"Menu makanan dan minuman sudah ada, timbangan sudah ada, saya sudah tidak dengar ada keluhan, sekarang sudah sangat transparan," katanya ditemui di Labuan Bajo, Selasa (18/6).
Ia menjelaskan satgas yang terdiri dari unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) itu merespon cepat keluhan pengunjung yang menilai biaya kuliner di Kampung Ujung Labuan Bajo yang mahal dan viral di media sosial (medsos) beberapa waktu lalu.
Melalui informasi harga makanan dan minuman serta alat timbang, lanjut dia, maka pengunjung baik warga dan wisatawan dapat mengetahui harga kuliner atau makanan laut yang diinginkan.
"Saat orang mau beli bisa lihat menu, jadi nantinya ditimbang dan puas," katanya.
Lebih lanjut satgas tersebut juga akan melakukan pengecekan secara langsung untuk memastikan pelaku UMKM bidang kuliner tetap konsisten menjaga kualitas, layanan serta harga kuliner.
"Dalam waktu dekat kami akan cek malam-malam," jelasnya.
Terpisah Kepala Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi Koperasi dan UMKM (Disnakertranskopumkm) Manggarai Barat Theresia P Asmon mengatakan para pelaku kuliner Kampung Ujung Labuan Bajo telah menetapkan harga di tiap menu makanan dan minuman sebagai informasi bagi pengunjung atau wisatawan.
"Yang pasti sudah ada kepastian harga disesuaikan dengan bobot bahan makanan laut, selama ini harga kisaran tanpa bobot," katanya.
Walaupun harga kuliner di Kampung Ujung Labuan Bajo bervariatif sesuai jenis makanan laut, namun rata-rata pelaku kuliner memiliki harga kuliner sama.
Ia juga berharap berharap agar secara perlahan kebutuhan-kebutuhan konsumen atau pengunjung Kuliner Kampung Ujung terkait kualitas makanan, layanan, dan harga dapat terpenuhi.
"Masih akan terus dilanjutkan dengan pendampingan lain bagi pelaku kuliner seperti penggunaan aplikasi-aplikasi online, grooming, hospitality dan lainnya," katanya.
Sebelumnya satgas juga telah melakukan pendampingan kepada sebanyak 25 pelaku UMKM kuliner di Kampung Ujung Labuan Bajo untuk meningkatkan kualitas dan keamanan pangan (food safety).
"Kuliner Kampung Ujung satu-satunya etalase kuliner milik Pemda Mabar, tidak hanya kualitas makanan tapi juga cerminan hospitality lokal," kata Theresia P Asmon di Labuan Bajo, Selasa (11/6) lalu.
Baca juga: Mabar miliki dua TPI bantu nelayan Labuan Bajo
Baca juga: Mabar miliki dua TPI bantu nelayan Labuan Bajo
Untuk meningkatkan kapasitas pelaku kuliner Kampung Ujung, pihaknya juga menggandeng lembaga pendidikan tinggi yakni Politeknik eLBajo Commodus untuk melakukan pelatihan sanitasi hygiene, pelayanan prima dan penyusunan Harga Pokok Produksi (HPP) dalam program pengabdian kepada masyarakat.
Baca juga: Pemda Mabar bentuk satgas tangani biaya kuliner yang mahal
Baca juga: Pemda Mabar bentuk satgas tangani biaya kuliner yang mahal
"Selanjutnya akan ada pendampingan peer to peer kepada pelaku di PLUT (Pusat Layanan Usaha Terpadu) terkait perhitungan HPP, sehingga setiap pelaku kuliner mengerti dan merilis harga di menu atau bukan karena ikut-ikutan seperti yang selama ini terjadi," katanya.