Kupang (ANTARA News NTT) - Ketua Paguyuban Sosial Masyarakat Tionghoa Indonesia (PSMTI) Provinsi Nusa Tenggara Timur Hengky Liyanto mengatakan Imlek merupakan tradisi untuk mempersatukan dan mengikat warga Tionghoa dalam bingkai NKRI.
"Bagi kami, Imlek adalah sebuah tradisi yang dapat mempersatukan dan mengingatkan kami bahwa kami adalah suku Tionghoa, namun kami adalah warga negara Indonesia yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama seperti WNI lainnya," kata Hengky Liyanto kepada Antara di Kupang, Selasa (5/2).
Atas dasar tradisi tersebut, kata dia, maka warga Tionghoa yang berdomisili di Kupang tidak menggelar perayaan Imlek dengan sebesar-besarnya seperti di daerah lain di Indonesia.
"Kami bawa semua itu dalam keyakinan kami sebagai orang Kristen dan merayakannya dalam bentuk ibadah di gereja," ujarnya.
Ia mengatakan Imlek juga mengingatkan kepada semua orang bahwa masyarakat Tionghoa juga memiliki rasa kebangsaan dan tanggung jawab yang besar terhadap NKRI dan Pancasila.
"Kami adalah bagian dari warga NKRI, taat pada Pancasila dan UUD 1945 bersama dengan komponan suku Indonesia yang lain membangun NKRI menuju masyarakat yang adil dan makmur," katanya.
"Selain memantapkan jati diri sebagai salah satu suku dalam keluarga besar bangsa Indonesia, kami juga memperhatikan lingkungan dimana kami bekerja dan berdomisili," tambahnya.
Warga Tionghoa lainnya, David Teras Daud mengatakan, Imlek 2019 di tengah memanasnya suhu politik di Tanah Air saat ini, mengingatkan kembali tentang figur Presiden ke-4 RI, KH Abdurrahman "Gus Dur" Wahid, sebagai tokoh pemersatu perbedaan.
Menurut dia, sebagai bangsa yang besar, semua elemen bangsa harus saling bergandengan tangan untuk memajukan negeri ini, bukan saling fitnah dan menebar ujaran kebencian.
"Sudah saatnya kita bergandengan tangan untuk memajukan negeri ini dan memerangi segala bibit perpecahan yang terus merongrong bangsa kita," ujarnya.
Baca juga: Warga Tionghoa di Kupang rayakan Imlek dengan misa
Baca juga: Warga Tionghoa doakan Imlek berikan kedamaian
PSMTI NTT: Imlek tradisi pemersatu dalam bingkai NKRI
Imlek 2019 di tengah memanasnya suhu politik di Tanah Air saat ini, mengingatkan kembali tentang figur Presiden ke-4 RI, KH Abdurrahman "Gus Dur" Wahid, sebagai tokoh pemersatu perbedaan.