Bupati Mabar minta warga lestarikan tarian Caci

id Bupati Manggarai Barat, Edistasius Endi, Tarian Caci, Budaya,NTT

Bupati Mabar minta warga lestarikan tarian Caci

Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi saat berfoto bersama penari Caci. (ANTARA/HO-Kominfo Manggarai Barat)

Labuan Bajo (ANTARA) - Bupati Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) Edistasius Endi meminta warga di daerah itu untuk melestarikan tarian Caci dan tarian daerah lainnya sebagai warisan leluhur yang dinilai sebagai wadah yang semakin mempererat rasa persatuan dan kesatuan.
 
"Kondisi Labuan Bajo, Manggarai Barat yang telah menjadi ikon pariwisata dunia, para wisatawan yang datang itu tidak hanya datang untuk menikmati keindahan alam tetapi semakin ke sini ada kecenderungan mereka mau menikmati wisata atraktif apakah itu tarian caci, danding dan tari-tarian lainnya," katanya dalam keterangan yang diterima di Labuan Bajo, Sabtu.
 
Bupati yang akrab disapa Edi Endi menyampaikan hal tersebut dalam kegiatan Penti Weki Peso Beo atau syukuran atas seluruh hasil karya warga kampung dan acara Songko Lokap atau peresmian rumah adat di Kampung Lasang Desa Benteng Suru, Kecamatan Kuwus.
 
Lebih lanjut Edi Endi mengapresiasi semua pihak yang secara konsisten menjaga dan merawat kebudayaan daerah Manggarai.
 
Ia juga meminta masyarakat berkomitmen untuk terus mewariskan budaya Manggarai hingga anak-cucu.
 
“Tentu menjadi tanggung jawab kita semua berkomitmen mewariskan kepada anak dan cucu-cucu kita, sehingga sampai kapanpun budaya Manggarai tidak akan pernah akan habis habisnya," katanya.
 
Adapun tarian Caci secara harfiah dalam bahasa Manggarai diartikan Ca artinya satu, Ci artinya tanding atau uji. Jadi Caci adalah tanding satu lawan satu.
 
Secara umum tarian Caci adalah atraksi budaya Manggarai yang melibatkan dua kelompok dari dua kampung. Kampung tuan rumah disebut Mori Tana sedangkan yang diundang disebut Mori Landang atau lazim disebut Meka Landang.
 
Baca juga: Pegiat konservasi di Mabar lepas 335 ekor tukik ke laut
 
Masing-masing kelompok dua kampung tersebut mengutus pria-pria terbaiknya untuk kemudian bertarung atau bertanding satu lawan satu dalam satu arena atau halaman kampung dengan menggunakan Larik atau cemeti untuk mencambuk dan Nggiling atau perisai dan Koret atau Agang untuk menangkis.

Baca juga: Pemkab Mabar ajak wisatawan kunjungi destinasi di luar TNK
 
Kedua pria yang bertanding saling menyerang dan menangkis secara bergantian yang diselingi dengan nyanyian atau Dere dan pekikan julukan atau Rait diiringi bunyian gong dan gendang.