Labuan Bajo (ANTARA) - Puskesmas Kawangu di Kabupaten Sumba Timur, NTT melakukan inovasi Selimut Cantik untuk menangani kasus kekerdilan (stunting) yang dimulai dari ibu hamil.
"Inovasi Selimut Cantik itu artinya selamatkan ibu hamil dari risiko tinggi kehamilan dan cegah stunting pada seribu hari pertama kehidupan," kata Pelaksana Tugas Kepala Puskesmas Kawangu Rambu Mema ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Jumat, (15/7/2022).
Selimut Cantik merupakan inovasi gizi dari Puskesmas dengan menggalang kerja sama lintas sektor untuk membuat berbagai kegiatan. Tujuan inovasi gizi ini untuk menyelamatkan ibu hamil dari risiko tinggi dan mencegah anak kerdil di wilayah itu.
Dalam program itu, pihak Puskesmas bersama masyarakat membentuk kelompok ibu hamil dan anak 0-23 bulan. Selain itu, mereka membuat kelas ibu cegah stunting, kebun gizi, dan layanan pemberian makanan tambahan (PMT). Dia menyebut kebun gizi menjadi proyek jangka panjang mereka karena masyarakat tidak memiliki sumber gizi di rumah.
"Sebenarnya kalau masyarakat punya sumber gizi di rumah, tidak akan terjadi gizi buruk, gizi kurang, dan stunting," ungkap Rambu Mema.
Puskesmas Kawangu telah menetapkan Desa Palakahembi sebagai proyek percontohan Program Selimut Cantik ini. Namun, program serupa tetap direplikasi ke desa dan kelurahan yang menjadi wilayah kerja mereka. Untuk diketahui, Puskesmas Kawangu memiliki wilayah kerja yang mencakup 2 kelurahan, 5 desa definitif, dan 2 desa persiapan.
Dari data terakhir Puskesmas Kawangu, terdapat 415 anak mengalami kekerdilan, yang mana naik dari tahun sebelumnya sebanyak 374 anak.
Rambu Mema merinci terdapat 118 bayi mengalami kekerdilan dengan usia di bawah dua tahun (baduta) atau 0-23 bulan. Selanjutnya, ada 16 anak kurang gizi di wilayah kerja Puskesmas itu.
Jumlah baduta yang mengalami kekerdilan terbanyak di Desa Palakahembi dengan total 32 bayi. Sedangkan Kelurahan Watumbaka menjadi daerah dengan bayi kerdil paling sedikit yakni dua orang bayi.
Selain dua desa itu, baduta kerdil juga terdapat di Kelurahan Kawangu sebanyak 23 bayi, Desa Kambata Tana 18 bayi, Desa Kadumbul 18 bayi, Desa Walatungga 12 bayi, Desa Maubokul 9 bayi, dan Desa Laindeha 4 bayi.
Puskesmas Kawangu juga mendampingi tumbuh kembang 16 anak kurang gizi di wilayah itu.
Baca juga: Gubernur Laiskodat ajak IBI prioritas turukan stunting
Rambu Mema menjelaskan pihak Puskesmas terus melakukan pendampingan terhadap ibu hamil dan bayi balita yang menderita kekerdilan dalam wilayah kerjanya.
Baca juga: Pemkab Kupang fokus tangani 7.207 balita stunting
Dia pun menekankan peningkatan pengetahuan dan kerja sama lintas sektor untuk bersama memberikan motivasi dan penyuluhan kepada masyarakat terkait pencegahan dan penanganan kekerdilan.
"Inovasi Selimut Cantik itu artinya selamatkan ibu hamil dari risiko tinggi kehamilan dan cegah stunting pada seribu hari pertama kehidupan," kata Pelaksana Tugas Kepala Puskesmas Kawangu Rambu Mema ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Jumat, (15/7/2022).
Selimut Cantik merupakan inovasi gizi dari Puskesmas dengan menggalang kerja sama lintas sektor untuk membuat berbagai kegiatan. Tujuan inovasi gizi ini untuk menyelamatkan ibu hamil dari risiko tinggi dan mencegah anak kerdil di wilayah itu.
Dalam program itu, pihak Puskesmas bersama masyarakat membentuk kelompok ibu hamil dan anak 0-23 bulan. Selain itu, mereka membuat kelas ibu cegah stunting, kebun gizi, dan layanan pemberian makanan tambahan (PMT). Dia menyebut kebun gizi menjadi proyek jangka panjang mereka karena masyarakat tidak memiliki sumber gizi di rumah.
"Sebenarnya kalau masyarakat punya sumber gizi di rumah, tidak akan terjadi gizi buruk, gizi kurang, dan stunting," ungkap Rambu Mema.
Puskesmas Kawangu telah menetapkan Desa Palakahembi sebagai proyek percontohan Program Selimut Cantik ini. Namun, program serupa tetap direplikasi ke desa dan kelurahan yang menjadi wilayah kerja mereka. Untuk diketahui, Puskesmas Kawangu memiliki wilayah kerja yang mencakup 2 kelurahan, 5 desa definitif, dan 2 desa persiapan.
Dari data terakhir Puskesmas Kawangu, terdapat 415 anak mengalami kekerdilan, yang mana naik dari tahun sebelumnya sebanyak 374 anak.
Rambu Mema merinci terdapat 118 bayi mengalami kekerdilan dengan usia di bawah dua tahun (baduta) atau 0-23 bulan. Selanjutnya, ada 16 anak kurang gizi di wilayah kerja Puskesmas itu.
Jumlah baduta yang mengalami kekerdilan terbanyak di Desa Palakahembi dengan total 32 bayi. Sedangkan Kelurahan Watumbaka menjadi daerah dengan bayi kerdil paling sedikit yakni dua orang bayi.
Selain dua desa itu, baduta kerdil juga terdapat di Kelurahan Kawangu sebanyak 23 bayi, Desa Kambata Tana 18 bayi, Desa Kadumbul 18 bayi, Desa Walatungga 12 bayi, Desa Maubokul 9 bayi, dan Desa Laindeha 4 bayi.
Puskesmas Kawangu juga mendampingi tumbuh kembang 16 anak kurang gizi di wilayah itu.
Baca juga: Gubernur Laiskodat ajak IBI prioritas turukan stunting
Rambu Mema menjelaskan pihak Puskesmas terus melakukan pendampingan terhadap ibu hamil dan bayi balita yang menderita kekerdilan dalam wilayah kerjanya.
Baca juga: Pemkab Kupang fokus tangani 7.207 balita stunting
Dia pun menekankan peningkatan pengetahuan dan kerja sama lintas sektor untuk bersama memberikan motivasi dan penyuluhan kepada masyarakat terkait pencegahan dan penanganan kekerdilan.