Kupang (ANTARA News NTT) - Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Kupang Dr Ahmad Atang, MSi mengatakan kaum milenial sangat akrab dengan politik media digital, sehingga semua informasi yang diperoleh selalu diterima sebagai suatu kebenaran.
"Padahal, fenomena politik digital cenderung memproduksi isu hoaks dan ujaran kebencian, membenturkan politik kepentingan dan politik agitasi lainnya," kata Ahmad Atang dalam percakapannya dengan Antara di Kupang, Kamis (7/2).
Dengan demikian, katanya, pemilih milenial dapat saja terpengaruh dengan isu-isu yang tidak benar dan menyesatkan. "Oleh karena itu, diperlukan adanya informasi yang sepadan dan berimbang untuk mengimbangi informasi politik yang didapat kaum milenial itu," katanya.
Sebab, kata Ahmad Atang, kaum milenial juga belum memiliki ideologi politik yang kuat sehingga mudah tergiring dan digiring oleh kepentingan politik praktis.
Karena itu, lanjutnya, mesti dilakukan pendidikan politik yang masif bagi kaum milenial oleh partai politik dan pendidikan pemilih secara berkelanjutan oleh penyelenggara pemilu dalam hal ini Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan juga Bawaslu.
"Pendidikan politik ini penting dilakukan agar kaum milenial memiliki orientasi politik yang matang dan memadai. Jika tidak dididik secara masif, maka mereka akan skeptis dan apatis terhadap politik," demikian kata mantan Pembantu Rektor I Universitas Muhammadiyah Kupang itu.
Baca juga: Generasi milenial NTT diharapkan berpartisipasi dalam Pemilu 2019
Baca juga: Pemilih milenial sangat strategis dalam konteks politik 2019
Kaum milenial sangat akrab dengan politik digital
"Kaum milenial sangat akrab dengan politik media digital, sehingga semua informasi yang diperoleh selalu diterima sebagai suatu kebenaran," kata Ahmad Atang.