telah menimbulkan banyak kerugian," katanya.
Ia menjelaskan, dampak konflik antarwarga itu telah mengakibatkan pelayanan publik berhenti total sejak pecah konflik pada Kamis (23/8) lalu, karena aparatur desa belum berani ke kantor.
Selain itu, lanjutnya, banyak warga nelayan yang takut melaut dan kesulitan melakukan aktivitas kesehariannya."Anak-anak pun terpaksa meliburkan diri, bahkan para orang tua terpaksa menitipkan anak-anak ke keluarganya yang berada di luar Desa Oebelo," katanya lagi.
Lebih lanjut terkait korban yang tewas dari kedua desa akibat konflik itu, Paulus menyerahkan sepenuhnya kepada penegak hukum untuk diproses hingga tuntas.
Dia juga meminta warganya agar tidak terprovokasi dengan berbagai isu yang berkembang, sehingga suasana kembali kondusif dan warga kedua desa dapat kembali hidup berdampingan dengan damai.
Baca juga: Forkompimda dorong rekonsiliasi antarwarga yang berkonflik
Baca juga: Tokoh masyarakat Timtim dorong rekonsiliasi di Oebelo
"Kami warga Tanah Merah sudah sepakat menghentikan konflik ini dan siap berdamai dengan saudara-saudara kami di Oebelo," kata Kepala Desa Tanah Merah Yefta Hatni Layk ketika dihubungi Antara dari Kupang, Rabu (29/8).
Ia mengatakan, semua elemen dari tokoh agama, tokoh masyarakat, pemerintah desa, dan warga Tanah Merah sudah berbicara dan sepakat memilih jalan damai untuk mengakhiri konflik tersebut.
Warga Tanah Merah, lanjutnya, menginginkan agar konflik segera berakhir, sehingga bisa beraktivitas kembali dengan aman dan lancar.
"Kami ingin agar nelayan bisa kembali melaut, pertanian bisa berjalan, orang-orang bisa ke pasar, anak-anak bisa sekolah dan semua aktivitas lainnya berjalan dengan lancar, itu tujuannya," katanya.
Dia mengatakan, masyarakat Tanah Merah sangat mendukung upaya rekonsiliasi dan deklarasi hidup damai seperti yang disampaikan pemerintah provinsi sebelumnya.
"Intinya kami sangat mendukung upaya untuk deklarasi damai ini, supaya kami dengan saudara-saudara kami di Oebelo kembali saling memaafkan dan memulai hidup baru dengan damai," katanya pula.
Yefta berharap pemerintah kabupaten ataupun provinsi setempat bisa memfasilitasi komunikasi dengan warga Oebelo, sehingga deklarasi damai segera dilakukan.
Baca juga: Situasi keamanan di Oebelo sudah kondunsif
Kepala Desa Oebelo Paulus Alexander Daud sebelumnya kepada wartawan mengatakan, para tokoh masyarakat, tokoh pemuda di Oebelo juga telah membicarakan konflik tersebut dan bersepakat untuk berdamai.
"Kami sudah sepakat berdamai dengan warga Tanah Merah karena konflik ini telah menimbulkan banyak kerugian," katanya.
Ia menjelaskan, dampak konflik antarwarga itu telah mengakibatkan pelayanan publik berhenti total sejak pecah konflik pada Kamis (23/8) lalu, karena aparatur desa belum berani ke kantor.
Selain itu, lanjutnya, banyak warga nelayan yang takut melaut dan kesulitan melakukan aktivitas kesehariannya."Anak-anak pun terpaksa meliburkan diri, bahkan para orang tua terpaksa menitipkan anak-anak ke keluarganya yang berada di luar Desa Oebelo," katanya lagi.
Lebih lanjut terkait korban yang tewas dari kedua desa akibat konflik itu, Paulus menyerahkan sepenuhnya kepada penegak hukum untuk diproses hingga tuntas.
Dia juga meminta warganya agar tidak terprovokasi dengan berbagai isu yang berkembang, sehingga suasana kembali kondusif dan warga kedua desa dapat kembali hidup berdampingan dengan damai.
Baca juga: Forkompimda dorong rekonsiliasi antarwarga yang berkonflik
Baca juga: Tokoh masyarakat Timtim dorong rekonsiliasi di Oebelo