Kupang (AntaraNews NTT) - Para petani di Kelurahan Oesao, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengaku kesulitan menanam akibat kekeringan melanda wilayah itu.
"Kekeringan yang mulai berlangsung sejak Agustus 2018, telah mengakibatkan serangan hama sehingga membuat kami sulit untuk menanam," kata Marinus Mafefa, salah seorang petani kepada Antara di Oesao, Rabu (17/10).
Dia mengemukakan hal itu, terkait dampak kekeringan yang melanda wilayah persawahan di dataran Oesao dan Nunkurus, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang.
Kelurahan Oesao merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Kupang yang menjadi pemasok hasil pertanian seperti beras, jagung muda, sayur-sayuran, kacang-kacangan bagi masyarakat di ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Marinus mengatakan, kekeringan juga berdampak pada harga jual hasil-hasil pertanian seperti jagung, kacang-kacangan, dan labu di pasaran.
"Musim panas seperti sekarang ini, harga jual hasil pertanian menjadi mahal. Harga jual akan murah pada saat bulan Desember," katanya menambahkan.
Baca juga: Areal persawahan Oesao alami kekeringan
Dia mengatakan, jagung dijual dengan harga Rp10.000 per delapan bulir, kacang-kacangan dijual Rp15.000/kg dan buah labuh ukuran besar di jual dengan harga Rp10.000/buah.
Penjabat Sekda Kabupaten Kupang Maclon Joni Nomseo yang dikonfirmasi terpisah mengakui, ratusan haktare areal persawahan di Oesao mengalami kekeringan akibat ketiadaan air sebagai dampak dari kemarau panjang yang sedang melanda Pulau Timor saat ini.
"Ratusan haktare areal persawah di Oesao memang tidak dikerjakan oleh para petani karena ketiadaan air sejak daerah ini dilanda musim kemarau pada Agustus lalu," ujarnya.
Dia mengatakan bahwa saat ini, sejumlah sumber air irigasi untuk areal persawahan Oesao mengalami kekeringan, sehingga membuat para petani setempat bertambah tidak berdaya.
Baca juga: Pemerintah bangun saluran irigasi sepanjang 20 km
"Kekeringan yang mulai berlangsung sejak Agustus 2018, telah mengakibatkan serangan hama sehingga membuat kami sulit untuk menanam," kata Marinus Mafefa, salah seorang petani kepada Antara di Oesao, Rabu (17/10).
Dia mengemukakan hal itu, terkait dampak kekeringan yang melanda wilayah persawahan di dataran Oesao dan Nunkurus, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang.
Kelurahan Oesao merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Kupang yang menjadi pemasok hasil pertanian seperti beras, jagung muda, sayur-sayuran, kacang-kacangan bagi masyarakat di ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Marinus mengatakan, kekeringan juga berdampak pada harga jual hasil-hasil pertanian seperti jagung, kacang-kacangan, dan labu di pasaran.
"Musim panas seperti sekarang ini, harga jual hasil pertanian menjadi mahal. Harga jual akan murah pada saat bulan Desember," katanya menambahkan.
Baca juga: Areal persawahan Oesao alami kekeringan
Dia mengatakan, jagung dijual dengan harga Rp10.000 per delapan bulir, kacang-kacangan dijual Rp15.000/kg dan buah labuh ukuran besar di jual dengan harga Rp10.000/buah.
Penjabat Sekda Kabupaten Kupang Maclon Joni Nomseo yang dikonfirmasi terpisah mengakui, ratusan haktare areal persawahan di Oesao mengalami kekeringan akibat ketiadaan air sebagai dampak dari kemarau panjang yang sedang melanda Pulau Timor saat ini.
"Ratusan haktare areal persawah di Oesao memang tidak dikerjakan oleh para petani karena ketiadaan air sejak daerah ini dilanda musim kemarau pada Agustus lalu," ujarnya.
Dia mengatakan bahwa saat ini, sejumlah sumber air irigasi untuk areal persawahan Oesao mengalami kekeringan, sehingga membuat para petani setempat bertambah tidak berdaya.
Baca juga: Pemerintah bangun saluran irigasi sepanjang 20 km