Jakarta (ANTARA) - Di tengah gemuruh hiruk pikuk Kota Jakarta yang ramai dan menyeringai, terdapat cerita dari sudut utara ibu kota soal relokasi pemukiman warga yang sudah tidak layak huni. Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Marunda menyelipkan kisah dilema serta harapan yang digantungkan oleh warganya soal hunian yang layak bagi keluarganya.
Rusunawa Marunda yang terletak di Kelurahan Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, sudah menjadi rumah bagi ribuan keluarga sejak dibangun pada tahun 1990-an, juga merupakan hunian sederhana bagi warga dengan berbagai latar belakang dan pekerjaan.
Namun, seiring berjalan waktu Rusunawa Marunda mengalami berbagai persoalan, termasuk masalah fisik bangunan yang sudah tidak lagi sehat. Seperti bangunan di Klaster C dengan tingkat kerusakan yang tinggi, tercermin dari kejadian plang nama Blok C5 yang ambruk menimpa kanopi pada akhir Agustus lalu.
"Sesuai penelitian BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) bahwa bangunan tersebut sudah tidak layak,” kata Plt. Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukimam (PRKP) DKI Jakarta Retno Sulistyaningrum.
Memang sekilas bangunan rumah susun itu nampak masih apik, tapi penggambaran tersebut hanya mendefinisikan bagian luar bangunan, pasalnya kondisi di dalam bangunan sudah rusak dan keropos.
Sebagai gantinya, Pemerintah menyediakan Rusun Nagrak yang berjarak sekitar 6 km dari Rusunawa Marunda dengan fasilitas yang nyaman, juga lebih modern.
Proses relokasi warga Rusunawa Marunda akhirnya dilakukan melalui kolaborasi antara Pemerintah dan warga itu sendiri, demi keselamatan dan keamanan.
Ketua Tim Relokasi Rusunawa Marunda Salfar Ridwan mengatakan Klaster C menjadi fokus utama pada relokasi kali ini karena memiliki tingkat kerusakan bangunan yang paling parah.
Secara bertahap proses relokasi penghuni di Blok C5 Rusunawa Marunda RW012 Kelurahan Marunda beserta barang-barang milik warga ke Rusunawa Nagrak di Cilincing, Jakarta Utara, terus dilakukan. Proses ini dimulai setelah adanya insiden plang nama Blok C5 yang ambruk menimpa kanopi.
Ketua RT 005/RW012, Saharudin, menjelaskan bahwa rencana untuk merelokasi 451 unit hunian di Blok C1 hingga Blok C5 Rusunawa Marunda sudah ada sejak tahun 2021 karena kondisi bangunan tersebut memang sudah tidak layak huni. Namun, sempat tertunda karena pandemi COVID-19 sehingga kejadian pada 30 Agustus lalu membuat penghuni Blok C5 diprioritaskan untuk relokasi terlebih dahulu.
Relokasi Rusunawa Marunda tidak hanya sekadar perpindahan fisik, tetapi juga sebuah langkah menuju peningkatan kualitas hidup bagi ribuan warga yang telah tinggal di sana.
Kemudahan membayar
Harapan untuk mendapat kehidupan yang lebih baik tentu saja menjadi dambaan bagi warga Rusunawa Marunda yang direlokasi ke Rusun Nagrak.
Warga yang selama ini hidup dengan ketakutan karena bangunan yang sudah tidak sehat berharap relokasi memberikan perlindungan dan kehidupan yang lebih baik. Kehidupan yang aman dan nyaman bagi keluarga juga menjadi prioritas bagi warga Blok C saat ini.
Meskipun diberikan hunian baru yang lebih modern dan nyaman, justru menghadirkan dilema bagi warga yang direlokasi seperti perlunya adaptasi ke lingkungan yang baru hingga ketidakpastian ekonomi.
Pada prinsipnya warga Klaster C Rusunawa Marunda setuju untuk direlokasi ke Rusun Nagrak, tetapi berharap prosesnya berlangsung bertahap hingga 15 Desember 2023.
Selama proses relokasi ke Rusun Nagrak, mereka mengajukan beberapa permohonan penting, seperti bisa mencicil deposito unit hunian.
Berdasarkan surat permohonan warga yang ditujukan kepada Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi DKI Jakarta, warga berharap adanya kemudahan dalam membayar deposito unit hunian dengan mencicil selama 12 bulan. Hal ini untuk membantu warga yang usahanya terdampak pandemi COVID-19.
Selanjutnya, diberikan tempat usaha atau foodcourt, mengingat sebagian besar warga adalah pedagang sehingga membutuhkan tempat usaha atau foodcourt yang mendukung usaha mereka.
Kemudian, diberikan bus sekolah khusus untuk memfasilitasi anak-anak warga yang masih bersekolah di sekitar Rusunawa Marunda.
Warga juga menginginkan penempatan berdasarkan data unit hunian, bukan pengundian nomor unit hunian, untuk mempermudah pengawasan.
Persoalan lain yang dihadapi warga Rusunawa Marunda pada proses relokasi adalah adanya perbedaan signifikan pada harga sewa antara tempat lama dan relokasi mereka ke Rusun Nagrak. Di Rusunawa Marunda, tarif sewa subsidi sebesar Rp157 ribu, sementara bagi warga umum Rp300 ribu. Namun, di Rusun Nagrak, tarif sewa mencapai Rp765 ribu.
Menurut Sekretariat Jenderal Forum Masyarakat Rusunawa Marunda (FMRM), Maulana, warga masih sangat berharap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dapat menyesuaikan harga sewa di Rusun Nagrak seperti tarif yang berlaku di Rusunawa Marunda.
Perbedaan harga sewa ini menjadi sebuah dilema bagi warga Marunda, yang sebagian besar berpenghasilan rendah karena perlu menghadapi kenaikan yang signifikan untuk membayar biaya hunian mereka. Tentu saja hal itu memengaruhi keuangan warga secara keseluruhan.
Sebagai akibat dari perbedaan harga sewa yang drastis ini, Saharudin mengungkapkan banyak warga yang merasa tertekan karena harus menghadapi beban biaya yang jauh lebih tinggi di Rusun Nagrak.
Kondisi ini membuat warga Marunda berharap Pemerintah dapat memberikan solusi dan keringanan dalam menangani masalah kenaikan harga sewa ini sehingga warga dapat lebih mudah beradaptasi dengan perubahan yang akan memengaruhi kestabilan ekonomi mereka.
Revitalisasi Rusunawa Marunda
Berita Terkait
PLN-Pemkab Manggarai Barat berkolaborasi turunkan stunting
Senin, 18 November 2024 10:36 Wib
BMKG prakirakan mayoritas wilayah hujan
Senin, 18 November 2024 9:02 Wib
Tim psikologi Polri beri trauma healing bagi anak-anak korban Lewotobi
Senin, 18 November 2024 8:57 Wib
Polri bersihkan material vulkanik di jalur terdampak erupsi Lewotobi
Senin, 18 November 2024 4:49 Wib
Musisi Andre Hehanussa hibur pengungsi korban erupsi Lewotobi
Senin, 18 November 2024 4:46 Wib
Gunung Ibu di Halmahera Barat keluarkan sinar api
Minggu, 17 November 2024 19:48 Wib