Kupang (ANTARA) - Sebanyak 736 ekor sapi yang dikirim dari Nusa Tenggara Timur tujuan DKI Jakarta tertahan di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur dampak adanya penyakit mulut dan kuku (PMK) hewan yang mewabah di daerah itu.
"Saat ini kapal sudah sandar di Surabaya. Sebab keputusan adanya PMK itu keluar bersamaan dengan berangkatnya kapal sehingga tidak bisa dihindari lagi," kata Kepala Balai Karantina Hewan NTT, Yulius Umbu H di Kupang, Selasa, (10/5).
Hal ini disampaikannya usai menghadiri rapat koordinasi Kewaspadaan Terhadap Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di kantor Karantina Hewan.
Ia mengatakan bahwa pengiriman sapi itu ada prosesnya, seperti persiapan pakan, rekomendasi, pemeriksaan kesehatan dan lainnya.
"Sapi-sapi itu nanti akan dikirim ke DKI Jakarta melalui jalan darat. Tetapi karena adanya virus itu maka tertahan di sana (Pelabuhan Tanjung Perak, red) dan tidak bisa dikembalikan ke Kupang lagi," tambah dia.
Jawa Timur sendiri menjadi daerah pertama di Indonesia yang ditemukan adanya PMK di sejumlah sapi di daerah itu. Sehingga pemerintah daerah setempat kemudian mengeluarkan aturan penutupan masuk keluarnya hewan sapi dari daerah itu.
Yulius mengatakan pihaknya masih terus berkomunikasi dengan Balai Karantina Hewan di Surabaya untuk mencari tahu solusi atau jalan keluar dari 736 sapi yang tertahan di daerah itu.
Saat ini ujar dia salah satu solusi agar hewan sapi bisa masuk ke DKI Jakarta adalah pemilik sapi menggunakan kapal tol laut Cemara Nusantara milik pemerintah.
Namun jumlah pasokannya dibatasi, tak seperti pengiriman sapi menggunakan kapal kargo atau kapal barang.
Lebih lanjut kata dia, sampai saat ini wilayah NTT sendiri masih aman oleh PMK tersebut, sehingga pihaknya berusaha untuk menutup semua jalur masuknya produk-produk kemasan daging ke NTT.
Baca juga: Gubernur NTT diimbau tak ragu larang masuknya hewan dari luar
Baca juga: Pemkab Nagekeo optimalkan 'ranch' ternak dorong produktivitas
"Saat ini kapal sudah sandar di Surabaya. Sebab keputusan adanya PMK itu keluar bersamaan dengan berangkatnya kapal sehingga tidak bisa dihindari lagi," kata Kepala Balai Karantina Hewan NTT, Yulius Umbu H di Kupang, Selasa, (10/5).
Hal ini disampaikannya usai menghadiri rapat koordinasi Kewaspadaan Terhadap Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di kantor Karantina Hewan.
Ia mengatakan bahwa pengiriman sapi itu ada prosesnya, seperti persiapan pakan, rekomendasi, pemeriksaan kesehatan dan lainnya.
"Sapi-sapi itu nanti akan dikirim ke DKI Jakarta melalui jalan darat. Tetapi karena adanya virus itu maka tertahan di sana (Pelabuhan Tanjung Perak, red) dan tidak bisa dikembalikan ke Kupang lagi," tambah dia.
Jawa Timur sendiri menjadi daerah pertama di Indonesia yang ditemukan adanya PMK di sejumlah sapi di daerah itu. Sehingga pemerintah daerah setempat kemudian mengeluarkan aturan penutupan masuk keluarnya hewan sapi dari daerah itu.
Yulius mengatakan pihaknya masih terus berkomunikasi dengan Balai Karantina Hewan di Surabaya untuk mencari tahu solusi atau jalan keluar dari 736 sapi yang tertahan di daerah itu.
Saat ini ujar dia salah satu solusi agar hewan sapi bisa masuk ke DKI Jakarta adalah pemilik sapi menggunakan kapal tol laut Cemara Nusantara milik pemerintah.
Namun jumlah pasokannya dibatasi, tak seperti pengiriman sapi menggunakan kapal kargo atau kapal barang.
Lebih lanjut kata dia, sampai saat ini wilayah NTT sendiri masih aman oleh PMK tersebut, sehingga pihaknya berusaha untuk menutup semua jalur masuknya produk-produk kemasan daging ke NTT.
Baca juga: Gubernur NTT diimbau tak ragu larang masuknya hewan dari luar
Baca juga: Pemkab Nagekeo optimalkan 'ranch' ternak dorong produktivitas