Kupang (ANTARA) - Pengamat Politik dari Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, Nusa Tenggara Timur, Mikhael Rajamuda Bataona menilai sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait figur untuk Pilpres 2024 telah menghadapkan partai politik (parpol) dengan opini publik.

"Jokowi sebenarnya bukan menyerah dan mengakui bahwa figur dengan elektabilitas tinggi tidak bisa lagi dicalonkan, justeru sebaliknya bahwa Jokowi sebenarnya sedang memanggang partai-partai politik di atas "barah api" opini publik," katanya ketika dihubungi di Kupang, Senin, (29/8/2022).

Ia mengatakan hal itu menanggapi pernyataan Jokowi terkait figur dengan elektabilitas tinggi belum tentu diusung parpol sebagai calon presiden pada Pemilu 2024 saat memberikan pengarahan dalam Rapimnas Sukarelawan Bravo 5, di Jakarta, Jumat (26/8).

Bravo 5 merupakan organisasi massa yang dibina dan dikelola pada elit nasional serta banyak purnawirawan TNI, salah satunya Luhut Pandjaitan, dan dipimpin mantan Wakil Panglima TNI, Letnan Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi. Kelompok ini eksis pada masa kampanye 2014 dan 2019 untuk memenangkan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla dan Jokowi-KH Ma'ruf Amin.

Bataona mengatakan formulasi kalimat yang dipakai Jokowi adalah kalimat yang memiliki efek kuasa dan justeru mendestabilisasi rencana partai-partai yang mau berseberangan dengan kemauan publik.

Pernyataan tersebut, kata dia dapat membangun solidaritas publik melawan dominasi partai dan di sisi lain bisa membangkitkan sentimen negatif terhadap partai politik.

Publik akan semakin sadar bahwa partai politik itu bukan alat perjuangan tetapi alat mempraktekkan tirani kekuasaan. Dengan posisi parpol yang kuat sebagai penentu capres, kata dia mereka bisa menjadi sangat oligarkis, absolut, kuat dan tiran. 

"Inilah yang saya baca sedang dipakai Jokowi untuk menghadapkan rakyat dan parpol secara berhadap-hadapan," katanya. 

Baca juga: Pengamat sebut pernyataan Jokowi sinyal dukungan untuk Puan

Menurut Bataona sebagai presiden yang pernah lolos lewat pintu partai karena dukungan rakyat, Jokowi paham bahwa rakyat hari ini sudah cerdas. 

Ia mengatakan rakyat memahami apa yang sedang dirancang para elit. Artinya penolakan partai untuk tidak mencalonkan figur-figur yang punya elektabilitas tinggi bisa menjadi masalah demokrasi karena berseberangan dengan kehendak rakyat. 

Baca juga: Presiden Jokowi minta relawan tidak buru-buru tentukan dukungan Pilpres 2024

"Rakyat akhirnya berpikir untuk apa mengikuti Pemilu jika calonnya diatur dan di-setting tanpa campur tangan rakyat lewat pertarungan opini dan deliberasi gagasan di ruang publik," katanya.

Pewarta : Aloysius Lewokeda
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024