Labuan Bajo (ANTARA) - Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi berkomitmen untuk mengatasi stunting dengan cara menyelesaikan permasalahan kemiskinan yang menjadi salah satu faktor penyebab kasus tersebut di daerah setempat.
"Ada dua faktor yakni kemiskinan dan kesadaran. Untuk mengentaskan kasus stunting, kita harus selesaikan persoalan kemiskinan terlebih dahulu," kata dia dalam Roadshow Dharma Pertiwi Percepatan Penurunan Stunting di Labuan Bajo, Kamis, (15/9/2022).
Dia menyebut persentase kasus stunting di Manggarai Barat saat ini berada pada 15,89 persen, naik bila dibandingkan dengan periode bulan yang sama pada tahun sebelumnya.
Oleh karena itu, masalah kemiskinan harus menjadi prioritas utama pemerintah. Berbagai program intervensi pemerintah harus menyasar masyarakat miskin dengan bantuan yang tepat sasaran sehingga masalah kemiskinan bisa teratasi.
Tentunya, katanya, berbagai intervensi pencegahan dan penurunan stunting ini harus dilakukan secara konvergensi, terkoordinir, dan terpadu dengan melibatkan kelompok sasaran, baik yang tinggal di desa maupun kota.
Bupati Edi menyoroti tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah. Keluarga sering kali tidak memberikan ASI hingga anak berumur dua tahun.
Dia melihat keluarga memberikan anak balita susu dari toko hingga mie instan.
"Kesadaran masih rendah. Masih cari yang instan, yang gampang. Banyak kita temukan ibu-ibu yang demikian," ungkapnya.
Namun, dia juga menambahkan bahwa salah satu faktor penyumbang angka 15,89 pada kasus stunting di Manggarai Barat tak terlepas dari warga setempat yang telah kembali dari perantauan, baik Papua dan Kalimantan selama tiga bulan terakhir.
Baca juga: Pemkab Manggarai Barat gencarkan program P2L cegah stunting
Pada kesempatan itu, Bupati Edi berharap, integrasi pola kegiatan pemerintah dan partisipasi masyarakat bisa memberikan optimisme penurunan stunting pada Februari 2023.
Baca juga: Manggarai optimalkan aksi konvergensi penurunan stunting
"Mohon dukungan dan kerja keras kita agar Februari 2023 nanti angka kasus bisa di bawah 15 persen, bahkan di 12 persen," katanya.
"Ada dua faktor yakni kemiskinan dan kesadaran. Untuk mengentaskan kasus stunting, kita harus selesaikan persoalan kemiskinan terlebih dahulu," kata dia dalam Roadshow Dharma Pertiwi Percepatan Penurunan Stunting di Labuan Bajo, Kamis, (15/9/2022).
Dia menyebut persentase kasus stunting di Manggarai Barat saat ini berada pada 15,89 persen, naik bila dibandingkan dengan periode bulan yang sama pada tahun sebelumnya.
Oleh karena itu, masalah kemiskinan harus menjadi prioritas utama pemerintah. Berbagai program intervensi pemerintah harus menyasar masyarakat miskin dengan bantuan yang tepat sasaran sehingga masalah kemiskinan bisa teratasi.
Tentunya, katanya, berbagai intervensi pencegahan dan penurunan stunting ini harus dilakukan secara konvergensi, terkoordinir, dan terpadu dengan melibatkan kelompok sasaran, baik yang tinggal di desa maupun kota.
Bupati Edi menyoroti tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah. Keluarga sering kali tidak memberikan ASI hingga anak berumur dua tahun.
Dia melihat keluarga memberikan anak balita susu dari toko hingga mie instan.
"Kesadaran masih rendah. Masih cari yang instan, yang gampang. Banyak kita temukan ibu-ibu yang demikian," ungkapnya.
Namun, dia juga menambahkan bahwa salah satu faktor penyumbang angka 15,89 pada kasus stunting di Manggarai Barat tak terlepas dari warga setempat yang telah kembali dari perantauan, baik Papua dan Kalimantan selama tiga bulan terakhir.
Baca juga: Pemkab Manggarai Barat gencarkan program P2L cegah stunting
Pada kesempatan itu, Bupati Edi berharap, integrasi pola kegiatan pemerintah dan partisipasi masyarakat bisa memberikan optimisme penurunan stunting pada Februari 2023.
Baca juga: Manggarai optimalkan aksi konvergensi penurunan stunting
"Mohon dukungan dan kerja keras kita agar Februari 2023 nanti angka kasus bisa di bawah 15 persen, bahkan di 12 persen," katanya.